"Gimana handphonenya, dikasih gak sama pak Radith?" tanya Mini Geraldine saat Jovanka kembali masuk ke kelasnya dengan wajah yang tampak sangat kesal.
"Gak."
"Duh, kamu sih chating sama siapa coba sampai gak konsen gitu pas orang lagi belajar?"
"Tauk ah, sebel banget tahu gak. Padahal Aku ngerasa memulai hari ini tuh baik-baik aja. Kok bisa sampai naas begini ya?"
"Hahaha, naas. Kayak gimana tuh dibilang naas?" Naomi ikut nimbrung dengan tawanya yang cukup menyebalkan.
"Itu karena kamu sembunyiin si hot duda yang anaknya kamu asuh sama kita-kita, iyya gak teman-teman?" Cici Dewangga ikutan menambah komentar temannya dan semakin membuat Jovanka bertambah kesal.
"Ya bukan itulah masalahnya guys. Ini tuh gara-gara Kak Zion yang menyebalkan itu."
"Hah Kak Zion, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa? Kok bawa-bawa orang lain lagi?" Mini Geraldine yang sejak dulu ngefans berat sama senior mereka itu langsung melotot tidak percaya dengan kata-kata Jovanka.
"Iya, itu tuh orangnya lagi ada di depan kelas. Lagi nungguin minta perasaannya Aku terima. Maksa banget tahu gak? Padahal Aku kan gak demen banget sama tuh cowok playboy." Jovanka nampak semakin kesal pada orang yang sedang dibicarakannya itu.
"Eh, kalo ngomong jangan asal dong Jo. Jangan gara-gara handphone kamu disita sama Pak Radith kamu malah nuduh Kak Zion lagi," ujar Mini Geraldine tak suka dengan perkataan sahabatnya itu.
"Ya, kalau gak percaya. Kamu lihat aja di luar. Dan bilang padanya kalau Aku gak mau terima perasaannya." Mini tidak lagi menjawab, ia hanya berdiri dari duduknya dan segera melangkah keluar kelas untuk membuktikan perkataan Jovanka.
"Eh, beneran kamu gak minat sama Kak Zion Jo?" tanya Cici Dewangga dengan tatapan serius pada temannya itu.
"Ya iyalah. Kamu lihat sendiri kan kalau Mini suka banget sama senior kita itu, mana mau Aku merusak pertemuan kita hanya gara-gara cowok," jawab Jovanka dengan nada suara pelan. Matanya memandang ke arah pintu dimana sahabatnya itu berdiri di sana sedang melihat ke arah luar. Gadis itu yakin kalau Zion Sakti pasti masih ada di di depan kelas menunggunya.
"Ya ampun Jo. Jadi kamu mikirin perasaan Mini sampai kamu selalu nolak Kak Zion?" Jovanka menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum.
"Baik banget kamu Jo," lanjut Naomi seraya memeluk bahu sahabatnya itu.
"Tapi gimana kalau Pak Radith suka juga sama kamu padahal Aku juga menyukai dosen keren itu, kamu mau juga melepaskannya untukku Jo?" tanya Cici Dewangga dengan tatapan serius pada wajah sahabatnya itu.
"Ih, pertanyaan apaan itu? Mana mungkin lah Pak Radith Aditya mau sama Aku, asal ya kalo ngomong!" Jovanka langsung melotot semakin kesal dengan perkataan Cici.
"Ya, bisa jadi kan? secara kamu itu cantik dan sangat menarik. Banyak cowok yang suka padamu Jo," balas Cici dengan bahu ia angkat. Sungguh Ia bisa melihat bagaimana cara dosen keren itu menatap Jovanka selama proses belajar berlangsung.
"Ngaco! tuh Dr. Risal udah ada di depan kelas. Saatnya belajar lagi." Jovanka berusaha menutup ghibah mereka karena dosen untuk mata kuliah berikutnya benar-benar sudah ada di hadapan mereka semua.
🌺
Radith Aditya mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya dengan senyum lega diwajahnya. Setelah mengajar dua kelas hari ini ia sudah bisa istirahat selama beberapa menit kemudian akan mengikuti zoom meeting.
Matanya memandang handphone milik Jovanka Baron yang ia ambil tadi sewaktu berada di dalam kelas gadis itu.
Seketika ia ingat akan menghubungi gurunya Ruby kalau Kang Udin yang akan menjemput anaknya karena ia lihat jadwal kelas Jovanka masih ada sampai sore.
"Ah iya pak, gak apa-apa kalau Kang Udin datangnya terlambat. Ananda Ruby bisa dijemput sekitar jam 12 karena masih ada les privat yang kami majukan jadwalnya," ucap Susi dari ujung telepon.
"Terimakasih banyak Miss, " balasnya pada Susi, guru dari putrinya. Ia pun menutup sambungan telepon itu dengan senyum diwajahnya. Itu artinya Jovanka juga bisa ikut menjemput putrinya saat selesai mata kuliah yang kedua.
Kembali ia memandang handphone Jovanka dengan rasa penasaran di dalam hatinya. Ia pun membuka layar handphone itu dengan sangat mudah karena pemiliknya tidak menguncinya.
"Ceroboh!" ucapnya pelan kemudian mulai membuka galeri foto dalam handphone itu. Tanpa sadar ia tersenyum sendiri saat melihat foto gadis itu bersama dengan Ruby sang putri.
Ini pasti diambil semalam sebelum tidur. Mereka tampak seperti kakak adik atau anak sama mama ya?
Oh ya ampun, Aku mikir apa?
Pria itu segera keluar dari galeri foto gadis itu karena mulai menemukan banyak gambar gadis itu yang sedang memakai underwear saja dan menampakkan tubuhnya yang sangat seksih. Ia benar-benar mulai merasa gerah. Dan sekarang menyalahkan dirinya yang sembarangan membuka data pribadi gadis itu.
Eh, tapi Aku ingin tahu dengan siapa ia mengobrol sampai tidak memperhatikan materi yang sedang Aku ajarkan.
Pria itu pun mulai membuka aplikasi chat pengasuh anaknya itu. Yang ia cari adalah riwayat percakapan terakhir gadis centil yang cukup menggangu perasaannya itu.
"Zion Sakti? ketua BEM?" ujarnya pelan saat melihat foto profil pria yang baru saja ditemani mengobrol oleh gadis itu.
"Pantas saja ia tidak memperhatikan materi yang sedang dijelaskan." Pria itu pun menutup aplikasi itu dengan perasaan yang sangat aneh dihatinya. Ia cemburu dan sangat tidak rela jika ada pria lain yang mempunyai hubungan khusus dengan Jovanka.
Apalagi dengan Zion. Entah kenapa ia tidak ingin gadis itu dekat dengan pria itu. Ia sudah banyak mendengar sepak terjang mahasiswa tingkat akhir itu soal mahasiswa baru yang sering jadi korban cinta sesaatnya.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Dewi Zahra
keren kak
2023-07-13
0
shebina putri
eehhhh pakdos keppoooo😛😛😛
2023-04-15
1
Uya Suriya
🌹🌹🌹🌹🌹🌹.....buat yg lagi kuch kuch
2023-03-02
2