Bab 14 Bendera Perang

Ternyata betul kata Ruby, di tengah malam itu Jovanka merasakan perutnya melilit sakit karena kelaparan. Hanya makan cemilan coklat dan keripik ternyata tidak mempan untuk memenuhi nutrisi cacing di dalam perutnya.

Malam ini ia sedang begadang mengerjakan tugas yang harus dikirimkan lewat email pada Dr. Rizal untuk mata kuliah pengantar manajemen dan juga tugas dari Dr. Radith Aditya sang dosen paling rese' di seluruh jagat.

"Selesai!" ujarnya dengan wajah gembira seraya menekan tombol tanda panah untuk mengirim pada alamat email yang ia tuju.

Huffft

Jovanka meregangkan otot-ototnya yang terasa sangat lelah. Ia pun memandang tubuh Ruby yang sedang tertidur dengan sangat pulas diatas ranjangnya.

"Anak manis, sayangnya papanya pahit banget kayak kopi hitam tanpa gula hem," gumamnya dengan bibir mencebik kesal. Sekali lagi ia mengingat bagaimana pria itu mempermalukannya dengan cara fisik dan verbal.

"Katanya tidak tergoda tapi sudah berhasil menyentuh tubuhku yang masih perawan ini, sebel!" Jovanka menggerutu lagi mengingat bagaimana tangan besar itu menyentuhnya dengan sangat berhasrat.

"Awas kamu Pak duren rese' akan ku buktikan perkataan dan tuduhan mu padaku! Dan kita lihat siapa yang akan kalah."

"Tapi, aduh lapar... Setelah makan dan kuat kembali Aku akan bisa berpikir dengan baik." Ia pun berjalan ke luar kamar yang ia tempati sekarang meninggalkan Ruby sendirian.

"Pukul 11, oh ya ampun ini sudah sangat larut hem, ternyata lama juga ya Aku kerjakan tugasnya," ujarnya pelan seraya melihat jam dinding besar yang terdapat di depan kamar Ruby.

Ia pun melangkahkan kakinya ke arah dapur. Tangannya mulai menyalakan lampu di ruangan itu dan mulai mencari makanan yang mungkin disimpan Bik Mina di suatu tempat.

"Peduli amat sama bentuk tubuh. Kalau mau melar ya melar aja. Itung-itung bisa tampak empuk kalau dilihat. Soalnya Aku lapar banget." Ia tak berhenti berbicara sendiri karena mulai merasa takut berada di dalam dapur yang sepi dan sunyi itu sendirian.

Lemari pendingin ia buka dan mendapati banyak minuman dan juga makanan yang siap dipanaskan di dalam benda berbentuk kotak itu.

Satu botol susu cair dingin pun ia teguk dengan sangat rakus sampai habis. Selanjutnya ia meraih satu bungkus mie instan dan sebutir telur untuk ia masak.

"Hummm Mamamia lezatos, ini pasti sangat nikmat," ujarnya lagi seraya memasukkan perasan air jeruk nipis dan juga bawang goreng dalam hidangan mie instan mix kocokan telur.

Gadis itu langsung menarik kursi dan bersiap menikmati makanan cepat saji itu dengan air liur yang sudah hampir menetes.

"Bismillahirrahmanirrahim, Hum nyam, nyam." Jovanka mengunyah dengan sangat nikmat. Bulir keringat pada dahinya menunjukkan ia sangat menikmati mie instan mix kocokan telur dengan campuran cabe hijau didalamnya.

"Kayaknya enak banget, boleh minta sedikit Jo." Jovanka tersentak kaget mendengar sebuah suara dari arah depannya. Ia pun mengangkat kepalanya dan melihat Radith Aditya sedang berdiri dihadapannya dengan tangan ia masukkan kedalam saku celana bahannya.

Jovanka cepat-cepat meraih tissue untuk membersihkan bibirnya. Ia memandang pria itu bergantian dengan sisa mie instan yang ada dihadapannya.

Menit berikutnya, ia merasa tak rela melihat pria yang ia segani sekaligus ia sukai dan benci itu meraih mangkuk mie instannya dan menghabiskan sisanya di depan matanya sendiri. Bahkan sendok dan garpu yang ia gunakan sebelumnya digunakan oleh pria itu tanpa ada rasa jijik sama sekali.

"Kamu pintar masak Jo, ini enak sekali. Lain kali Aku ingin makan dari hasil masakan mu lagi," ujar Radith Aditya kemudian meninggalkan gadis itu yang nampak terlongo tidak percaya dengan apa yang sudah dilakukannya.

Jovanka mengucek matanya berkali-kali kemudian mencubit lengannya dengan sangat keras.

"Aaaaaw! sakit. Ini bukan mimpi. Tapi itu tadi Aku masih lapar huaaaaa," ujar Jovanka dengan hati kembali kesal.

"Ih dasar duren rese' masak menghabiskan makananku padahal Aku belum kenyang. Ih benar-benar bikin kesal aja!" Jovanka terus menggerutu kemudian mencuci semua alat yang sudah dipakainya di dalam dapur itu. Ia tak mau kalau Bik Mina akan curiga ia telah mengacaukan dapurnya malam ini.

Satu cake coklat ia ambil dari dalam lemari pendingin untuk ia jadikan makanan penutup kemudian kembali ke kamarnya untuk tidur.

Sementara itu Radith Aditya hanya bisa tersenyum samar melihat kekesalan gadis centil itu. Ia cukup senang karena gadis itu tidak melemparinya pisau dapur karena telah membuatnya marah dan malah menghabiskan makanannya.

"Kamu kan bilang kalau tidak ingin gemuk, jadi Aku bantu menghabiskan mie instan itu Jo," ujar pria itu dengan suara pelan. Ia pun kembali ke kamarnya dan berharap bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

🌺

Keesokan harinya Jovanka yang masih menyimpan rasa kesal dan marah pada pria pemilik rumah itu belum juga mau bertemu dengan Radith Aditya. Ia hanya menunggu di depan rumah saat Ruby berpamitan pada Papanya.

"Papa gak pelgi kelja? Kok belum belpakaian?"

"Papa akan berangkat kok. Tapi Papa lagi gak enak badan dan sedih sekali," jawab pria itu dengan tatapan ke arah pintu depan. Ia tahu kalau gadis pengasuh putrinya itu ada disana dan ia harap apa yang ia katakan di dengar olehnya.

"Kalau Papa sakit, Luby juga gak mau belangkat ke sekolah."

"Papa sakit apa?" Ruby langsung meraba dahi pria yang sangat disayanginya itu dengan penuh perhatian.

"Papa sakit perut. Mungkin karena Papa makan makanannya Kakak Jo, dan dia tidak rela."

Deg

Jovanka yang berada di balik pintu langsung bergerak gelisah. Ia jadi khawatir kalau dosennya itu benar-benar sakit karena makanan yang sudah ia buat.

"Hah? makanan kakak Jo? Jadi Papa mengambil makanan olang tidak minta izin?"

"Iya sayang. Soalnya makanan itu enak sekali," jawab Radith Aditya dengan wajah dibuat tampak sangat bersalah.

"Ish ish ish. Itu memang salah Papa. Kata Miss Susi itu gak benal. Papa nakal. Sekalang Papa halus minta maaf dan mengganti apa yang papa ambil Dali kakak Jo," jelas Ruby seraya menggoyang-goyangkan jari telunjuknya di depan wajahnya sendiri. Ia jadi nampak seperti seorang dewasa yang menasehati Papanya yang sudah melakukan kesalahan.

"Apakah Kakak Jo mau memaafkan Papa Ruby?"

"Tentu saja Papa. Kakak Jo kan Kakak baik. Asalkan Papa tidak ambil makanannya lagi." Radith Aditya tersenyum. Ia tahu kalau Jovanka pasti mendengarnya kalau ia sebenarnya ingin meminta maaf.

Lain halnya dengan Jovanka. Ia justru tersenyum mencibir. Ia tetap bertekad untuk membuktikan tuduhan pria itu padanya. Bendera perang akan tetap ia kibarkan.

🌺🌺🌺

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Terpopuler

Comments

Dewi Zahra

Dewi Zahra

lanjut

2023-07-14

0

shebina putri

shebina putri

jangan di maaf kan ya joooo💪💪💪

2023-05-01

0

Uya Suriya

Uya Suriya

asal bukan bendera putih..

2023-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kalah Taruhan
2 Bab 2 Bertemu Lagi
3 Bab 3 Mandi Bersama
4 Bab 4 Drama Ruby
5 Bab 5 Mendapatkan Izin
6 Bab 6 Vitamin Mata
7 Bab 7 Dosen Galak
8 Bab 8 Zion Sakti
9 Bab 9 Rasa Aneh
10 Bab 10 Taktik Sang Dosen
11 Bab 11 Tugas Apa
12 Bab 12 Tuduhan Sadis
13 Bab 13 Salah Paham
14 Bab 14 Bendera Perang
15 Bab 15 Duren Cemburu
16 Bab 16 Kamu Milikku
17 Bab 17 Mama Jo
18 Bab 18 Sedih Dan Kecewa
19 Bab 19 Keinginan Jovanka
20 Bab 20 Bawa Pulang
21 Bab 21 Pump It Up
22 Bab 22 Patah Hati
23 Bab 23 Bertemu Lagi
24 Bab 24 Ruby Sakit
25 Bab 25 Rania Setuju
26 Bab 26 Terbakar Hasrat
27 Bab 27 Tangan Gatal
28 Bab 28 Mama Dokter
29 Bab 29 Maunya Mama Jo
30 Bab 30 Intel Kocok
31 Bab 31 Kena Batunya
32 Bab 32 Perjuangan Belum Selesai
33 Bab 33 Makin Kesal
34 Bab 34 Alasan Felicia
35 Bab 35 Rasa Kasihan
36 Bab 36 Ruby Berubah
37 Bab 37 Pengadilan Agama
38 Bab 38 Tak Semanis Bibir Jojoba
39 Bab 39 Keputusan Pengadilan
40 Bab 40 Faster Babe
41 Bab 41 Pengakuan Ruby
42 Bab 42 Tamu Menjengkelkan
43 Bab 43 Ancaman Randy Jaya
44 Bab 44 Insiden Kamar Kost
45 Bab 45 Busi Karatan
46 Bab 46 Goyangan Felicia
47 Bab 47 Gua Dalam Dan Nikmat
48 Bab 48 Pagi Yang Indah
49 Bab 49 Ngadem Dulu
50 Bab 50 Main Petak Umpet
51 Bab 51 Pe Er Mama Papa
52 Bab 52 Skip Aja
53 Bab 53 Rasa Yang Luar Biasa
54 Bab 54 Tekad Terlarang
55 Bab 55 Teknik Pemasaran
56 Bab 56 Mencari Bukti
57 Bab 57 Traktiran Jovanka
58 Bab 58 Malu Berlipat-lipat
59 Bab 59 Ke Nirwana Lagi
60 Bab 60 Seminar Dosen
61 Bab 61 Kesedihan Ruby
62 Bab 62 Kamar 122
63 Bab 63 Efek Obat Perangsang
64 Bab 64 Bukti Untuk Domesh
65 Bab 65 Dendam Si Omesh
66 Bab 66 Berita Buruk
67 Bab 67 Ketakutan Felicia
68 Bab 68 Harapan Sembuh
69 Bab 69 Cinta Dan Kasih
70 Bab 70 Kesedihan Mini
71 Bab 71 Zion Amnesia
72 Bab 72 Merasa Dicuekin
73 Bab 73 Felicia Lagi
74 Bab 74 Kemarahan Radith Aditya
75 Bab 75 Batal Muntah
76 Bab 76 Muntah Luar Dalam
77 Bab 77 Rasa Gado-gado
78 Bab 78 Tamu Brengsek
79 Bab 79 Dendam Randy Jaya
80 Bab 80 Hikmah Dibalik Sesuatu
81 Bab 81 Bahagia Bersama
82 Sekuel Pengasuh Centil
83 Pengumuman
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Kalah Taruhan
2
Bab 2 Bertemu Lagi
3
Bab 3 Mandi Bersama
4
Bab 4 Drama Ruby
5
Bab 5 Mendapatkan Izin
6
Bab 6 Vitamin Mata
7
Bab 7 Dosen Galak
8
Bab 8 Zion Sakti
9
Bab 9 Rasa Aneh
10
Bab 10 Taktik Sang Dosen
11
Bab 11 Tugas Apa
12
Bab 12 Tuduhan Sadis
13
Bab 13 Salah Paham
14
Bab 14 Bendera Perang
15
Bab 15 Duren Cemburu
16
Bab 16 Kamu Milikku
17
Bab 17 Mama Jo
18
Bab 18 Sedih Dan Kecewa
19
Bab 19 Keinginan Jovanka
20
Bab 20 Bawa Pulang
21
Bab 21 Pump It Up
22
Bab 22 Patah Hati
23
Bab 23 Bertemu Lagi
24
Bab 24 Ruby Sakit
25
Bab 25 Rania Setuju
26
Bab 26 Terbakar Hasrat
27
Bab 27 Tangan Gatal
28
Bab 28 Mama Dokter
29
Bab 29 Maunya Mama Jo
30
Bab 30 Intel Kocok
31
Bab 31 Kena Batunya
32
Bab 32 Perjuangan Belum Selesai
33
Bab 33 Makin Kesal
34
Bab 34 Alasan Felicia
35
Bab 35 Rasa Kasihan
36
Bab 36 Ruby Berubah
37
Bab 37 Pengadilan Agama
38
Bab 38 Tak Semanis Bibir Jojoba
39
Bab 39 Keputusan Pengadilan
40
Bab 40 Faster Babe
41
Bab 41 Pengakuan Ruby
42
Bab 42 Tamu Menjengkelkan
43
Bab 43 Ancaman Randy Jaya
44
Bab 44 Insiden Kamar Kost
45
Bab 45 Busi Karatan
46
Bab 46 Goyangan Felicia
47
Bab 47 Gua Dalam Dan Nikmat
48
Bab 48 Pagi Yang Indah
49
Bab 49 Ngadem Dulu
50
Bab 50 Main Petak Umpet
51
Bab 51 Pe Er Mama Papa
52
Bab 52 Skip Aja
53
Bab 53 Rasa Yang Luar Biasa
54
Bab 54 Tekad Terlarang
55
Bab 55 Teknik Pemasaran
56
Bab 56 Mencari Bukti
57
Bab 57 Traktiran Jovanka
58
Bab 58 Malu Berlipat-lipat
59
Bab 59 Ke Nirwana Lagi
60
Bab 60 Seminar Dosen
61
Bab 61 Kesedihan Ruby
62
Bab 62 Kamar 122
63
Bab 63 Efek Obat Perangsang
64
Bab 64 Bukti Untuk Domesh
65
Bab 65 Dendam Si Omesh
66
Bab 66 Berita Buruk
67
Bab 67 Ketakutan Felicia
68
Bab 68 Harapan Sembuh
69
Bab 69 Cinta Dan Kasih
70
Bab 70 Kesedihan Mini
71
Bab 71 Zion Amnesia
72
Bab 72 Merasa Dicuekin
73
Bab 73 Felicia Lagi
74
Bab 74 Kemarahan Radith Aditya
75
Bab 75 Batal Muntah
76
Bab 76 Muntah Luar Dalam
77
Bab 77 Rasa Gado-gado
78
Bab 78 Tamu Brengsek
79
Bab 79 Dendam Randy Jaya
80
Bab 80 Hikmah Dibalik Sesuatu
81
Bab 81 Bahagia Bersama
82
Sekuel Pengasuh Centil
83
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!