Radit Aditya memandang Jojoba dengan tatapan tak terbaca. Penampakan gadis dihadapannya begitu mengganggu perasaannya saat ini. Dress mini merah dengan kulit putih bagaikan susu, benar-benar perpaduan warna yang sangat berani.
Sekilas, Jojoba begitu mirip dengan mantan istrinya karena sedang memakai sebuah dress mini yang sering dipakai oleh Felicia saat ingin menggodanya. Rambutnya yang lurus sebahu dan juga masih basah membuat dirinya berada di dimensi lain.
Perlahan ia melangkah mendekati gadis centil yang sedang menggigit bibir bawahnya itu karena sedikit gugup. "Darimana kamu dapatkan dress ini?" tanyanya dengan tatapan lurus pada mata bening gadis muda itu.
"Ah, maaf Pak. Tapi saya menemukan dress ini di kamar Ruby. Dan kebetulan Bik Mina juga mengizinkanku memakainya," jawab Jovanka dengan senyum diwajahnya.
"Apa kelihatan tidak cocok ya Pak?" tanya Jojoba dengan ujung jari telunjuk ia gigit seraya balas menatap mata elang Radith Aditya. Aksi centilnya itu benar-benar membuat pria yang masih sangat normal seperti dirinya langsung berubah canggung.
Pria dewasa yang berusia 32 tahun itu merasakan kalau gadis ini benar-benar sangat berbahaya bagi kesehatan jantungnya.
Sungguh ia sedang berusaha menekan sebuah rasa yang ia sendiri tidak tahu apa jika berdekatan dengan gadis bernama Jojoba ini.
"Sebenarnya tidak cocok untukmu karena itu bukan pakaianmu," jawabnya dengan cepat. Tetapi matanya entah kenapa begitu betah memandang gadis itu.
"Kamu, apa sebenarnya yang membuatmu datang ke rumah ini?" tanya pria itu dengan suara rendah setelah berhasil menguasai perasaannya.
Ia pikir tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Dan ia yakin kalau gadis ini sepertinya mempunyai niat tertentu.
"Saya ingin jadi pengasuhnya Ruby Pak. Bolehkan? Plis?" Jovanka menjawab dengan tangan ia lipat di depan wajahnya.
"Hah? Pengasuh?" tanya Radith Aditya dengan wajah kaget tidak percaya. Ia pun menatap gadis itu dari atas sampai ke bawah untuk memberikan penilaian.
"Iya Pak. Hanya sebulan saja. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk..." Jovanka tampak berpikir keras. Tidak mungkin ia ceritakan kalau keinginannya itu hanya karena taruhan.
"Untuk apa?" tanya Radith Aditya lagi dengan tatapan tajam. Ia takut kalau gadis itu datang dengan maksud tersembunyi.
"Untuk mendapatkan uang, ya uang Pak. Saya mau bayar SPP semester ini," jawab Jovanka dengan cepat. Pikirnya ia tidak boleh bekerja tanpa mendapatkan materi bukan? setidaknya untuk mentraktir teman-temannya setelah taruhan ini selesai.
"Holeee, kakak Jo akan tinggal di sini...," Ruby yang ternyata menyimak pembicaraan mereka langsung berteriak keras karena gembira. Ia segera memeluk Jovanka dengan hati yang sangat senang.
"Hem, baiklah. Mulai hari ini ya," Radit Aditya meninggalkan tempat itu dengan senyum samar dibibirnya. Kebetulan sekali, pikir pria itu. Pengasuh Ruby baru kemarin meminta izin pulang kampung karena akan menikah.
"Pak?!" panggil Jovanka dan langsung menghentikan langkah pria itu.
"Hem, ada apa?"
"Boleh saya minta izin pulang ke rumah dulu untuk meminta izin pada Ayah dan bunda?"
"Ah iya, tentu saja. Mereka harus tahu kalau putrinya ada di rumah ini sebagai pengasuh. Aku tidak ingin ada cerita buruk di luar sana kalau statusmu tidak jelas di Rumah ini."
"Terimakasih banyak Pak."
"Hem iya," jawab Radit Aditya kemudian melanjutkan langkahnya. Ia harus berada jauh-jauh dari gadis muda itu sekarang.
"Pak?!" Radit Aditya kembali menghentikan langkahnya karena panggilan gadis itu lagi.
"Bisa gak, saya minta diantar pulang ke rumah, malam-malam begini jalanan udah sepi dan bapak tahu kan kalau..."
Radit Aditya menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Ia langsung memotong kalimat gadis itu agar urusan segera selesai.
"Ah iya, Aku mengerti maksudmu. Ayo Ruby kita ke mobil."
"Holee mau ke lumah kakak Jo.' Ruby melompat-lompat dengan girang. Ia berlari ke luar dari ruangan itu seraya menarik tangan Jojoba untuk mengikutinya. Sungguh pemandangan yang begitu kontras diantara mereka bertiga.
Radith Aditya menggunakan sarung dan baju Koko begitupun dengan Ruby dengan mukenanya sedangkan Jovanka dengan dress mini merah yang sangat seksih.
"Kakak Jo duduk di depan ya," ujar Ruby saat ia sudah naik ke atas mobil Papanya.
"Tidak sayang. Semua penumpang harus duduk di belakang," timpal Radith Aditya dengan cepat. Ia tidak mau berdekatan dengan gadis centil dan seksih itu untuk saat ini.
"Okey siap Papa!" Mereka bertiga pun berangkat ke Rumah Jovanka yang ada di gang Flamboyan. Sebuah Gang yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang.
"Stop Pak! di depan pagar warna hijau itu." ujar Jojoba saat mereka sudah hampir sampai. Radith Aditya pun menghentikan mobilnya di depan rumah yang dimaksud.
"Turun dulu Pak, ketemu sama Ayah dan Bunda. Biar izinnya dapat."
"Hah? Maksud kamu apa sih? Kamu yang butuh pekerjaan ini kenapa aku yang meminta izin?" tanya pria itu dengan wajah bingung.
"Cuma minta izin Pak, Boleh ya?" pinta gadis itu lagi dengan mata ia kedip-kedipkan lucu. Sekali lagi pria itu merasa telah dihipnotis oleh gadis yang belum dikenalnya ini. Ia pun turun dari mobilnya dan mengikuti langkah dua gadis beda usia itu.
"Pak Radith? Silahkan masuk. Kok bisa sama-sama Jovanka?" sapa Haikal Baron saat mereka semua berdiri di depan pintu. Rupanya pemilik rumah itu adalah seorang yang ia kenal.
"Ah iya Pak," jawab Radith Aditya dengan perasaan semakin canggung. Pria dihadapannya adalah seorang pejabat di lingkungan pemerintah yang cukup disegani. Dan bagaimana mungkin putrinya itu akan menjadi seorang pengasuh untuk anaknya.
"Silahkan duduk Pak," lanjut pria paruh baya itu seraya mempersilahkan tamunya untuk duduk. Ruby pun ikut duduk di sofa itu bersama dengan Papanya.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Haikal Baron dengan tatapan lurus ke wajah Radit Aditya. Pria itu tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan ini. Sedangkan Jovanka sendiri sudah meninggalkannya.
Radit Aditya masih terdiam. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana mengatakan maksudnya. Dalam hati ia merutuki gadis centil itu yang memberinya masalah baru dalam hidupnya.
"Papa, Luby mau bobok sama Kakak Jo huaaaa." Semua orang yang ada di ruangan tamu itu langsung tersentak kaget dengan tangisan Ruby, sang putri.
"Ruby sayang, diam dong. Jangan nangis kayak gini," pinta Radith Aditya menenangkan putrinya yang tiba-tiba saja menangis tiada henti.
"Pokoknya Luby gak mau pulang kalau gak sama Kakak Jo," lanjut gadis cilik itu lagi tanpa menghentikan tangisannya. Radith Aditya semakin malu dibuatnya.
Jovanka sendiri tersenyum dengan lebar dengan drama yang dilakukan gadis kecil itu. Ia yakin rencananya akan berhasil.
🌺🌺🌺
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Normah Basir
Ruby bisa diajak kersama dalam misi jojo
2024-08-06
1
Dewi Zahra
semangat kak
2023-07-11
0
shebina putri
pintar yaaa si jojoba🤣🤣🤣
2023-04-15
1