CHAPTER 10

...***...

Masih di tempat yang sama.

Di saat Enari Senichi masih bergelut dengan pikirannya yang sosok pada saat itu?. Sedangkan Houji dan Tetsu menunggu di luar. Setelah dari lokasi tadi mereka langsung menuju RS, Sen Chan ingin melihat Umeko, sementara Houji dan Tetsu melihat kondisi Jasmine yang masih belum sadarkan diri.

"Ne houji san. Apakah kau tidak menyadari terjadi sesuatu yang aneh pada ban senpai pada saat itu?." Rasanya ada yang mengganjal dalam benak Tetsu tentang Ban.

"Maksudmu kondisi ban yang terluka?. Apakah itu yang kau maksud dengan aneh?." Houji malah bertanya balik, jika itu yang dimaksud oleh Tetsu, ia juga melihat itu.

"Um. Jika habis bertarung?. Tapi dengan siapa?. Apakah ada yang lebih kuat dari ban senpai?." Tetsu bertanya lagi sambil memikirkan kondisi Ban yang begitu buruk saat itu.

"Aku tidak tahu, mungkin saja dia lagi sial bertemu dengan lawan yang tangguh. Karena kesombongannya dia kalah dan melarikan diri ke sana. Meskipun itu hanyalah pendapatku saja." Jawab Houji memikirkan kemungkinan yang terjadi pada Ban, dua bulan bukanlah waktu yang singkat untuk memamerkan siapa dirimu. "Apalagi ban pernah mengatakan bahwa deka retto hanyalah masa lalu yang menyedihkan. Ia yang sekarang adalah deka black si pembawa perubahan bagi yang dipimpin." Houji masih ingat itu, bahkan ia masih memikirkan maksudnya.

"Tapi bukan hanya itu saja, aku melihat ada rantai yang membelit kaki kanan Ban senpai saat itu, juga di tangan kirinya ada rantai yang terpasang di sana." Ucap Tetsu, ia masih mengingat dengan jelas suara gemercing rantai di kaki kanan Ban.

"Hah?!. Apa maksudmu tetsu?. Jangan berkatain aneh-aneh." Houji bahkan tidak menyadari itu, apa karena saking emosinya ia tidak melihat kondisi dengan logikanya lagi?.

"Sungguh!. Aku melihat rantai di kaki kanan dan pergelangan tangan kirinya ban senpai. Aku rasa telah terjadi sesuatu yang tidak kita ketahui tentang ban senpai. Kita harus segera menyelidiki itu." Tetsu bukannya bermaksud untuk membela Ban, tapi ia rasa memang ada yang mengganjal pada Ban.

Houji tidak bisa berkomentar lagi, ia tidak tau harus berkata apa, ia juga bingung mendengar ucapan Tetsu. "Kenapa aku tidak menyadarinya pada saat itu?. Apakah karena amarah yang menguasai diriku sehingga aku tidak menyadari itu sama sekali?." Dalam pikirannya yang kusut itu ia mencoba mengingat itu.

"Setidaknya ban senpai bukanlah orang yang mau jatuh ke dalam kubangan. Ia adalah ban senpai yang dulunya adalah orang yang selalu bersemangat, meskipun terkadang sangat ceroboh dalam menghadapi segala hal." Dalam hati Tetsu, ia masih menaruh kepercayaan pada Ban.

...***...

Perlahan-lahan kesadarannya mulai kembali, matanya mulai berusaha menyesuaikan dengan cahaya di sekitar. Begitu kesadarannya kembali ia bangun karena terkejut dan ketika ia hendak bangun?.

"Wuakh!." Ia menjerit kesakitan, sungguh sangat sakit. Tubuhnya benar-benar merasakan sakit yang sangat luar biasa. Tapi pada saat itu ada seseorang yang memukul kepalanya dengan sangat keras.

DUAKH!. DUAKH!.

Kepalanya dijitak dua kali oleh seseorang, ia hanya mengaduh kesakitan, apakah orang itu tidak tau kalau dia lagi sakit?. Dan apakah orang itu tidak mengetahui?. Jika ia baru saja terbangun setelah mengalami penderitaan yang cukup berat?.

"Moh kouichirou san, dia lagi sakit. Jangan begitu." Asuka sangat cemas melihat Ban, lukanya belum sembuh sepenuhnya.

"Eh?!." Ban mengusap kepalanya yang masih sakit, dan ia hanya memperhatikan mereka yang sedang berdebat karena dirinya?.

"Kau terlalu memanjakannya asuka chan." Protes pria yang dipanggil Kouichirou itu. "Jika dia sudah berteriak keras seperti itu, artinya dia sudah sembuh." Lanjutnya, ia hanya memastikan bahwa Akaza Banban baik-baik saja.

"Tapi tidak harus seperti itu juga kouichirou san." Asuka merasa keberatan dengan apa yang dikatakan oleh Kouichirou.

"Sudahlah asuka, sepertinya dia baik-baik saja. Percuma saja kalian berdebat." Ucap Jiraiya sambil menenangkan keduanya.

"Hum, dia cukup kuat juga ya?. Sehingga mampu bertahan dengan luka yang sangat parah seperti itu." Gao Black atau yang panggil Burakku alias Ushigome sambil tersenyum kecil. Ia sangat kagum dengan kegigihan yang dimiliki oleh Akaza Banban atau Deka Red.

Sedangkan Ban?. Ia mengecek seluruh tubuhnya. "Humm masih utuh. Tapi tubuhku dipenuhi perban seperti ini. Sekarang aku terlihat seperti mumi, hanya mukaku saja yang tidak di perban." Dalam hatinya sangat miris dengan kondisinya pada saat itu. Saat itu ia melihat bagaimana keributan itu terjadi di depan matanya.

"Ano sumimasen deshita. Anata tachi wa dare desu ka?." Tanya Ban dengan wajah polos, membuat ia menjadi pusat perhatian. Apakah Ban tidak kenal sama sekali dengan mereka semua?. Sehingga ia bertanya seperti itu?.

Jiraiya, Kouichirou, dan Ushigome salaing berpandangan?. Apakah benar Ban tidak kenal dengan mereka.

Siapa katanya?. Sungguh sangat memalukan sekali, jika seorang Akaza Banban tidak kenal dengan mereka.

"KAMI INI SENPAIMU BAN!." Teriakan ketiganya dengan suara yang sangat keras, membuat nyali Akaza Banban menjadi ciut. Ia tidak pernah takut dengan monster, namun tatapan mereka bertiga sungguh menyeramkan dari monster.

Apakah tidak ada seseram itu?. Rasanya ia sangat menyesal karena telah bertanya seperti itu.

"Kau akan menerima hukuman dari kami ban!." Ucap mereka sambil menggeretak tangan mereka dengan hawa yang membunuh.

"Aa gomen!. Aku hanya tidak ingat saja!." Dan Ban menyesal karena tidak menyadari bahwa si Asuka itu adalah seniornya dari Bakuryuu Sentai Abarenja, Abare Black,  Ushigome atau Burakku dari Hyaakujuu Sentai Gaorenja, Gao Burakku, Kouichirou dari Denji Sentai Megarenja, Mega Black. Dan Jiraiya dari Ninja Sentai Kakurenja, Ninja Black?.

"Hounto gomennasai senpai." Ban berusaha minta maaf pada seniornya itu, yang ternyata adalah Sentai black semua yang nolongin Ban. "Tapi bagaimana mungkin mereka bisa menolongku?. Kenapa aku tidak merasakan pertolongan itu, ya?." Dalam hati Ban sangat heran. Karena terakhir yang ia ingat adalah, saat kesadarannya hilang, ketika Enari Senichi dan Houji hendak menembaknya?. Hanya itu saja yang ia ingat pada saat itu. Sungguh ia tidak menyadarinya, jika mereka telah menolongnya?. Ia hanya pasrah pada nasibnya pada saat itu. Hidup, atau mati?. Ia tidak bisa berpikir jernih karena tubuhnya yang tidak mau bekerjasama lagi dengannya.

"Kau tidak tau atau pura-pura tidak tahu ban chan. Kau harus menerima hukuman dari kami."  Ushigome sedikit jengkel karena Ban tidak mengenali seniornya. Alhasil ia duduk bersimpuh dihadapan ke empat seniornya ini. "Kau harus menerima hukuman." Ia mengulangi ucapannya itu.

Mereka semua terlihat sangat kesal, kecuali Asuka?. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak terus ceritanya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!