...***...
"Sen chan?." Ban meringis sakit karena punggungnya yang terasa sakit setelah menerima tembakan itu.
Saat itu tidak ada yang bisa menduganya, jika Enari Senichi atau yang sering dipanggil Sen chan telah menembak Ban. Karena suasana hatimu pada saat itu sedang panas. Suasana hatinya yang berkecualak mengingat bagaimana perlakuan Ban ada istrinya yang saat ini sedang berada di rumah sakit.
"Senpai!." Terdengar suara Tetsu berteriak menyebut nama Ban dengan panggilan senpai. Ban yang terlihat kacau berantakan, apalagi setelah menerima tembakan itu.
"Yho!. Tetsu." Suara Ban begitu pelan, lirih dan serak, itulah yang ditangkap oleh Tetsu. Ada rasa sakitnya ia simpan pada saat itu sehingga Tetsu dapat merasakan bagaimana perasaan Ban pada saat itu.
"Ban!. Apa yang terjadi sebenarnya padamu?!." Teriak Houji melepas emosinya. Kenapa Ban terluka parah?. Apa yang terjadi sebenarnya padanya?.
Namun Ban hanya diam saja, ia tidak punya tenaga untuk menjawab pertanyaan Houji. Suasana hatinya pada saat itu benar-benar sangat kacau, kepalanya terasa sangat sakit sehingga ia tidak bisa merespon apapun pertanyaan dari mereka.
"Jangan diam saja kau brengsek!." Sen Chan benar-benar tidak bisa menahan emosinya, ia ingin menembak kepala Ban agar agar pria busuk itu mati. "Apa yang kau lakukan sebenarnya?!." Hatinya sangat sakit mengingat apa yang terjadi pada istrinya. "Berani sekali kau datang kepada kami dalam keadaan seperti itu setelah Apa yang kau lakukan pada kami!." Hatinya sangat membenci dengan apa yang dikatakan oleh Ban pada saat itu. "Haruskah aku membunuhmu dengan menembakkan kepadamu yang bodoh itu?!." Teriaknya dengan penuh amarah. Tapi rasanya itu tidak adil, Umeko istrinya saat ini masih di RS sedang menahan sakit.
"Jawab BAN!. Atau ku tembak kaum!." Houji juga emosi, ia tidak suka pertanyaannya diabaikan begitu saja. "Kau jangan hanya diam saja!. Gunakan mulutmu untuk berbicara!. Atau aku yang akan memaksamu untuk berbicara!." Sungguh, perasaan suasana hatinya pada saat itu benar-benar sangat panas.
"Aibou, kau mengarahkan snapanmu padaku?. Apakah kita tidak bisa berbicara dengan baik?. Tanpa menggunakan senjata?." Rasanya sangat menyakitkan, bahkan keadaan apapun Houji, sen Chan, dan Tetsu tidak seperti ini. Ban mencoba melangkah maju, meski langkahnya terasa berat ia akan tetap mencobanya. "Kegh!." Dan yang lebih parahnya adalah tubuhnya semakin sakit ketika digerakkan.
Srrrt!. Srrrt!.
Deg!.
Sadar atau tidak Tetsu mendengar suara gemercing rantai. Ketika itu ia mencari sumbernya dan ternyata itu berasal dari kaki Ban, dan matanya juga melihat ada rantai yang terpasang di salah satu pergelangan tangan Ban. "Senpai?." Tetsu tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Senpai?. Apa yang terjadi sebelumnya padamu?. Senpai?." Saking terkejutnya melihat keadaan seniornya itu ia hampir saja tidak bisa mengeluarkan suaranya.
"Jangan mendekat!. Jika kau mendekat kau akan aku tembak!." Teriak Houji dan Sen chan bersamaan.
"Tunggu!." Tetsu berusaha untuk menghentikan keduanya. Akan tetapi sepertinya itu tidak akan berhasil karena keduanya tidak mendengarkan ucapannya.
Sedangkan Houji dan Sen Chan, mereka melepaskan tembakan bersamaan, namun kejadian mengejutkan membuat mereka tidak berkutik ketika bayangan hitam menyambar tubuh Ban?.
"Eh?. Tadi itu siapa?!." Tetsu tidak bisa melihat siapa yang telah membawa seniornya itu.
"Hoi!. Jangan lari!." Teriak Houji dan Sen Chan, Meraka merasa kesal dan emosi, padahal sedikit lagi mereka akan melumpuhkan Ban?. Akan tetapi siapa yang menduga pada saat itu oleh seseorang yang membawa Ban dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga mereka tidak bisa mengejarnya.
"Senpai?. Apa yang terjadi sebenarnya?. Lalu apa maksud dari rantai di kakimu, dan di tanganmu itu senpai?. Berikan aku jawaban senpai. Rasanya ada sesuatu yang sangat buruk sedang menimpa dirimu, senpai." Dalam hati Tetsu merasa ada yang ganjal dengan apa yang terjadi, kenapa kondisi Ban seperti itu?. Entahlah, siapa yang tahu mengenai apa yang telah terjadi sebenarnya pada seniornya itu.
"Apa yang harus kita lakukan?. Houji?. Apakah kita perlu kembali deka base?." Sen chan sepertinya masih belum puas sebelum ia berhasil menangkap Ban.
"Aku rasa begitu. Aku akan mempersiapkan sesuatu untuk menangkapnya nanti." Setelah berkata seperti itu ia membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.
Sepertinya mereka memiliki perasaan suasana hati yang berbeda dalam menanggapi masalah yang sedang mereka alami. Apakah mereka bisa menyelesaikan masalah itu?. Simak terus ceritanya.
...***...
Di tempat rahasia?.
Seseorang yang tadinya membawa Ban?. Seseorang yang dengan murah hati telah menolong Akaza Banban.
"Dia terluka parah senpai." Ucap Asuka, ia mencemaskan kondisi Ban, ia sudah berusaha merawatnya. Asuka?. Siapa dia?. Apakah dia yang telah Ban?. Hum?. Asuka?. Apa kau kenal dia?.
Hum lanjutkan, nanti kita cari tahu siapa dia sebenarnya. Namun saat ini kita harus memperhatikan bagaimana kondisi Akaza Banban.
"Hum, aku tidak tahu akan separah ini. Luka tembakannya lumayan sangat parah sehingga darahnya begitu banyak keluar." Jiraiya juga mencemaskan kondisi Ban, apa jadinya jika tadi ia tidak menyeret tubuh Ban dari sana?.
Eh?. Siapa lagi ini?. Berapa banyak orang yang menolong Akaza Banban?. Bukankah yang dilihat oleh Sen chan, Houji, dan Tetsu sekelebat bayangan hitam yang mungkin dilakukan oleh seseorang?. Akan tetapi kenapa ada dua orang di sana?.
"Humm, tapi kita boleh menyerah jiraiya san. Deka retto harus diselamatkan. Aku tidak ingin ini terus berlanjut. Masalah ini harus segera kita selesaikan." Ushigome ikut menambahkan, ia sudah terlanjur marah dengan berita yang terjadi akhir-akhir ini.
Ushigome?. Siapa lagi itu?. Sungguh banyak sekali orang-orang yang misterius yang membantu Akaza Banban?.
"Kau benar burakku. Kita harus cepat bertindak dengan menyelamatkan deka retto. Jika tidak reputasi kita akan tercemar, begitu juga dengan yang lainnya." Kouichirou khawatir dengan reputasi apa?. Dan apa maksud ucapannya?.
Hummm?. Kouichirou?. Siapa lagi itu?. Kenapa membingungkan yak?. Mau tau siapa mereka sebenarnya?. Terus baca ceritanya. Supaya kau tidak penasaran siapa mereka sebenarnya.
...***...
Di RS.
Tangan Sen Chan gemetar sambil menggenggam erat tangan Umeko istrinya, rasanya sangat sedih karena dua bulan ini ia tidak dapat merasakan keceriaan sang istri, dan mengurus buah hati mereka setelah bekerja.
"Umeko, gomene." Bukannya ia lemah, hanya saja ia tidak dapat menahan air matanya, ia sedih karena istrinya di rawat dalam kondisi terluka akibat tusukan pedang Ban?. "Pertemuan berikutnya pasti, aku tidak akan sungkan lagi." Sen Chan mencium tangan Umeko, rasanya sangat rindu sekali ingin mendengar suara Umekonya.
Suasana hatinya pada saat itu benar-benar sangat mendendam pada Ban. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak terus ceritanya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments