Acara pun akhirnya berlangsung tanpa ada halangan. Ijab kabul Roni dan Lulu pun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan sama sekali.
Para tamu sekarang hanya menikmati hidangan dengan hiburan sedikit yang mana keluarga Rafa juga menduduki meja bulat yang menikmati makannya, jangan tanya Rafa begitu jenuhnya dengan berada di tempat itu yang jelas bukan keinginannya.
"Bagaimana Rafa cantikan Asyifa?" tanya Shofia.
"Mah dia cantik atau tidak. Aku tetap tidak menyetujui perjodohan ini!" tegas Rafa.
"Rafa kamu ini!" geram Shofia.
"Mah, mama lihat dia. Dia wanita yang seperti apa. Ilmunya akan jauh lebih tinggi dari pada aku dan aku tidak bisa menikah dengan wanita yang lebih dari ku," tegas Rafa.
"Apa kakak minder padanya?" tanya Zee.
"Itu bukan masalah minder. Tetapi bukan wanita seperti itu yang menjadi tipeku," tegas Rafa.
"Lalu seperti apa. Wanita yang berpenampilan terbuka, memakai pakaian yang kurang bahan, dan selalu pamer tubuh, di sentuh banyak orang, itu yang menjadi tipemu," sahut Sofia yang mulai kesal.
"Miranda tidak seperti itu mah," sahut Rafa.
"Kamu terus saja membela wanita itu," kesal Shofia pada Rafa yang tidak pernah mendengarkannya.
"Sudahlah ma, Rafa kenapa sih kalian ini kerjaannya bertengkar terus. Tidak di rumah di tempat orang kalian itu ribut saja," sahut Xander yang lama-kelamaan pusing melihat anak dan istrinya itu.
"Mama yang selalu mencari gara-gara pa," sahut Rafa.
"Lihatlah, kamu salahkan saja mamamu ini," sahut Shofia dengan kesalnya.
"Sudah-sudah jangan ribut lagi. stop semuanya ini itu tempat umum di pernikahan orang lain. Jadi jangan membuat malu dengan pertengkaran seperti ini," tegas Xander.
Rafa berdecak kesal dan mengalihkan pandangannya yang kebetulan melihat ke arah Asyifa yang terlihat bercanda dengan seorang pria yang tak lain Azka.
Asyifa wanita yang seperti tidak ada beban yang hari-hari begitu ceria dan lihatlah dia mengacak rambut adiknya dan adiknya sampai kesal dan mencengkram kuat tangan kakaknya.
"Apa kau setuju dengan perjodohan kampungan seperti ini," batin Rafa yang terus melihat Asyifa sampai pada akhirnya Asyifa melihatnya tidak sengaja dan membuat mata mereka saling bertemu dan dengan ramahnya Asyifa membalas dengan senyuman tipis.
"Cieee!" goda Azka menyenggol bahu sang kakak.
"Apa sih," ucap Asyifa malu-malu.
"Curi-curi pandang pada calon suaminya," goda Azka.
"Siapa yang curi-curi pandang," sahut Asyifa mengelak.
"Alah pakai ngeles, wajahnya sampai memerah gitu," Azka terus saja mengejek kakaknya itu.
"Azka kamu ini!" Asyifa tiba-tiba merasa malu dan kembali melihat kearah Rafa yang masih melihatnya dengan dingin. Namun Azka tiba-tiba menutup ke-2 mata Asyifa dengan tangannya.
"Bukan muhrim, zina. Jadi tidak boleh di pandang," ucap Azka mengingatkan kakaknya itu.
"Siapa juga yang memandangi," Asyifa masih mengelak dan adik kakak itu kembali berdebat dengan saling jahil satu sama lain.
" lSangat kekanak-kanakan," umpat Rafa lumayan keras membuat seisi meja melihat serius padanya.
"Siapa?" tanya Zee. Rafa menjadi canggung dan menelan salivanya.
"Bukan siapa-siapa," jawab Rafa mengelak dan melanjutkan makannya dengan tarikan napas panjang.
Shania dan suaminya saling melihat dengan mengangkat ke-2 bahu mereka masing-masing yang merasa Davin memang sangat aneh.
*********
1 Minggu kemudian.
Rania dan Rendy berada di dalam kamar. Di mana Rendy duduk di atas ranjang dengan Rania yang meletakkan kepalanya di paha suaminya dan Rendy sedang menyisir rambut istrinya yang indah itu. Ya sekalian Rania bermanja-manja pada suaminya itu.
Toko-tok-tok-tok. Ketukan pintu membuat suami istri itu saling melihat ke arah pintu.
"Assalamualaikum Alaikum ibu!" ternyata suara Asyifa yang khas yang mengetuk pintu kamar itu.
"Walaikum salam Asyifa. Masuk sayang!" sahut Rania.
Mendapat perintah dari sang mama. Asyifa pun akhirnya masuk. Kepalanya duluan masuk dan tersenyum melihat keromantisan ibu dan ayahnya membuatnya iri saja.
"Asyifa mengganggu?" tanya Asyifa.
"Tidak sama sekali. Ayo kemari!" ajak Rania. Asyifa mengangguk dan langsung mendekati ranjang yang duduk di samping ayahnya dan ibunya sama sekali tidak berubah posisinya tetap bermanja pada suaminya.
"Ada apa Asyifa?" tanya Rendy.
"Asyifa mau bertanya sama ayah. Masalah Bu Shofia kemarin?" tanya Asyifa.
"Yang mana itu sayang," sahut Rendy.
"Apa Bu Shofia masih terus menayakan jawaban ayah dari permintaannya?" tanya Asyifa.
"Iya Asyifa ayah beberapa kali di teror. Tetapi hal itu wajar sih. Karena mereka juga butuh kepastian dan ayah serahkan semua pada Asyifa," jawab Rendy.
"Lalu menurut ayah dan ibu sendiri bagaimana?" tanya Asyifa.
"Mengenai?" tanya Rania.
"Pria yang akan di maksud Bu Shofia," jawab Asyifa.
"Kalau di nilai dari keluarganya. Jelas keluarga Xander itu keluarga baik-baik dan Rafa juga anak yang tau agama dan pasti di bekali Agama sejak kecil. Dia pengusaha sukses yang disiplin dan juga pintar, wawasannya luas dan ahlaknya juga baik karena memang dia juga dari keluarga yang baik-baik," jawab Rendy.
"Ibu juga berpikiran yang sama, dia sopan dan juga ramah," sambung Rania menambahi.
"Sekarang ini tinggal pada Asyifa sendiri. Bagaimana menurut Asyifa tentang Rafa dan sejauh mana Asyifa mencoba mencari tahu tentangnya," ucap Rania.
"Asyifa juga sudah melihat CV anak Bu Shofia dan Asyifa juga sudah sholat Istikorah meminta petunjuk pada Allah dan setelah lebih satu Minggu insyaallah Asyifa menerima lamaran dari anak Bu Shofia," jawab Asyifa dengan yakin.
Rendy dan Rania saling melihat dan jelas kaget dengan jawaban Asyifa yang begitu cepat. Rania sampai tidak percaya dan langsung berdiri menghadap putrinya itu.
"Asyifa yakin?" tanya Rania yang dengan wajah terkejutnya.
"Insyaallah ibu Asyifa siap menikah, menjadi istri anak dari ibu Shofia," jawab Asyifa dengan yakin dengan keputusannya.
"Sungguh sayang?" tanya Rania yang masih tidak percaya.
"Iya ibu. Asyifa sudah memutuskan semuanya yang pasti dengan campur tangan Allah," ucap Asyifa dengan yakin.
Rendy tersenyum mendengarnya yang pasti sangat mendukung keputusan putrinya. Namun berbeda dengan Rania terlihat tidak terlalu bersemangat dengan keputusan Asyifa.
Bukan karena tidak setuju dengan calon suami sang anak adalah Rafa. Tetapi baginya terlalu cepat untuk Asyifa melanjutkan ke pernikahan yang membuatnya tidak sanggup kehilangan putrinya yang masih di anggapnya kecil sampai detik ini. Perasaan itu mungkin sangat wajar bagi Rania karena tidak mudah bagi seorang ibu yang akan melepas anak perempuannya.
"Ibu!" tegur Asyifa, "ibu kenapa?" tanya Asyifa. Rania hanya menggelengkan kepalanya dengan tidak semangatnya. Rendy merangkul bahu Rania dengan Rendy tersenyum yang mengerti apa yang di inginkan Rania.
"Ibu kamu pasti sedih Asyifa dengan Asyifa yang akan segera menikah," ucap Rendy yang tau apa yang di pikirkan istirnya.
"Benarkah ibu?" tanya Asyifa sangat mudah panik.
"Ibu memang sedih dengan Asyifa yang akhirnya berumah tangga. Ibu tidak tau apa kah ibu harus sedih dengan putri ibu yang menikah," ucap Rania dengan lemasnya.
"Sayang kita sebagai orang tua memang harus siap untuk hal ini. Karena memang hal ini akan ada dalam hidup kita," uaco Rendy.
"Tetapi ini terlalu cepat bagiku. Aku baru saja bertemu Asyifa saat dia berusia 4 tahun dan sekarang Asyifa akan di bawa orang lagi Ibu sangat sulit untuk setiap dalam hal ini. Tetapi ibu harus siap untuk hal itu. Karena pasti putri ibu memang akan menikah nantinya dan sebagai seorang ibu. Tidak seharunya ibu tidak bahagia," ucap Rania dengan mengusap pipi Asyifa.
"Ibu sampai kapanpun Asyifa akan menjadi milik ayah dan ibu. Mungkin Asyifa akan menemukan tempat baru, kehidupan baru. Tetapi tetap Asyifa anak ibu. Asyifa lahir dari rahim ibu, besar di tangan ibu dan ayah. Jadi apapun itu. Asyifa tetap milik ibu," tegas Asyifa agar ibunya tidak sedih.
"Iya sayang ibu mengerti. Seorang ibu memang sangat sulit kehilangan anak-anaknya. Tetapi ibu sangat bahagia dengan keputusan yang kamu ambil. Karena ibu yakin itu adalah takdir. Dan jika itu menjadi kebahagiaan kamu. Maka ibu akan bahagia dengan keputusan yang kamu ambil," ucap Rania yang akhirnya hatinya terbuka dengan cepat.
Rendy tersenyum mendengarnya dan mengusap-usap kepala Rania.
"Ibu merestui pilihan kamu, semoga kamu bahagia dengan suami kamu nantinya," ucap Rania mengusap pipi Asyifa denga lembut. Asyifa mengangguk dan langsung memeluk ibunya.
"Makasih ibu sudah memberikan Asyifa restu," ucap Asyifa.
"Iya sayang," sahut Rania dengan mengusap punggung Asyifa. Jangan tanya mata Rania seperti apa. Matanya berkaca-kaca yang sebenarnya ingin menangis. Namun masih di tahannya.
"Kalau begitu ayah akan sampaikan pada Bu Shofia. Jika kamu menerima lamaran putranya," sahut Rendy. Asyifa melepas pelukannya dari ibunya.
"Apa ayah tidak menyelidiki lagi siapa dia. Bukannya ayah ingin suami Asyifa itu orang yang sesuai dengan keinginan ayah?" tanya Asyifa.
"Ayah mengenal keluarganya dan ayah sudah melihat beberapa hal tentang Rafa dan dia pria yang baik dan Asyifa juga sudah membuat keputusan dengan campur tangan Allah. Jadi ayah merestui hubungan kalian," ucap Rendy. Asyifa tersenyum mendengarnya dan Asyifa juga memeluk ayahnya bersamaan dengan ibunya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
SakhaRafif
asyifa semoga nanti km bahagia bersama Rafa, mesti awal² nikah penuh drama yg dibuat Rafa.
2023-02-10
0