Pelayan yang di ajak Rafa bicara melihat ke arah temannya yang sedang membungkus cake yang sudah milik Asyifa.
" Maaf Tuan tapi ini sudah milik orang lain," jawab pelayan itu.
" Tapi saya buru-buru. Kalian ini bagaimana seharusnya menyiapkan yang lebih. Padahal ini masih pagi. Bekerja sangat tidak bejus," oceh Rafa yang terlihat kesal.
Asyifa yang menunggu di belakang mendengar Rafa yang marah-marah dan menginginkan kue yang sama dengan yang di pesannya. Asyifa tidak melihat wajah Rafa. Karena membelakangi Asyifa.
" Ini mbak pesannya," ucap pelayan memberikan pada Asyifa yang mana Asyifa tadi kurang fokus karena perhatiannya pada punggung Pria yang memarahi karyawan itu.
" Mbak beliau kenapa ya?" tanya Asyifa.
" Oh itu mbak, dia menginginkan cake yang sama. Hanya saja dia harus menunggu. Tetapi tidak mau," jawab pelayan itu.
Asyifa terlihat berpikir sebentar " mbak tidak apa-apa. Jika ingin memberikannya pada beliau yang sana. Sepertinya dia buru-buru. Saya ke supermarket sebentar dulu. Jadi tidak apa-apa punya saya belakangan. Jadi berikan saja kepadanya," ucap Asyifa yang mengalah untuk Rafa.
" Tapi Mbak," pelayan itu ragu.
" Jangan khawatir saya akan jadi membelinya. Jadi ini saya bayar di depan, nanti selesai dari supermarket akan saja ambil," ucap Asyifa yang memberikan langsung uangnya.
" Baiklah kalau begitu," sahut pelayan itu dan Asyifa tersenyum dan dia pun langsung pergi meninggalkan tempat itu memilih menunggu sambil berbelanja yang memang masih ada yang di butuhkannya.
Pelayan itu pun langsung menghampiri Rafa yang masih memarahi teman yang satunya.
" Maaf Tuan," sahut pelayan yang masih memegang paper bag dengan isi kue yang di butuhkan Rafa.
" Ada apa lagi?" tanya Rafa ketus.
" Ini cake yang taun inginkan," ucap wanita itu.
" Bukannya tadi teman kamu bilang kalau cakenya tidak ada dan harus menunggu setengah jam lagi," sahut Rafa ketus.
" Benar tuan. Tetapi kebetulan nona yang tadi memesan terlebih dahulu memberikannya pada tuan. Karena dia tidak buru-buru dan tidak apa-apa jika dia harus menunggu," jawab pelayan itu dengan sedikit penjelasan.
" Memang punya siapa cake ini?" tanya Rafa.
" Nona yang di sana," jawab pelayan itu menunjuk kearah luar yang mana Asyifa berjalan dan Rafa tidak bisa melihat siapa wanita itu dia hanya melihat punggungnya saja.
" Apa cake ini benar-benar sama?" tanya Rafa sedikit ragu.
" Benar tuan cake ini sama," jawab wanita itu.
" Baiklah kalau begitu," sahut Rafa yang akhirnya mengambil cake tersebut dan Rafa pun langsung melakukan pembayaran. namun dia masih melihat ke arah jalan yang Asyifa sudah semakin jauh. Tetapi tetap wajahnya kelihatan dan tidak ada yang di pikirkan Rafa untuk menanggapi masalah itu.
Setelah mendapatkan apa yang di inginkannya Rafa kembali memasuki mobilnya. Meletakkan cake tersebut di tempat duduk di sebelahnya.
" Seharusnya kalau tidak bisa memenuhi kemauan Coustemer tidak perlu berjualan," umpat Rafa yang ternyata masih begitu kesal dengan pelayan toko kue tadi yang membuat emosinya menggebu-gebu.
Tetapi lumayanlah ada Asyifa walau Rafa tidak bersyukur dengan penyelamatan wanita yang sampai saat ini tidak di ketahuinya siapa itu.
********
Rafa melanjutkan perjalanannya ke rumahnya yang mamanya menunggu di sana. Rafa sudah mendapat pesan dari sang mama harus buru-buru karena cake itu ternyata untuk di kirim. Tetapi Rafa masih saja menunggu di lampu merah.
" Mama kenapa sih tidak sabaran apa dia lupa tinggal di Jakarta dengan penuh kemacetan," umpat Rafa kesal melihat notif di handphonnya yang desakan sang mama menyuruhnya untuk buru-buru.
Rafa menoleh ke arah cake di sampingnya dan langsung membukanya. Rafa hanya memastikan apa sesuai tidak dengan pesanannya. Ternyata memang sesuai tetapi yang mencuri perhatiannya terdapatnya kartu ucapan di dalam box kue tersebut.
Rafa pun langsung mengambilnya dan membacanya.
..." Selamat pagi Opa, hari yang cerah untuk kebagian Opa. Bismillah dengan cake yang manis Favorite kita bisa memulai kemanisan hari-hari bersama Opa, semoga Opa selalu bahagia....
...Asyifa yang selalu sayang Opa....
Tulisan itu membuat Rafa mendengus tersenyum miring.
" Zaman sekarang apa masih ada wanita yang bisa bicara manis seperti itu kepada kakeknya. Bukannya kebanyakan wanita sekarang hanya berkata manis dan memproritaskan kekasihnya. Keluarga pasti jadi belakangan," gerutu Rafa yang berpendapat.
Mungkin Rafa hanya mengatai dirinya sendiri karena dia juga seperti itu. Lebih sering ribut dengan mamanya dan sering manis pada Miranda pacarnya. Ya Rafa sedang berkaca sekarang.
" Asyifa. Kenapa nama itu tidak asing," batin Rafa sering mendengar nama itu.
" Argha ada-ada saja yang membuat pikirin bertambah," ucap Rafa bergerutu sendiri.
Rafa sama sekali tidak peduli dengan apa isi surat yang sebelumnya di tulis Asyifa. Rafa pun meletakkan kartu ucapan itu di dalam laci mobilnya. Karena tidak mungkin tetap meletakkan di dalam box kue tersebut. Yang ada akan menjadi tanda tanya untuk mamanya dan lagian kapan dia bisa berkata semanis itu. Ya untung saja sudah di periksa terlebih dahulu.
*********
Asyifa yang sudah selesai melakukan segalanya, berbelanja seperlunya dan mengambil cake pesanananya akhirnya sampai di rumah opanya. Asyifa menyetir sendiri. Karena selain cantik dan pintar dia juga sangat mandiri.
Asyifa turun dari mobilnya dengan membawa cake yang yang di pegangnya dan juga ada kantung plastik yang di tangan yang satunya. Rumah opanya sudah sangat ramai orang yang keluar masuk dari rumah itu. Yang mungkin beberapa orang yang sepertinya memang ada keperluan di rumah itu yang mengurus pernikahan Lulu dan juga Roni.
Asyifa pun langsung memasuki rumah tersebut dan dengan bersamaan tiba-tiba ada mobil berhenti di depannya yang membuat langkah Asyifa terhenti. Seorang pria baru baya yang keluar dari mobil tersebut dengan membawa paper bag yang sama dengannya yang berasal dari toko roti yang di belinya sebelumnya.
" Permisi mbak!" sapa bapak tersebut dengan sopan.
" Iya ada apa ya pak?" tanya Asyifa.
" Benar ini rumah tuan Rudi?" tanya bapak-bapak tersebut.
" Iya benar sekali. Saya kebetulan adalah cucunya," jawab Asyifa.
" Oh kebetulan sekali. Ini mbak ada titipan dari nyonya Sofia, saya supirnya yang mengantarkannya," ucap Pria itu memberikan Asyifa paper bag yang di pegangnya dan itu membuat Asyifa kesulitan mengambilnya karena tangannya sudah penuh.
" Nyonya siapa? Siapa ya?" tanya Asyifa yang memang tidak tau.
" Rekannya Dokter Rendy," jawab bapak-bapak tersebut.
" Oh begitu ya sudah nanti saya sampaikan pada Opa saya," sahut Asyifa.
" Baik mbak, kalau begitu saya permisi dulu," sahut bapak-bapak tersebut. Asyifa mengangguk saja dan bapak-bapak tersebut pun langsung pergi.
Asyifa melihat paper bag tersebut sama dengannya dan membuatnya tampak berpikir sesuatu. Namum tidak mau ambil pusing Asyifa pun memasuki rumah Opanya tersebut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments