Setelah sang anak istirahat. Rania menuju kamarnya yang juga ingin istirahat. Di mana suaminya berada di atas tempat tidur dengan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
Namun Rania melihat suaminya seperti penuh pikiran. Ya sangat jelas di wajah suaminya itu.
" Kamu kenapa sayang?" tanya Rania menghampiri tempat tidur.
" Kemarilah!" sahut Rendy mengajak istrinya untuk duduk di sampingnya dan Rania pun langsung menaiki tempat tidur. Duduk di samping suaminya dan dengan memeluk manja suaminya. Kepalanya yang berada di dada bidang suaminya.
" Apa hari ini banyak sekali pasien?" tanya Rania. Mungkin itu alasan makanya wajah suaminya seperti itu. Wajah tampak berpkir keras.
" Tidak juga," jawab Rendy.
Rania mengangkat kepalanya dan melihat wajah suaminya itu.
" Lalu ada apa?" tanya Rania.
Rendy menegakkan posisi duduknya dan istrinya juga sama tidak menempel lagi pada Rendy yang mana Rendy menatap wajah istrinya dengan serius dengan meraih tangan Rania membuat Rania semakin heran.
" Sayang ada yang melamar putri kita," ucap Rendy menyampaikan apa yang membuat wajahnya tampak berpikir.
Sontak hal itu membuat Rania kaget. Dengan matanya yang terbelalak. Baru saja anaknya membicarakan pernikahan dan tidak sampai setengah jam ada yang melamar putrinya. Apa ini sebuah pertanda dan jawaban dari doa-doa Asyifa yang memang memiliki niat baik dalam pernikahan.
" Melamar Asyifa!" pekik Rania.
Rendy menganggukkan kepalanya.
" Siapa?" tanya Rania dengan mengangkat ke-2 bahunya.
" Bu Shofia. Kamu kenal Bu Shofia kan?" tanya Rendy. Rania menganggukkan kepalanya yang memang mengenal keluarga Shofia.
" Dia ingin melamar Asyifa untuk putranya," jawab Rendy. Rania masih tidak percaya dan begitu kagetnya mendengar perkataan suaminya itu.
" Kamu yakin dia melamar anak kita?" tanya Rania yang tidak percaya. Rendy menganggukkan kepalanya dengan memegang ke-2 tangan istiranya.
Flash back.
Rendy begitu heran yang tiba-tiba Shofia datang kerumah sakit. Padahal tidak jadwalnya untuk periksa. Namun karena Shofia mengatakan ingin bicara serius pada Rendy akhirnya Rendy menemui Shofia. Karena pembicaraannya yang di katakan Shofia ingin bicara serius pada Rendy membuat Rendy dan Shofia berada di kantin rumah sakit dan tidak bicara di ruangan Rendy.
" Ada apa Bu Shofia? Memang apa yang ingin ibu bicarakan? Ini sangat tumben sekali?" tanya Rendy heran.
" Begini Dokter sebelumnya saya ingin meminta maaf dulu. Jika saya lancang dalam hal ini. Tetapi sungguh saya hanya ingin menyampaikan niat baik saya dan jika tidak saya kataka. Saya hanya akan kepikiran terus,"ucap Shofia.
" Iya maksudnya?" tanya Rendy yang begitu penasaran.
" Saya ingin melamar putri Dokter untuk putra saya," ucap Shofia satu kali tarikan napas mengatakan apa maksud tujuannya.
Rendy pasti begitu terkejut mendengarnya. Bahkan tidak percaya jika Shofia akan melamar Asyifa. Hal itu bahkan mampu membuat Rendy bengong.
" Maaf Dokter. Jika apa yang saya katakan membuat Dokter jadi kaget. Saya benar-benar tidak bermaksud lancang. Kebetulan putra saya Rafa yang sudah berusia 28 tahun sudah mantap untuk menikah dan saya ingin Asyifa menjadi istrinya," jelas Shofia yang bicara masih gugup dan takut Rendy marah karena kelancangannya.
" Hmmmm, saya tidak meminta Dokter untuk langsung menjawab apa-apa," sahut Shofia yang begitu takut dengan Rendy jika menolak lamarannya. " Ini Dokter. Ini CV putra saya. Dokter bisa melihatnya dulu baru memutuskannya," Shofia memberikan map pada Rendy.
Benar-benar niat sekali Shofia menjadikan Asyifa menantunya sangat luar biasa. Dia mempersiapkan segalanya. Sampai menyiapkan CV Rafa. Karena Shofia tau anak seperti Asyifa pasti tidak mencari pasangan sembarangan dan pasti Rendy juga mencari suami untuk putrinya pasti tidak asal-asalan. Jadi Shofia harus bekerja dengan keras.
" Dokter!" tegur Shofia yang melihat Rendy masih bengong. Bagaimana tidak bengong dengan lamaran Shofia tiba-tiba dan sejak tadi Shofia banyak bicara. Tidak tau di dengarkan Rendy atau tidak.
" Dokter Rendy!" Shofia menegur lagi.
" Oh iya maaf Bu Shofia," sahut Rendy yang mengambil CV tersebut dan berusaha untuk tenang dengan mengatur napasnya. Dan bahkan minum dulu untuk menetralkan diri menghilangkan dari rasa shocknya.
" Maaf Dokter jika saya membuat Dokter kaget," ucap Shofia merasa tidak enak.
" Tidak apa-apa Bu Shofia. Niat ibu sangat baik dan semua tergantung pada putri saya. Usia Asyifa masih 20 tahun dan saya tidak bisa memastikan apa-apa. Tetapi saya juga ingin Bu Shofia memikirkan hal ini lagi dan ibu juga tidak mengenal Asyifa. Saya tidak ingin Asyifa nantinya akan mengecewakan ibu," ucap Rendy dengan ramah yang menyambut niat baik itu.
" Ya ampun keluarga mereka sebenarnya berasal dari langit mana. Bagaimana mungkin Dokter Rendy bisa bicara seperti itu seakan merasa putrinya tidak pantas. Apa dia tidak sadar mempunyai putri yang begitu sempurna, baik fisik dan lainnya. Ya Allah begitu rendah hati sekali Dokter Rendy. Yang tidak menyombongkan apa-apa bahkan dia takut putrinya yang tidak pantas. Bukan malah calon suaminya," batin Shofia semakin salut dengan keluarga Asyifa.
" Jadi ada sebaiknya ibu juga harus mengetahui dulu siapa putri saya dan pantas apa tidak menjadi menantu ibu," sahut Rendy.
" Iya Dokter saya tau. Tetapi dari perkataan Dokter apakah ada lampu hijau untuk saya?" tanya Shofia memastikan.
" Kalau masalah itu saya tidak memastikan untuk saat ini. Seperti yang saya katakan tadi. Saya akan bicara pada istri saya dan yang penting harus membicarakan pada putri kami. Karena pasti semua keputusan juga ada padanya. Saya dan istri saya hanya sebagai penyampai dan juga pemberi arahan. Semua keputusan ada pada Asyifa dan pasti atas ridho Allah," jawab Rendy.
" Jadi saya juga meminta waktunya dari Bu Shofia sendiri untuk membicarakan hal serius ini," ucap Rendy.
Mendengarnya Shofia tersenyum yang artinya niat baiknya di terima dan mana mungkin juga Rendy menerima begitu saja
" Saya mohon Bu Shofia untuk tidak merasa tersinggung," ucap Rendy merasa tidak enak.
" Ya nggaklah Dokter mana mungkin saya tersinggung. Justru saya merasa lega karena Dokter juga tidak marah dengan hal ini," ucap Shofia.
" Tidak ada alasan saya untuk marah," sahut Rendy.
" Terima kasih Dokter. Semoga ada kabar baik dan Dokter silahkan lihat putra saya, siapa dia, silahkan cari tau. Jika memang ada kesempatan untuk dia saya pasti sangat bahagia. Karena jujur putra saya bukan orang sempurna dan mungkin juga tidak pantas untuk putri Dokter. Tetapi keinginan seorang ibu hanya ingin yang terbaik untuk putra saya," ucap Shofia yang juga rendah diri dengan putranya yang tidak ada apa-apanya.
" Iya Bu Shofia kita sama-sama melihat kedepannya," sahut Rendy.
" Iya Dokter. Karena memang anak saya tidak sesempurna yang Dokter harapkan," ucap Shofia.
" Tidak ada yang sempurna di dunia ini," sahut Rendy. Shofia mengangguk-anggukkan yang sudah begitu bahagia niat awalnya di respon dengan baik.
Flassaon.
Rendy menceritakan semua kronologinya pada istrinya tanpa ada yang terlewatkan sedikitpun.
" Aku juga kaget sayang yang tiba-tiba. Bu Shofia melamar Asyifa," sahut Rendy yang masih mengingat permintaan Shofia.
" Memang Bu Shofia mengenal Asyifa?" tanya Rania.
" Aku tidak tau. Dia hanya sekali bertanya kepadaku siapa Asyifa. Eh tau-taunya sudah melamar Asyifa begitu saja," sahut Rendy.
" Memang kamu tau putranya siapa?" tanya Rendy.
" Aku tidak tau, aku hanya tau putri pertamanya Shania dan juga Zee putri terakhirnya. Itu yang aku tau. Karena Bu Shofia dan suaminya pernah mengundang makan di rumah mereka dan aku tidak pernah melihat putra mereka dan setauku putra mereka seorang pengusaha. Tetapi Bu Shofia juga memberikan CV untukku dan aku belum melihatnya sama sekali," jawab Rendy dengan sedikit penjelasan apa yang di ketahuinya.
" Bu Shofia niat banget mau melamar Asyifa," sahut Rania dengan wajah gusarnya.
" Menurut kamu Asyifa akan menerima atau tidak?" tanya Rendy.
" Aku tidak tau. Tetapi barusan saja aku bicara pada Asyifa. Dan sungguh kebetulan. Asyifa ingin menikah muda dan sepertinya sudah mantap dan tiba-tiba ada yang mau melamarnya. Apa itu suatu pertanda," ucap Rania.
" Asyifa mau menikah muda?" tenya Rendy yang tidak percaya jika hal ini begitu bertepatan, dia juga begitu kagetm
" Iya sayang," sahut Rania tampak tidak bersemangat, " dan seperti yang aku katakan apa itu pertanda?" tanya Rania lagi.
" Mungkin ini jalan dari Allah. Kita tidak tau siapa jodoh Asyifa dan bagaimana jodoh di pertemukan. Kita akan coba bicara kan ini pada Asyifa. Karena niat baik seseorang tidak bisa di biarkan begitu saja dan tetap Asyifa yang menentukan segalanya," ucap Rendy. Rania mengangguk-anggukkan kepalanya dan memeluk manja suaminya dengan kepalanya di dada bidang itu.
" Aku tidak menyadari jika putriku sudah dewasa dan mungkin dia akan milik orang lain," ucap Rania dengan berat hati melepas Asyifa jika pada akhirnya Asyifa akan menikah. Rendy tersenyum sembari mengusap-usap rambut istrinya.
" Sayang, kita itu hanya sebagai orang tua yang di amanahkan untuk membesarkan anak-anak dengan ilmu yang baik dan kelak bisa berguna untuk orang lain. Dan Asyifa maupun Azka akan menemukan kebahagian mereka masing-masing. Tanggung jawab mereka yang berbeda. Memang itulah resiko menjadi orangtua. Menyerahkannya anak yang di bimbingnya pada pasangan mereka dan makanya itu kita harus memberikan ilmu untuk anak-anak kita agar bisa berguna untuk orang banyak dan tidak mengecewakan orang-orang," ucap Rendy memberikan pencerahan pada istrinya yang pasti tidak siap melihat putrinya menikah.
" Hmmm, kamu benar. Ini juga yang kamu katakan waktu aku memaksa ingin mempunyai anak. Kamu bilang Anak itu hanya untuk kita sementar yang pada akhirnya hanya kita berdua yang akan kembali yang menua bersama," ucap Rania mengangkat kepalanya melihat suaminya. Rendy tersenyum dengan mencium kening Rania.
" Aku juga tidak menyadari jika kita berdua sudah punya putri dewasa dan putra yang remaja. Tetapi kenapa istriku. Wajahnya masih tetap seperti pertama kali aku temui sangat cantik," puji Rendy yang selalu membuat Rania terus jatuh cinta pada suaminya yang tidak pernah berubah memuji dirinya.
" Benarkah?" tanya Rania. Rendy mengangguk dan mengeratkan pelukannya.
" Kamu juga tetap seperti dulu sangat tampan," sahut Rania yang tidak kalah memuji Rendy.
" Aku tau itu," sahut Rendy semakin percaya diri. Rania hanya tersenyum yang terus memeluk Rendy.
Padahal hatinya sedang sedih. Karena Asyifa akan menikah sebentar lagi. Yang pasti dia tidak bisa lagi memanjakan putrinya yang masih di anggapnya 5 tahun itu. Ya tetapi sebagai orang tua memang seharunya Rania sudah siap untuk hal seperti apa yang di katakan suaminya sebelumnya tadi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
SakhaRafif
sepertinya syifa menerima lamaran bu shofia.
2023-02-08
1