Jakarta.
Rendy, Rania, dan Azka sarapan seperti biasanya sebelum Rendy berangkat ke rumah sakit dan Azka sekolah.
" Kak Asyifa kapan pulang Bu?" tanya Aska.
" Minggu depan sayang. Karena kak Asyifa dan kak Lulu masih ada pertemuan dengan keluarga calon suami kak Lulu," jawab Rania dengan sedikit penjelasan.
" Opa dan tente Willo, jadi menyusul?" tanya Aska.
" Jadi Aska, kemarin mereka sudah berangkat. Ibu dan ayah kemarin juga mengantarkan mereka ke Bandara. Kamu sih terlalu sibuk bermain basket. Jadi tidak ikut mengantarkan Opa dan Tante Willo," jawab Rania.
" Ya namanya juga lagi mendadak. Tau kalau Opa jadi menyusul. Aska seharusnya ikut," sahut Aska dengan wajahnya tampak meneyesal.
" Kalau kamu pergi liburan. Bagaimana dengan sekolah kamu," sahut Rendy.
" Benar kata Ayah kamu. Belum waktunya liburan. Jadi jangan liburan dulu. Kan nanti ada waktunya liburan semester setelah ujian," ucap Rania.
" Baik ibu. Aska hanya bercanda. Supaya tidak tegang saja," sahut Aska. Rania dan Rendy saling melihat dengan geleng-geleng kepala.
" Bagaimana sekolah kamu. Apa ada kesulitan?" tanya Rendy.
" Tidak ayah sama sekali. Ya Azka hanya mengumpulkan banyak prestasi saja. Supaya nanti Azka bisa menjadi seorang Pemimpin seperti ayah dan ibu inginkan.
" Aminnnn," sahut Rendy dan Rania tersenyum lebar.
***********
" Ma!! ma!!!" panggil Zee yang berada di ruang tamu yang memanggil mamanya.
" iya sebentar Zee," sahut Shofia yang menuruni anak tangga.
" Kamu ini tidak sabaran. Mama kan tidak bisa jalan cepat-cepat," keluh Shofia yang sudah berdiri di depan Zee.
" Bukan tidak sabaran mah, nanti kita terlambat. Mama kan harus cek Kerumah sakit dengan cepat. Kalau Dokter nya nanti keburu pergi bagaimana. Mama ini kan sangat luar biasa kalau bukan Dokter Rendy yang memeriksa mama. Pasti mama tidak mau di gantikan Dokter lain," ucap Zee yang mengoceh yang sudah tau ribetnya mamanya.
" Iya, iya kamu ini mengoceh terus. Ya sudah ayo kita pergi," ajak Shofia. Zee mengangguk dan langsung pergi bersama mamanya yang super ribet itu.
Ini memang jadwal Shofia memeriksakan kesehatannya dan pasti Dokternya adalah Rendy yang Dokter pemilik rumah sakit tersebut. Zee yang selalu menemani mamanya cek kesehatan kerumah sakit.
Dan Zee sudah berpengalaman tingkah mamanya. Ya mereka pernah telat dan Dokter yang di inginkan mamanya sudah pergi dan saat itu juga Zee menjadi korban yang harus menemani mamanya menunggu Dokter itu sampai larut malam.
Ya mamanya memang ibu negara yang tidak bisa di abaikan. Makanya Zee tidak mau mendapatkan masalah ke-2 kalinya dan harus mengingatkan mamanya sebelum kejadian itu terulang lagi.
***********
Rumah sakit.
Akhirnya Shofia tidak terlambat dan di periksa Dokter Rendy. Dokter yang menjadi idola ibu-ibu. Dan konon katanya. Ibu-ibu bisa sembuh dalam waktu cepat. Kalau Dokter Rendy yang menanganinya. Ya namanya juga ibu-ibu pasti ada puber ke-2nya.
Setelah melakukan pemeriksaan akhirnya Shofia berada di ruangan Rendy yang duduk di hadapan Rendy yang mana Rendy sedang menulis resep untuk Shofia.
" Obat tempo lalu di minum rutin kan Bu?" tanya Rendy dengan lembut.
" Pasti Dokter, mana berani saya tidak meminum obatnya," sahut Shofia.
" Alhamdulillah kalau begitu. Apa kolesterol ibu sering kambuh lagi?" tanya Rendy.
" Alhamdulillah tidak Dok. Kadang-kadang aja kalau Khilaf makan," jawab Shofia. Rendy berhenti menulis dan melihat Shofia dengan menautkan ke-alisnya.
" Jangan di ulangi ya Bu. Ibu harus jaga kesehatan. Supaya kolesterolnya tidak kambuh," ucap Rendy memberikan pesan.
" Iya Dokter, maklum lah sudah tua. Terkadang masih ingin makan ini makan itu," sahut Shofia.
" Intinya ibu harus terus jaga kesehatan. Jika ingin sembuh," sahut Rendy menegaskan.
" Insyallah Dokter," sahut Shofia.
" Saya tulis tambahan obat ya," ucap Rendy melanjutkan menulis dan Shofia mengangguk-angguk saja.
Shofia duduk menunggu Dokter selesai menulis dan kepala Shofia berkeliling melihat-lihat apa isi ruangan itu. Ya sekalian menunggu Rendy siap menuliskan resep. Tiba-tiba mata Shofia berhenti pada meja yang menempel di dingding. Di mana Shofia melihat bingkai foto yang di dalamnya adalah salah satu Dokter di depannya itu.
Yang tak lain foto keluarga Rendy, istrinya Rania dan Asyifa anak pertamanya dan Aska putra ke-2nya.
" Itu keluarga Dokter?" tanya Sofia menunjuk foto itu membuat Ardian menoleh kearah apa yang di lihat Shofia.
" Benar Bu Shofia, itu istri dan ke-2 anak saya," jawab Rendy.
" Masyallah keluarga Dokter Rendy begitu adem," sahut Shofia mengagumi. Rendy hanya tersenyum mendengarnya.
" Jika di kamera, bukannya memang harus terlihat adem," sahut Rendy dengan tersenyum.
" Dokter ini ada-ada saja," sahut Shofia, " Lalu itu anak gadis Dokter?" tanya Shofia yang terus memperhatikan foto Asyifa yang Shofia merasa pernah bertemu dengannya tapi masih di ingat-ingatnya di mana. Maklumlah. Shofia sudah berumur.
" Iya itu Asyifa anak sulung saya. Kebetulan dia sedang menyelesaikan s-2 nya di Mekah," jawab Rendy.
" Masyallah, anak yang cantik dan begitu pintar dan pasti sangat Solehah," sahut Shofia langsung mengagumi Asyifa.
" Ibu bisa aja. Padahal ibu belum bertemu dengannya," sahut Rendy dengan geleng-geleng.
" Hmmm, oh iya Dokter apa putri dokter sudah memiliki kekasih?" tanya Shofia. Rendy mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Shofia dengan serius. Pertanyaan itu mungkin begitu intens.
" Insyallah Bu Shofia, putri saya tidak berpacaran," jawab Rendy dengan ramah.
" Masyallah, jarang sekali wanita sekarang punya komitmen untuk tidak berpacaran. Apa lagi di jaman sekarang ini," sahut Shofia yang begitu kagum melihat Asyifa. Bahkan terus melihat wajah Asyifa yang di dalam bingkai dengan wajahnya yang berseri-seri.
" Insyaallah hal itu mungkin bisa di jaga putri saya," sahut Rendy.
" Putri Dokter Rendy begitu cantik, dan sepertinya orangnya begitu positif. Dia kuliah s-2 di Mekah, itu menandakan putrinya juga begitu pintar dan menomor satukan pendidikan. Masyallah sangat beruntung sekali siapa yang menjadi suaminya nanti," batin Shofia yang tidak henti-hentinya mengagumi sosok Asyifa wanita yang belum di temuinya sama sekali.
" Ini Bu Shofia resepnya," ucap Rendy memberikan resep obat yang sejak tadi di tulisnya. Namun terlihat Shofia malah melamun.
" Bu Shofia!" tegur Rendy.
" Oh, iya maaf Dokter," sahut Shofia langsung mengambil resep obat tersebut. " Makasih Dokter Rendy," ucap Shofia. Rendy menganggukkan kepalanya.
" Sama-sama," sahut Shofia.
" Ya sudah Dokter saya permisi dulu," ucap Shofia mengambil tasnya langsung berdiri.
" Iya Bu Shofia hati-hati di jalan dan iya jangan lupa perhatikan kesehatannya dan minum obatnya dengan teratur," ucap Rendy memberi ingat.
" Pasti Dokter. Saya permisi ya!" ucap Shofia yang berpamitan. Rendy menganggukkan kepalanya. Shofia pun langsung keluar dari ruangan itu. Rendy menoleh ke arah foto yang terpajang yang mencuri perhatian pasiennya.
" Asyifa semoga kamu terus menjadi anak yang baik yang terus menjadi kebanggaan keluarga kita dan pasti berguna untuk orang banyak," batin Rendy yang menatap foto putrinya yang tersenyum lebar.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments