1 Minggu kemudian.
Rania sedang menyiapkan sarapan di pagi hari seperti biasanya. Maklum anak dan suaminya tidak mau makan. Kalau bukan masakan dari tangannya. Jadi Rania memang harus menyiapkan semuanya. Begitulah menjadi ibu yang selalu di idolakan memang itu lah resikonya.
Tingnong, tinnong.
Suara bel rumah berbunyi membuat Rania menghentikan pekerjaannya.
" Siapa pagi-pagi begini datang bertamu," gumamnya dengan heran. Rania pun langsung meninggalkan meja makan dan langsung menuju pintu untuk melihat siapa yang datang bertamu.
" Sebentar," sahut Rania yang buru-buru membuka pintu. Karena bel terus saja berbunyi dan akhirnya Rania membuka 2 daun pintu yang tinggi itu.
" Assalamualaikum ibu!" sapa Asyifa dengan wajah senyum cerianya yang sudah berdiri di depan pintu yang membuat Rania begitu shock yang ternyata melihat putri cantiknya.
" Asyifa," pekik Rania yang tampak kaget sampai napasnya harus naik turun yang tidak percaya putri sulungnya berdiri di depannya. Asyifa mengangguk-angguk dan langsung mencium punggung tangan ibunya dan memeluk ibunya dengan erat.
" Kamu ini benar-benar pulang. Kenapa tidak bilang-bilang sama ibu?" ucap Rania memeluk erat melepas rindu.
" Asyifa ingin kasih Supraise untuk ibu," sahut Asyifa yang tidak kalah memeluk erat ibunya.
" Ya Supraise kamu berhasil, ibu sangat terkejut," sahut Rania yang sudah melepas pelukannya dan mengatur napasnya dengan putrinya yang tidak henti-hentinya mengeluarkan senyum itu.
Rania begitu merindukan Asyifa sampai terus melihati Asyifa dari bawah sampai atas.
" Kamu ini membuat ibu terkejut," ucap Rania dengan wajah cemberutnya.
" Maafkan Asyifa ibu," ucap Asyifa merasa bersalah. Rania mengangguk-angguk dan memegang ke-2 pipi putrinya itu lalu mencium lembut keningnya.
" Ibu sangat merindukan kamu," ucap Rania yang baru bisa tersenyum.
" Sama Asyifa juga merindukan ibu," sahut Asyifa.
" Ya sudah, sekarang ayo kita masuk," ajak Rania. Asyifa mengangguk dan memasuki rumah dengan menggenggam tangan ibunya dan sebelah tangannya menyeret kopernya.
" Sayang! Sayang!" panggil Rania di ruang tengah.
" Lihat siapa yang datang," sahut Rania yang berteriak, sehingga yang di panggilnya sayang itu akhirnya keluar juga yang tak lain suaminya.
" Ada apa sayang, pagi-pagi sudah berteriak," sahut Rendy yang menuruni anak tangga. Langkahnya terhenti ketika melihat di bawah sana putri cantiknya yang ada di sana yang di sebelah bidadari siapa lagi kalau bukan istrinya.
" Ayah," sahut Asyifa. Rendy tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Asyifa langsung memeluk ayahnya.
" Kamu sudah pulang?" tanya Rendy begitu merindukan putrinya itu.
" Iya ayah, maaf Asyifa tidak mengabari ayah dan ibu. Asyifa hanya ingin membuat kejutan. Jangan marah ayah," sahut Asyifa.
" Tidak apa-apa Asyifa. Ayah tidak marah," sahut Rendy.
" Tetap aja ibu masih kaget," sahut Rania. Rendy melepas pelukan dari putrinya itu.
" Berati Supraise Asyifa berhasil buktinya ibu kaget," sahut Rendy.
" Iya deh," sahut Rania yang membuat Asyifa tertawa kecil.
" Kamu apa kabar Asyifa. Apa selama di sana baik-baik saja?" tanya Rendy.
" Alhamdulillah ayah, semuanya baik-baik saja," sahut Asyifa dengan tersenyum.
" Alhamdulillah kalau begitu," sahut Rendy.
" Oh, iya di mana Azka?" tanya Asyifa yang mengingat asik satu-satunya itu.
" Aku di sini," sahut Aska yang datang tiba-tiba membuat mata tertuju padanya. " Aku pikir kakak sudah melupakanku. Makanya aku diam saja. Tidak taunya. Ternyata aku masih di cari," sahut Azka.
" Mana mungkin kakak melupakanmu," sahut Asyifa yang menghampiri adiknya itu dan langsung memeluknya dengan erat.
" Kau bertambah tampan," puji Asyifa melepas pelukan dengan mengacak-acak rambut adiknya itu yang mana adiknya lebih tinggi sedikit darinya dan mungkin pertumbuhan Azka akan semakin berkembang dan pasti lebih tinggi lagi dari sang kakak kedepannya. Dan Azka pasti lebih cocok menjadi kakak Asyifa.
" Benarkah aku semakin tampan?" tanya Azka.
" Iya Azka lihatlah, kamu itu semakin tampan," jawab Asyifa apa adanya.
" Karena kakakku tidak pernah berbohong. Jadi aku mempercayai apa yang kakak ku katakan," sahut Azka yang kupingnya langsung kembang ketika mendapat pujian. Rendy dan Rania saling melihat dan tersenyum sembari geleng-geleng kepala.
" Kau ini," geram Asyifa yang lagi-lagi mengacak rambut adiknya itu.
" Kakak berantakan, ketampanan ku bisa berkurang," ucap Azka kesal.
" Iya-iya kakak tau. Sekarang katakan pada kakak. Apa seorang Azka yang merasa tampan ini pasti menjadi play boy di sekolahnya?" tanya Asyifa dengan meyipitkan matanya mencurigai adiknya itu.
" Itu rahasia," sahut Azka dengan mengedipkan 1 matanya.
" Kau ini benar-benar," geram Asyifa yang kembali mengacak rambut adiknya. Azka pasti komplen lagi dengan kebiasaan kakaknya itu.
" Sudah-sudah, jangan bertengkar. Ayo kita sarapan dulu. Tadi ibu sudah menyiapkan sarapan special dan ternyata Asyifa datang. Jadi ini rezeki Asyifa," sahut Rania.
" Kebetulan Asyifa lapar dan Asyifa juga merindukan masakan ibu," sahut Asyifa dengan semangatnya.
" Ya sudah ayo sarapan dulu!" ajak Rendy. Asyifa mengangguk, begitu juga dengan Azka yang mana mereka langsung menuju meja makan.
Rendy menarik kursi dan mempersilahkan istrinya untuk duduk. Melihat hal manis yang di lakukan ayahnya membuat Asyifa terus tersenyum. Sang ayah memang tidak pernah berubah. Selalu tau cara membahagiakan istrinya dan Asyifa pasti sering menyaksikan itu. Itu juga salah satu membuat keinginannya untuk menikah muda.
Asyifa yang sudah duduk hanya menatap kagum ke-2 orang tuanya yang mana sekarang ibunya menyiapkan nasi untuk ayahnya. Di tengah lamunannya tiba-tiba terdapat Minuman rasa Strawberry di sampingnya membuat matanya berbinar dan langsung menoleh ke arah yang memberinya. Siapa lagi kalau bukan adiknya yang tampan itu.
" For my sister," ucap Aska begitu manis, Membuat senyum Asyifa semakin mengembang.
" Thank you," sahut Asyifa dengan bahagianya. Dan Aska mengangguk yang langsung duduk di samping kakaknya.
" Kamu itu tau aja apa yang kakak sukai. Makasih ya Azka tampan," sahut Asyifa lagi yang tidak kalah mengucapkan terima kasih lagi.
" Sama-sama kakak," sahut Azka, " sekarang kakak minum!" Parintah Azka. Asyifa mengangguk dan langsung meminum minuman yang di sukainya itu.
Rania dan Rendy kembali tersenyum melihat ke-2 anaknya yang dari dulu selalu akrab, dan saling menyayangi. Memang Azka dan Asyifa begitu manis dan pasti semua itu pasti karena didikan dari ke-2 orang tuanya yang tidak pernah gagal.
" Ayo nak kita sarapan!" Rania juga menyendokkan nasi goreng ke piring sang anak. Asyifa tersenyum dan menikmati lagi-lagi apa yang di sajikan ibunya kepadanya.
*********
Asyifa yang kembali ke Jakarta yang mengejutkan keluarganya. Lain dengan Shofia yang sedang duduk ruang perpustakaan yang mana terlihat Shofia begitu serius melihat lembaran kertas dan terdapat foto salah satu wanita di di atas mejanya yang mana ternyata foto Asyifa.
" Hafis quraan saat usia 9 tahun, selesai S1 usia 19 tahun dan sekarang mau wisuda S2 dan usianya baru 20 tahun," ucap shofia yang ternyata mencari tau anak dari Dokter Rendy.
Dan betapa terkejutnya Shofia yang ternyata anak dari Dokter tersebut begitu luar biasa yang mana sudahlah cantik dan prestasinya begitu banyak. Yang membuatnya terkagum-kagum sampai tidak bisa berkata-kata lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments