Antara gerah dan kasihan mendengar rengekan Sarah, wanita cantik yang dipanggil Mami itu akhirnya mengalah, "Baiklah, tapi tolong jangan kecewakan dan mempermalukan Mami. Mudah saja, kamu hanya perlu menggerakan tubuhmu dan tersenyum menggoda. Pancing tamumu agar ia lebih bergairah, lalu biarkan saja dia yang bekerja. Kamu cukup membuka kedua kakimu lebar-lebar dan nikmati semua sentuhannya. Ingat, kamu masih belum terjamah. Hubungan pertama itu sedikit sakit, tapi jangan sekali-kali kamu menjerit ataupun menangis karena tamu ini ingin ladies yang berpengalaman bukan yang perawan."
Kepala Sarah tiba-tiba pening mendengar arahan Mami, ia sama sekali buta akan hal menggoda pria. Bukannya ia tak tahu malam pertama itu sakit, tapi kepalang tanggung semua harus dijalani demi Papanya.
"Jangan panik, selebihnya kamu akan ketagihan." Melihat wajah Sarah yang pias, Mami berbisik sembari mengerlingkan matanya.
"Bersiaplah dulu, nanti Mami kasih tahu tamumu ada di kamar nomer berapa," ujar Mami lalu langsung berbalik kembali ke balik tirai.
Sarah memperbaiki riasan dan rambutnya, lalu mengambil nomer kunci kamar yang diberikan Mami. Kakinya bergetar ketika ia berjalan menuju ke tempat, di mana ia akan menyerahkan harta yang paling berharga pada orang yang tidak ia kenal dan tak pernah ia temui sebelumnya.
Sampai di depan pintu yang menunjukan angka yang sama dengan kunci di tangannya, Sarah menarik nafas lalu menghembuskannya berulang kali sebelum ia mengetuk pintu kamar. Terdengar suara pria dari dalam memintanya untuk langsung membukanya sendiri.
"Hai," sapa Sarah. Ia sempat terkejut melihat penampilan pria yang akan dilayaninya. Dalam bayangannya tadi ia akan melayani pria tua hidung belang berperawakan besar, dengan perut buncit dan kepala yang botak seperti umumnya pria yang berkelebihan uang di negara ini. Sedangkan pria yang duduk sembari menopang sebelah kaki dihadapannya ini, lebih pantas di sebut sebagai pemuda.
"Hai," sahut pria itu.
Sarah berdiri tegak di hadapan pria asing itu tanpa tahu harus melakukan apa. Sejenak mereka saling memandang dan menilai satu sama lain.
"Eeh, emm Bapak ... Mas mau saya layani seperti apa?" tanya Sarah setelah lama saling diam dan memandang. Ia tahu ini adalah pertanyaan yang konyol untuk wanita panggilan kelas atas, tapi hanya itu yang berhasil keluar dari mulutnya.
Pria itu tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan yang ia lontarkan. Sedikit salah tingkah, pria itu berdehem lalu berdiri, "Percintaan yang panas."
Gantian Sarah yang terkejut, tapi sedetik kemudian ia kembali dapat menguasai diri. Sarah membuka sepatunya, lalu berjalan dengan langkah menggoda mendekati pemuda itu. Namun baru saja ia maju lima langkah, pemuda itu mengangkat tangannya dan menghentikan langkahnya.
"Siapa namamu?" tanya pria itu terdengar sedikit gugup.
"Sarah." Sedetik kemudian ia merutuk dalam hati mengapa tidak menggunakan nama samaran.
"Nama saya, William. Kamu bisa panggil aku, Willi." Pemuda itu mengembangkan senyumnya yang kaku.
"Bisa kita mulai?" tanya Sarah.
"Kemari, duduklah dulu." Willi menunjuk kursi di hadapannya, "Sudah berapa lama kamu mmm ... bekerja seperti ini?"
"Cukup lama." Sarah mengibaskan rambutnya untuk mengurangi kecanggungan karena telah berbohong.
"Ini pengalaman pertamaku, bisakah kamu mengajari aku?" Tangan pemuda itu saling meremas. Pendingin udara di kamar ini tak mampu menghentikan keringat sebiji jagung yang muncul di keningnya.
Sarah meringis geli, bagaimana bisa ia mengajari pria itu bercinta sedangkan berciuman saja ia belum pernah. Setidaknya kebodohannya tentang pengalaman bercinta, tidak akan diketahui oleh tamunya ini.
"Baiklah. Boleh aku buka?" Sarah menunjuk kancing kemeja William.
"Silahkan," sahut William dengan suara bergetar.
Tak kalah bergetarnya, jari Sarah membuka satu persatu kancing kemeja William. Dengan jarak sedekat ini, ia dapat mencium aroma parfum maskulin yang seakan membiusnya. Dada bidang William sudah mulai terlihat, mata Sarah tepat segaris lurus dengan jakun William yang bergerak naik turun tak beraturan.
"Lalu? Kamu sendiri tak buka gaunmu?" tanya William setelah kemejanya lepas seluruhnya dan Sarah hanya diam berdiri, mengagumi tubuh bagian atasnya yang telanjang.
"Oh, ya." Sarah menggapai-gapai resleting di punggungnya.
"Boleh aku bantu?" tawar William ketika melihat Sarah kesulitan menemukan reseleting gaunnya.
"Bo-boleh." Sarah berbalik membelakangi William.
"Rambutmu."
"Oh, maaf." Sarah mengangkat rambut coklat panjangnya ke atas dan tampaklah tengkuk putih yang menantang, "Sudah?"
"Oh, ya sebentar." William sempat terhipnotis dengan pemandangan indah yang ada dihadapannya. Lalu dengan jantung berdegub ia mulai menurunkan reseleting gaun Sarah.
Semakin turun ia menarik reselting itu ke bawah, semakin jelas pula lekuk tubuh Sarah terlihat. Jakun William bergerak kasar, ketika kaitan penutup dada berwarna hitam sudah terlihat. Tak jauh bedanya dengan Sarah, gadis itu rasanya ingin segera kabur saat merasakan hawa dingin mulai menerpa kulit punggungnya yang telanjang.
"Su-sudah," ucap William gagap.
Sarah membalikkan badan, tangannya menahan gaunnya agar tidak meluncur jatuh ke lantai. Gantian William yang terlihat kesulitan membuka ikat pinggangnya.
"Biar saya bantu." Sarah berinisiatif menawarkan bantuan.
"Maaf, aku mungkin sedikit gugup," ucap William malu. 'Tidak hanya kamu, aku lebih takut dibandingkan kamu,' batin Sarah sembari membuka celana tamunya.
William mengangkat kepalanya tak mau memandang ke bawah saat jari Sarah tak sengaja menyenggol miliknya. Benda berharganya itu sejak ia duduk di bangku SD, tidak pernah ada yang menyentuhnya selain tangannya sendiri. William mulai gelisah saat Sarah sudah mulai menurunkan reseleting celananya.
'Susah.' Kening Sarah berkerut, resleting celana jeans William macet di tengah tak mau ditarik ke bawah maupun kembali keatas.
"Aaaaaakkhhh!" Tiba-tiba suara William yang menjerit kesakitan mengagetkan semua tamu yang berada di lorong yang sama.
Sarah panik tak tahu harus bagaimana. Tamunya itu sekarang berguling-guling di atas ranjang sembari memegang selangkangannya.
"Maaf, maaaff, saya tidak sengaja biar saya bantu." Sarah ikut naik ke atas ranjang. Ia takut akan dapat masalah kalau Mami tahu apa yang sudah menimpa tamunya ini.
William membiarkan Sarah mendekatinya dan membuka celananya. Berangsur-angsur rasa perih dan panas pada benda kebanggaannya itu berkurang.
Ujung benda miliknya itu tampak merah dan sedikit bengkak. sepertinya Sarah tadi kurang berhati-hati dan terlalu memaksa menarik reseleting celana jeansnya, sehingga sesuatu yang masih tertidur itu menjadi korbannya.
"Oww, kasihan." Sarah memandang benda milik tamunya dengan prihatin. Benda itu tampak lucu sekaligus menyedihkan di matanya. Bersembunyi di balik celana dengan ujung memerah, sungguh kasihan sekali.
"Sudah cukup!" William berdiri dari ranjang, membetulkan celananya dan mengenakan kembali kemejanya.
"Tunggu sebentar, kenapa dipakai lagi bajunya? Kita tidak jadi bercinta?"
"Kamu kira aku bisa bercinta dengan keadaan miliku seperti ini?" William dengan kesal menunjuk benda kesayangannya yang sudah kembali nyaman di dalam sarangnya.
"Tolong beri aku kesempatan, kita tunggu sebentar lagi sampai dia sembuh." Sarah berdiri menghalangi langkah William.
"Aku sudah tidak minat, minggir!" William menggeser Sarah yang berdiri menutupi pintu, tapi wanita itu bertahan dengan memegang tembok di kanan kirinya.
"Aku akan memperbolehkanmu keluar, tapi tolong janji jangan laporkan ini sama Mami. Aku butuh pekerjaan ini, aku butuh uang." Air mata palsu Sarah mulai merebak.
"Baiklah. Sekarang minggir."
"Uangnya?" Sarah menengadahkan telapak tangannya.
"Kamu minta bayaran setelah menyakiti aku? Seharusnya kamu yang memberiku uang untuk berobat."
"Setidaknya untuk aku pulang naik angkot malam ini." Sarah tetap memaksa dengan wajah memelas.
Sembari mendecih dan mengumpat, William merogoh kantong celananya dan mengeluarkan beberapa lembar berwarna merah dari dalam dompetnya.
"Terima kasih orang baik. Sampai bertemu lagi." Sarah melambaikan tangan dan mencium lembaran merah di tangannya.
"Tak akan!"
...❤️🤍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ra2_Zel
selucu apa ?😂
2023-04-11
0
Ra2_Zel
kejepit resleting?
2023-04-11
0
Ra2_Zel
oh... ternyata sama-sama belum pengalaman
2023-04-11
0