Mendadak Punya Bayi

Mendadak Punya Bayi

Sarah Anderson

"Paaaa ...." Suara bergetar Sarah terdengar menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Namun tidak bagi para algojo yang bertugas menyiksa Papanya. Remuk hati Sarah saat harus menyaksikan pria yang membesarkannya, dipukul dan ditendang tepat di depan matanya.

Dua pria bertubuh besar dengan banyak tatto di lengan dan dadanya itu, memaksanya untuk membuka mata dan menyaksikan bagaimana Papanya yang selalu sabar dan berwibawa, disiksa sedemikian rupa.

Suara rintih menahan sakit dari mulut Papanya, membuat Sarah tertelungkup memohon, "Berhenti, tolong berhentiiii." Sarah gadis cantik dari keluarga terpandang itu, bersimpuh nyaris menyembah pria yang menginjak tengkuk Papanya.

"Katakan pada Papamu, di mana ia sembunyikan uang milik Bos kami!"

"Ssuudaahh ku katakan, aakkhu sudaah menyerahkan semuuanyaa pada Pak Wiraa." Dengan susah payah Tuan Anderson membela diri.

Buughhh!

Satu tendangan keras mengenai tulang rusuk Tuan Anderson. Pria berambut putih itu meringis dan memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya.

"Papaaaaa ...." Sarah semakin histeris. Ia ingin berlari dan memeluk Papanya, tapi dua pria besar yang ada di kanan kirinya menarik tangannya hingga ia kembali jatuh terjembab di tanah, "Ambil!, ambil semua yang ada di rumah ini. Bawa pergi mobil, perhiasan dan semua harta kami, tapi tolong lepaskan Papakuu!" Sarah menjerit pilu.

Sontak keempat pria bertatto itu menertawakan perkataannya.

"Cantik, rumahmu beserta isinya ini sudah bukan milikmu lagi. Itupun, masih belum bisa mengganti uang yang Papamu curi dari Bos kami."

Pria di kanan Sarah, berjongkok lalu mengangkat dagu Sarah, "Satu-satunya yang belum dimiliki di rumah ini hanyalah kamu."

Ciiuuuh!

"Sialan!" Plaakkk!

Satu tamparan yang sangat keras dari tangan pria besar itu, membuat tubuh Sarah terjengkang. Tuan Anderson hanya bisa menangis melihat putri satu-satunya yang selalu ia manja, tergolek tak berdaya dengan bibir pecah berdarah.

"Bos kita ga suka anak kecil," celetuk salah satu dari mereka.

"Kita jual saja, lumayan pasti banyak yang mau."

"Jhhaangaann." Tuan Anderson merintih memohon. Sarah bangkit dan berlutut di hadapan empat pria itu.

"Aku akan melunasi hutang Papaku dengan caraku sendiri, beri aku waktu," ucapnya memohon dengan nada tegas.

"Hutang Papamu ini sangat besar sekali, kamu mau bayar pakai apa?" ledek pria berambut cepak.

"Itu urusan saya. Saya janji semua pasti akan lunas, saya sendiri yang akan jadi jaminannya. Tolong lepaskan Papa saya." Sarah membungkuk semakin dalam. Ia sudah kalut tak memikirkan dampak dari ucapannya itu, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana menolong Papanya yang sudah semakin lemah.

Empat pria itu saling berpandangan, lalu salah satu dari mereka tampak menghubungi seseorang di seberang sana. Setelah menutup teleponnya, ia mengangguk pada yang lain dan memberikan kertas kosong serta bolpoin pada Sarah.

"Tanda tangan."

"Ini tidak ada tulisannya."

"Cepat tanda tangan! Kamu mau Papamu mati?" ancam pria itu.

Dengan tangan bergetar, Sarah terpaksa menandatangani selembar kertas putih yang kosong. Ia tidak tahu apa yang akan dituliskan penjahat itu diatas tanda tangannya, bisa saja nyawa atau kebebasannya yang diminta.

Pria itu langsung merebut kertas dari tangan Sarah, begitu gadis itu selesai membubuhkan tanda tangannya.

"Agar kamu selalu ingat, ini perjanjian yang kamu minta sendiri." Pria itu mengoleskan darah yang mengalir dari mulut Tuan Anderson di atas tandatangannya.

"Sekarang kalian keluar dari sini, karena rumah beserta isinya sudah bukan milik kalian lagi." Empat pria itu dengan kasar menyeret Tuan Anderson dan Sarah masuk ke dalam mobil.

Sampai di pemukiman yang sepi, dengan tega mereka melempar Sarah di pinggir jalan dan membawa Papanya untuk jadi tawanan.

"Bos kami memberikan waktu selama enam bulan, untuk kamu mengembalikan uang yang Papamu bawa lari. Kalau kamu sudah mendapatkan uang itu, datanglah menemui Bos kami dan jemput Papamu pulang. Kalau lewat dari waktu yang ditentukan, tak perlu datang menjemput Papamu karena dia sudah menjadi santapan hiu di laut. Sebagai gantinya, kami yang akan mencarimu." Pria yang dipanggil ketua oleh teman-temannya itu, tertawa keras sembari menunjukan kertas kosong dengan tandatangan miliknya serta darah Papanya.

Duuuaarr!

Suarah gemuruh dan petir yang menyambar, mengembalikan ingatan Sarah. Malam itu sungguh mencekam sekaligus menyedihkan baginya. Dalam semalam ia menjadi pengemis di pinggir jalan hanya untuk sekedar mengisi perut.

Satu minggu sudah berlalu dari kejadian mengerikan itu, ia tidak tahu lagi bagaimana kondisi Papanya. Entah bagaimana, para pria bertatto itu dapat kembali menemukannya. Mereka menyerahkan fotocopy surat yang telah ia tandatangani dengan perjanjian diatasnya. Mata Sarah terbelalak melihat deretan angka dengan jumlah yang mustahil dapat ia lunaskan dalam waktu enam bulan.

"Sarah?" Mona, wanita yang menemukan dirinya sedang menangis di pinggir jalan dan menampungnya di kos petak miliknya, bergegas masuk ke dalam kamar dengan wajah sumringah.

"Besok kamu sudah bisa mulai," ucapnya semangat.

"Apa iya, Mon secepat itu?" Sejenak ia merasa gamang dengan keputusan yang belum ada satu jam ia ambil.

Mona menawarkan pekerjaan menjadi wanita panggilan kelas atas, jika ingin meraup untung besar dalam waktu singkat. Begitu ia mengangguk, Mona langsung menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Iyaa, gimana kamu mau 'kan? Mami jarang mau terima orang baru loh. Kalau bukan karena aku jamin kamu cantik dan masih segel, Mami pasti menolakmu."

Sarah diam sejenak, penawaran ini adalah pilihan terakhir. Ia sudah keliling mencari pinjaman dan pekerjaan, tapi teman serta saudaranya seolah tak mau mengenalnya lagi setelah tahu Papanya bangkrut karena terjerat hutang dengan mafia.

"Aku siap, Mon." Sarah mengangguk pasrah.

"Ya sudah, besok langsung aja datang di tempatku bekerja. Nanti aku pinjamkan baju dan sepatuku." Mona menepuk bahu Sarah puas. Wanita itu sudah membayangkan uang yang akan didapat dari membawa wajah baru di lingkungan kerjanya.

Besoknya menjelang tengah malam, Sarah sudah siap menyusul Mona di tempat kerjanya. Ia merapatkan jaketnya dan berlari kecil menerobos gerimis. Jalanan yang macet menuju tempat hiburan malam, membuat Sarah harus rela turun dari angkot sebelum sampai di tujuan.

"Kenapa kamu lama sekali?" Begitu Mona melihatnya masuk, wanita itu langsung menariknya. Mona menggiringnya menghadap wanita usia awal 50tahun yang masih terlihat cantik.

"Ini?" Wanita yang dipanggil Mami itu, mengamatinya secara seksama, "Cantik. Masih perawan?" tanya Mami lugas. Mona mewakili Sarah mengangguk.

"Mau dijual berapa?"

Mendengar pertanyaan tentang uang, tanpa pikir panjang Sarah menjawab, "Satu milyar."

Sontak Mami dan Mona berpandangan lalu terpingkal geli.

"Baiklah, itu hak kamu. Semoga cepat dapat pelanggan yang berani membayarmu sesuai yang kamu inginkan," ucap Mami setelah tawanya mereda, "Kamu tunggu di sini, rapikan riasanmu," titahnya.

Sarah menunggu di balik tirai bersama dengan wanita panggilan lainnya. Dari balik tirai itu, ia dapat mendengar suara pria sedang berbincang dengan Mami. Lalu satu persatu wanita yang bersamanya, dipanggil dan keluar menemui tamu yang akan menikmati tubuh mereka.

"Saya mau yang cantik dan yang paling penting berpengalaman." Suara pria dari balik tirai terdengar sedikit gugup.

"Yang paling berpengalaman dan paling yahud servisnya, baru aja keluar yang lain saja ya," rayu Mami genit.

"Terserah, atur saja. saya siap bayar berapapun asalkan berpengalaman."

Sarah yang menguping dari balik tirai, mendengar tawar menawar itu langsung terbelalak.

"Berapapun?" goda Mami, "Oke, sebentar ya." Mami menyibak tirai lalu memanggil salah satu anak buah tebaiknya, "Mawaaarr ..."

"Miii, tamu di luar berikan aku, please," Sarah menghadang Mami sebelum wanita yang dipanggil keluar.

"Maaf, Sayang dia minta yang berpengalaman, kamu masih perawan belum tahu cara memuaskan pria di ranjang." Mami menggeser Sarah dari hadapannya.

"Aku bisa, Miii, tolong kasihkan aku. Aku janji tidak akan mengecewakan Mami." Tangan Sarah mengatup memohon.

...❤️🤍...

Terpopuler

Comments

Mutia Kim🍑

Mutia Kim🍑

Malang sekali nasibmu, Sarah😭 Kasihan bapaknya pasti di jebak😭

2023-04-10

2

Neoreul (IG:Neoreul_Bogosipheo

Neoreul (IG:Neoreul_Bogosipheo

Sarah gak ada pilihan lagi kah🙂🙂🙂

2023-04-10

0

Saputri 90

Saputri 90

perempuan kalau kepentok ya begitu...sedih🤧

2023-04-10

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!