Setoran mafia

"Om, maaf saya ga mau!" Sarah menggeleng tegas. Ia tidak gila, baru saja datang tiba-tiba mau dinikahkan.

"Pa, aku punya kekasih. Brenda mau dikemanakan?"

"Diam kamu!" sergah Papa William kesal, lalu ia berpaling pada gadis yang menggendong bayi di sebelah putranya, "Kenapa kamu tidak mau menikah dengan putraku? lantas cucuku mau kamu kasih makan apa?"

"Cucu?" Sarah membesarkan matanya, lalu ia kembali diam setelah Papa dari pemuda itu menunjukan beberapa lembar foto dirinya dan William keliar dari kamar yang sama pada malam itu.

"Jangan bilang kamu tidak tahu bayi itu anak siapa. Apa kamu berhubungan intim dengan pria selain anakku?" Papa Raymond memicingkan matanya.

"Saya tidak pernah berhubungan intim dengan siapapun!" seru Sarah tegas. Memang benar apa yang dikatakannya, ia tidak berbohong karena dengan William pada malam itu pun tidak terjadi apa-apa.

Namun ungkapannya itu disimpulkan lain oleh Papa William. Pria setengah baya yang masih jelas ketampanannya itu tersenyum puas, tapi begitu ia melirik ke arah putranya senyumnya raib.

"Kamu harus segera urus pernikahanmu sekarang, Papa mau malam ini semua selesai!"

"Om, saya tidak mau menikah dengan dia," ulang Sarah tegas.

"Orangtuamu di mana? Bisa saya minta nomer ponselnya kalau kamu takut menjelaskan pada mereka." Papa William tidak mempedulikan penolakan Sarah.

"Mama ... dan Papa sudah meninggal," ucap Sarah lirih. Ia tidak sampai hati mengatakan jika Papanya juga sudah tiada, tapi dengan kondisi Papanya yang disandera oleh lawan bisnisnya itu adalah jawaban terbaik.

"Maaf. Jadi kamu tinggal sendiri di tempat kumuh itu?" Sarah mengangguk sembari melirik ke arah Belle yang tersenyum seakan memberi semangat padanya.

"Baiklah kalau begitu tak perlu ada yang dipermasalahkan lagi. Saya tidak mau ingin masalah ini berlarut-larut, William akan bertanggungjawab."

"Pa, begini a-aku ingin menjelaskan ...." William menyugar rambutnya panik. Rasanya kelu lidahnya untuk menjelaskan kejadian sesungguhnya.

Citranya sebagai pemuda tanpa cela, apa harus tercoreng dengan perbuatannya beberapa minggu lalu yang mencoba bermain-main dengan wanita malam? Mana yang lebih baik didengar oleh keluarganya berita ia telah menghamili seorang wanita dan harus segera menikah, atau ia yang pernah tidur dengan wanita penghibur?

"Apa! Apa lagi yang mau kamu jelaskan? Apa kamu mau bilang kalau putra dari keluarga Sanjaya menelantarkan Ibu dan anak dari keturunannya? Dan berita itu akan menyebar sampai di telinga kolega kita dan membuat mereka memutuskan kerjasama dengan perusahaan kita hanya karena tidak mau kelakuanmu membawa kesialan dalam bisnis mereka. Itu yang mau kamu katakan!" Suara Papa William semakin lama semakin keras dan meninggi, membuat William kehilangan semua kalimat yang telah disusunnya.

Papanya ini memang berwatak kaku dan kerap bersuara keras, tapi sejak ia kecil tak pernah Papanya memarahinya seperti ini. William tertunduk pasrah, harapan satu-satunya hanyalah dari wanita yang duduk di sampingnya. Saat di mobil tadi ia sudah mewanti-wanti wanita itu, agar tidak mengatakan kalau mereka bertemu di tempat hiburan malam.

William melirik ke arah Sarah yang sedang membaca susuatu di ponselnya, dengan sikutnya ia mencoba memberi kode pada Sarah.

"Setelah ini kamu pulang diantar William untuk mengambil semua barangmu lalu segera kembali kemari," titah Papa William.

"Ya, Om," sahut Sarah lirih.

"Eh, tunggu kenapa kamu tiba-tiba pasrah gitu sih!" William menarik lengan Sarah geram. Ia lupa jika wanita itu sedang menggendong seorang bayi. Perbuatannya itu membuat Belle hampir saja terjatuh dari pelukan Sarah.

"William! Apa-apaan kamu, kenapa kasar sama perempuan?" Mata Papa William membesar seketika, sedangkan Mama William segera berdiri dan mengambil alih Belle yang menangis karena terkejut.

"A-aku ga sengaja, Pa."

"Kalau begini lebih baik kamu tinggal di rumah, Sarah biar diantar sopir ambil barang di tempat kos. Papa khawatir kalian bertengkar di sana kalau tidak ada yang mengawasi."

Papa William segera menggiring Sarah keluar dan masuk ke dalam mobil. Ia tidak memberikan kesempatan pada putranya untuk mendekati Sarah ataupun berbicara lagi. Sedangkan Belle sudah dibawa Mama William masuk ke dalam kamar.

Setelah memberikan pesan-pesan pada sopir yang mengantar calon mantunya, Papa kembali masuk ke dalam rumah.

"Kamu bersiap, malam ini kalian akan menikah," ujar Papa dan langsung masuk ke dalam kamar menyusul istrinya.

"Bang, apa benar ini anak William? Aku kok ga yakin ya." Mama William menimang-nimang Belle yang sudah mulai terpejam.

"Aku juga sebenarnya tidak yakin, tapi tidak ada waktu untuk mencari tahu. Foto yang dikirimkan itu sudah merupakan ancaman."

"Itu berarti kamu mengorbankan anak sendiri!" sergah Mama tak setuju.

"Ssstt, jangan keras-keras. Lihat dia kaget dengar suaramu." Papa William mengalihkan perhatian istrinya. Baginya membicarakan sebuah bisnis dengan wanita percuma, karena istrinya itu tidak akan mengerti bagaimana kejamnya persaingan di dunia bisnis.

Sementara itu Sarah yang sedang dalam perjalanan menuju rumah kos milik Mona, kembali membuka pesan yang ia terima saat di rumah William.

'Setoran bulan ini sudah terlambat dua hari, Sayang. Papamu sudah kehabisan oksigen, apa kamu tega ia kesulitan bernafas?'

Pesan itu ia terima bersama dengan video singkat Papanya yang berada di atas ranjang pesakitan. Terlihat di sana Papanya cukup diperlakukan dengan baik. Alat-alat bantu pernafasan serta tenaga medis yang merawat Papanya juga terlihat di video. Namun sebaik apapun, Papanya tetap seorang tahanan di sana. Tiap foto, pesan serta video yang ia terima wajib segera dihapus dari ponselnya, kalau tak mau Papanya meregang nyawa jika sampai tersebar keluar.

Dari kejauhan Sarah dapat melihat mobil hitam besar yang selalu datang untung menagih hutang padanya.

"Pak, berhenti di sini aja. Kos saya masuk ke dalam, jadi saya harus jalan kaki," pinta Sarah pada sopir keluarga William.

"Tapi Neng, saya diminta antar dan tungguin Neng di kos."

"Saya ga akan lari, Pak 'kan anak saya ada di rumah Bos Bapak."

"Tolong ya, Neng segera kembali jangan persulit Bapak," pinta sopir itu memelas.

"Iya, Pak. Bapak boleh pegang ini sebagai jaminan saya pasti kembali." Sarah memberikan KTPnya pada sopir Itu. Ia hanya tak ingin sopir keluarga William itu bertemu dengan orang suruhan yang menahan Papanya.

Benar dugaan Sarah, dua pria bertatto sudah menunggunya di depan kamar.

"Dari mana, Sayang?" salah satu dari mereka menjawil pipi Sarah yang langsung ditepisnya kasar.

"Galak sekali, ayo cepat duitnya mana."

"Tunggu di luar!" Sarah menutup lalu segera mengunci pintu kamarnya saat pria itu akan ikut masuk ke dalam kamar.

Sarah membuka lemari dan mengambil kotak berisi simpanan uang yang diberikan William bulan lalu. Setelah menghitungnya dan menyisihkan untuk ia setor, Sarah membuka pintu kamarnya.

"Ini!" serunya sembari memberikan setumpuk lembaran uang terakhirnya.

"Mana bayi itu, cantik?"

"Bayi? bayi apa?"

Kedua pria itu tertawa keras melihat Sarah yang berpura-pura tidak tahu.

...❤️🤍...

Terpopuler

Comments

TikaPermata

TikaPermata

Papa Willi sangat bersemangat 😅

2023-03-28

1

Red Velvet

Red Velvet

Gara2 nemu bayi, Sarah jd dpt anak konglomerat🤭

2023-03-19

1

snowAngel_Ra2

snowAngel_Ra2

waaaahhh serrruuuuu, lanjutkan kaakkkk

2023-02-10

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!