Javas memperhatikan raut wajah Kalea yang tidak secerah biasanya. Perempuan itu lebih banyak cemberut dari biasanya. Javas pun bertanya-tanya apakah terjadi sesuatu setelah kepergiannya semalam.
Tidak ingin bertanya, Javas ingin menikmati wajah Kalea dari samping. Perempuan itu tengah memasak sarapan untuknya. Pagi ini, Kalea mengikat rambutnya tinggi-tinggi dan itu membuat Javas berpikir untuk mencium tengkuk putihnya.
Namun, hal itu segera Javas tepis. Kalea sedang tidak baik-baik saja hari ini. Melihat Kalea yang masih diam, Javas mendekat lalu memeluk Kalea dari belakang.
Hal itu sontak menghentikan gerakan Kalea yang kebetulan baru saja menaruh peralatan masaknya. "Kamu sudah lapar?" tanya Kalea berusaha bersikap biasa saja.
"Pagi ini aku tidak berselera makan ketika melihat wajahmu yang mendung. Pagi hariku juga mendadak suram karena wajah berbinar yang biasa aku lihat, hari meredup. Ada apa? Bicaralah padaku," ucap Javas sambil meletakkan dagunya di pundak Kalea.
Kalea masih bertahan dengan posisi membelakangi Javas. Pelukan seperti ini begitu Kalea inginkan di saat kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Tangan Kalea bergerak menangkup punggung tangan Javas tang saat ini tengah bertengger di perutnya. Dia mengelus lembut dengan ibu jari lalu berkata. "Aku sedang butuh pelukan ini." Air mata Kalea pun tak terbendung lagi. Cairan kristal itu lancang turun dengan deras membasahi pipi.
Javas semakin mempererat pelukan dan membiarkan Kalea menangis terlebih dahulu. Itu akan baik untuk kesehatan batinnya. Daripada di pendam dan akan meledak suatu hari.
"Menangislah, Sayang. Kamu boleh bercerita saat kondisimu sudah tenang. Aku akan menemanimu." Javas berucap lembut.
Kalea benar-benar menangis dan mengeluarkan semua sesak di dadanya. Javas yang ikut merasakan sakit, membalik tubuh Kalea dan memeluknya lagi. Tidak peduli mungkin saja kemeja kerjanya akan basah karena air mata Kalea.
Tidak berapa lama, Kalea sudah lebih tenang. Javas merenggangkan pelukan dan menghapus sisa air mata Kalea. "Duduk dulu. Aku akan ambilkan minum untukmu," pinta Javas lembut lalu menuntun Kalea untuk duduk di meja makan.
Setelah Kalea duduk, Javas berlalu menuju water dispenser mengambilkan air dingin untuk Kalea. "Minumlah dulu." Sambil mengulurkan segelas air putih dingin.
Kalea menurut dan menenggak habis air dalam gelas. Javas terkekeh geli melihat tingkah Kalea yang ternyata kehausan. "Sudah lebih tenang?" tanya Javas sambil mengelus pipi Kalea pelan.
Kalea mengangguk polos. "Aku sudah lebih baik dan lagi-lagi karena kamu yang menenangkan. Aku ini memang sangat merepotkan," jawab Kalea merutuki dirinya sendiri.
Javas menggeleng. "Sudah berapa kali aku katakan untuk tidak memvonis diri sendiri merepotkan. Jadilah mandiri dan berani, Kalea. Jadi, katakan apa yang telah membuat wajahmu cemberut sepagi ini?" tanya Javas lembut sambil memainkan jemari Kalea yang terletak di atas meja. Kebetulan, Javas memilih duduk di sebelah Kalea.
"Semua krim perawatanku diambil oleh Anabel. Dia memintanya secara paksa semalam. Padahal, itu saja aku masih berhutang padamu. Gajianku masih satu Minggu lagi," ucap Kalea murung.
Javas membasahi bibirnya. "Apa yang membuatmu berpikir jika saat ini kamu sedang berhutang padaku?" tanya Javas sambil menatap Kalea lekat.
"Bukankah memang aku berhutang padamu? Dan kesepakatan kita waktu itu, aku akan menyicilnya setiap bulan?" Kini Kalea balik bertanya karena merasa bingung.
Javas tergelak renyah. "Jadi, selama ini kamu menganggap apa yang aku lakukan padamu harus ada bayaran? Tidak, Kalea. Jangan pernah berpikir seperti itu karena rasa cintaku tidak bisa diukur dengan uang maupun skincare yang aku berikan padamu," jelas Javas mempertegas.
"Hah? Maksudnya, semua itu gratis untukku?" Kalea kini merasa terperangah dengan kenyataan yang ada.
Javas berdecak sebal. Tangannya bergerak untuk mencubit hidung Kalea gemas. "Bisa-bisanya kamu menganggap apa yang aku beri sebagai sebuah hutang. Aku tidak percaya ini. Padahal, aku melakukan semuanya tulus demi rasa cintaku," ucap Javas sok dramatis.
Kalea mengerjapkan matanya beberapa kali. "Bukan seperti itu. Namun, semua skincare yang kamu berikan itu mahal, Vas. Aku takut kamu akan jatuh miskin hanya karena membelikan ku skincare rutin."
Mendengar itu, Javas tertawa terbahak-bahak. "Tidak apa-apa. Yang terpenting, kamu bisa cantik dan tidak bersedih lagi hanya karena banyak jerawat. Kamu mau kan, menemaniku dalam susah dan senang?" tanya Javas sengaja menggoda Kalea.
Tentu saja Kalea mengangguk. Dia siap menemani laki-laki yang mencintainya dengan tulus dan mengharapkan kehadirannya. "Aku siap menemanimu dalam titik apapun," tegas Kalea yang membuat Javas merasa bahagia.
"Javas?" panggil Kalea lembut.
"Hm?"
"Semalam, setelah aku mencoba merebut kembali skincare ku, mas Zoni ternyata kembali membela adiknya. Dia justru meminta Anabel untuk segera membawa pulang semuanya. Aku sangat kesal. Dia tidak andil membelikannya tetapi, memberikan pada adiknya secara cuma-cuma," adu Kalea menggebu-gebu.
Javas tersenyum menanggapi. "Kalau nanti dia mencoba merebutnya lagi darimu, katakan saja padaku. Aku akan siap membelikan yang baru," ucap Javas menenangkan.
"Javas! Kan sayang uangnya kalau digunakan untuk dihambur-hamburkan." Kalea kesal pada ucapan tanpa beban Javas.
"Lupakan. Lalu, apa yang terjadi setelah itu?" tanya Javas mulai penasaran.
Cerita mengalir begitu saja dari Kalea yang menampar Anabel tetapi Zoni balik menampar Kalea. Dia juga bercerita tentang kekesalannya yang meluap hingga berujung mengucap sebuah kata pisah.
"Lalu, bagaimana tanggapan Zoni?" tanya Javas antusias.
Kalea mencebikkan bibirnya. "Mas Zoni tidak terima dan meminta waktu untuk memperbaiki semua," jawab Kalea tidak bersemangat.
"Lalu, kamu menjawabnya dengan apa?" tanya Javas semakin penasaran.
"Tidak ada. Semalam, mas Zoni berniat ingin menyentuh ku tetapi, aku menolak dan mengatakan masih trauma. Padahal yang sebenarnya adalah, aku justru teringat pada pemilik wajah bernama Javas Kanagara. Entah pelet apa yang dia miliki sampai aku merasa tidak ingin kehilangan dia," ungkap Kalea yang seketika membuat senyum lebar terbit di bibir Javas.
"Bagus. Tetapi berbicara soal pelet, aku tidak pernah memakainya. Aku rasa, aku tidak membutuhkan hal tersebut karena pesona ku tidak akan pernah tertandingi," ucap Javas begitu percaya diri.
Kalea tertawa. Tawa yang begitu lepas hingga membuat perasaan Javas menghangat. Kalea kembali tersenyum. Javas tidak akan pernah lelah untuk membuat Kalea tersenyum dimana pun berada. Selama dan sebanyak apapun Kalea bersedih, Javas ingin hanya dirinya yang mampu membuat mendung yang melanda hati Kalea menjadi cerah berawan.
"Iya. Kamu memang tampan sampai aku tergila-gila padamu," ucap Kalea membenarkan.
Javas tersenyum manis menatap pemandangan indah di depannya. Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Javas selain melihat orang-orang yang dicintainya merasa bahagia.
Melihat Kalea yang masih tertawa, Javas pun membawa Kalea dalam dekapan. Dia tidak akan membiarkan siapapun merebut Kalea darinya termasuk suaminya. Kecuali, Kalea yang telah memutuskan untuk meninggalkannya. Javas akan melepas kepergian Kalea walau harus tertatih mengumpulkan kepingan hatinya yang hancur.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Hai......
...terima kasih untuk kalian yang masih membaca ceritaku. semoga kalian betah ya🥰🥰...
...jangan lupa banyakin like, Komen, hadiah nya ya😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Alanna Th
minta ganti krugian pd zoni utk skin care itu, biar dia bangkrut 😱💔😂🤣🤣👍
2023-08-25
2
Aisyah Nabila
kalea msh payah dlm hal berani
2023-08-21
0
Nuraini
dahlah cerai aja kalea. mokondo macam zoni gak pantes dipertahankan
2023-06-30
1