Hari berganti dan matahari mulai menampakkan diri. Malam tadi Kalea cukup mendapatkan tidur nyenyak. Secara otomatis, mata Kalea akan terbuka tepat pukul empat pagi. Tentu banyak hal yang harus Kalea siapkan untuk sang Suami.
Sudah bekerja bukan berarti membuat bakti Kalea luntur. Apalagi diperlakukan tidak baik nyatanya tidak menyurutkan rasa tanggungjawab Kalea sebagai seorang istri.
Tepat pukul lima, semua pekerjaan Kalea telah selesai. Untuk baju kotor, sudah Kalea masukkan ke mesin cuci agar sepulang bekerja nanti, Kalea bisa langsung menjemurnya. Beruntung, mesin yang dibeli Kalea dulu merupakan mesin cuci otomatis. Jadi, sekali masuk, keluar sudah bersih.
Hanya ada nasi goreng sebagai hidangan sarapan untuk Zoni. Tidak ada banyak bahan makanan yang tersisa karena uang yang diberi Zoni tidak mencukupi.
Kalea memilih ke kamar untuk membersihkan diri. Setengah jam lagi Kalea harus sudah di jalan agar tidak terlambat membangunkan Javas. Ya, sudah hampir satu Minggu Kalea bekerja bersama Javas. Sehingga, Kalea sudah mengerti hal apa saja yang harus dikerjakan.
Satu hal yang Kalea tahu dari seorang Javas. Ternyata, Javas adalah tipe orang yang jika sudah tidur akan sulit dibangunkan. Dia bercerita bahwa sebelum ada Kalea, Reza-lah yang bertugas membangun sang Tuan setiap hari.
Mengingat itu, Kalea hanya bisa geleng-geleng kepala. "Javas ... Javas. Memang ya, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini," gumam Kalea sesaat setelah selesai bersiap.
Kalea bergegas menyambar tas Selempangnya dan mengambil kunci motor yang telah Javas berikan padanya sebagai alat transportasi menuju kediaman laki-laki itu.
Ya, Javas memberikan kendaraan inventaris pada Kalea. Tidak hanya Kalea, Reza juga diberi kendaraan inventaris oleh Javas berupa mobil.
Kaki Kalea mengayun menapaki lantai keramik rumahnya. Saat langkahnya tepat berada di depan kamar Zoni, Kalea berhenti dan menatap pintu coklat tua di hadapannya.
"Apa aku perlu membangunkan mas Zoni ya? Tetapi bagaimana jika dia marah seperti kemarin?" gumam Kalea bimbang.
Setelah berpikir cukup lama, Kalea memilih mengetuk pintu kamar sang Suami agar Zoni tidak terlambat bekerja.
Tok. Tok. Tok.
"Sudah jam setengah enam, Mas! Bangun!" Setelah berteriak dan mengetuk pintu cukup keras, Kalea mendengar ada suara pekikan frustasi dari Zoni.
"Argh! Berisik sekali sih kamu!" pekik Zoni yang masih bisa Kalea dengar dengan baik.
Kalea tidak peduli dan berucap lagi. "Aku berangkat! Sarapannya sudah aku siapkan di meja!"
Kalea bergegas turun menuruni tangga menuju garasi. Dia harus segera berangkat agar Javas bisa bangun tepat waktu.
Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit, Kalea akhirnya tiba di sebuah hotel mewah dimana Javas tinggal. Entahlah. Jika Javas benar-benar hanya tamu di hotel tersebut, Kalea tidak tahu berapa uang yang harus dikeluarkan pria itu. Tentu saja untuk membayar tagihan hotel.
Setelah motor berada di tempat yang semestinya, Kalea memasuki lobi dan langsung masuk lift. Cukup lama Kalea menunggu agar sampai di lantai paling atas. Hingga lift berdenting menandakan Kalea telah sampai.
Senyum tipis terulas manis saat mata Kalea menemukan pemandangan yang indah di pagi hari. Taman bunga yang berada di rooftop hotel ini begitu memanjakan mata.
Tidak perlu mengetuk pintu atau membunyikan bel, Kalea hanya perlu menekan kata sandi yang sudah hapal di luar kepala. Javas mempercayakan kata sandi itu padanya.
Ting.
Pintu terbuka dan Kalea melenggang masuk setelah menutup pintu kembali. Hal pertama yang harus Kalea lakukan adalah membangunkan bayi besar Javas Kanagara.
Beruntung, pintu kamar Javas tidak terkunci sehingga Kalea bisa langsung masuk. Begitulah yang diperintahkan Javas padanya. "Jangan membangunkan ku hanya dari pintu kamar ku. Bangunkan aku dengan cara yang halus dan suara yang enak didengar."
Begitulah kira-kira ucapan Javas waktu itu saat untuk pertama kalinya Kalea membangun Javas hanya lewat mengetuk pintu.
Kalea berdecak kala melihat keadaan kamar yang masih gelap. "Tuan Muda! Bangunlah, Tuan!" ucap Kalea setengah melempar candaan.
Tangannya lincah bergerak membuka gorden tinggi dan tebal di kamar Javas. Javas hanya menggeliat lalu mengganti posisi tidur menjadi miring ke kiri tepat menghadap Kalea.
Merasa percuma, Kalea mendekat dan duduk berjongkok di depan ranjang. Tangannya bergerak mengguncang tubuh Javas pelan.
"Javas, bangun! Ini sudah pukul enam dan kamu harus segera bersiap," ucap Kalea terdengar lembut.
Javas menggeliat lagi sampai Kalea harus mundur agar tangan besar Javas tidak mengenai tubuhnya. Namun, walau Kalea sudah berusaha menghindar, nyatanya Javas justru manarik tubuh Kalea untuk mendekat dan berakhirlah Javas memeluk leher Kalea.
"Javas!" peringat Kalea dengan mata melotot dan hampir keluar dari tempatnya.
Javas terkekeh dengan suara seraknya, suara khas bangun tidur. Kemudian, Javas membuka mata dan yang dilihat untuk pertama kali saat bangun tidur adalah sosok Kalea Annasya. Seorang perempuan bersuami yang telah menempati tahta tertinggi di relung hati.
"Wangi sekali pagi ini. Kamu sengaja ingin menggoda ku ya?" ucap Javas sengaja ingin menggoda Kalea.
Perempuan itu jelas tidak terima dan satu pukulan kencang berhasil mendarat di lengan Javas.
Plak!
"Bangun, Javas. Ini sudah siang. Katanya mau bangun pagi," kesal Kalea dengan bibir yang mengerucut. Dia langsung berdiri agar ucapan Javas tidak semakin melantur kemana-mana.
Namun, baru saja kaki Kalea berdiri, tangannya tiba-tiba ditarik hingga membuat tubuhnya limbung dan berakhir ambruk ke kasur dengan menindih tubuh Javas yang berkali-kali lipat lebih besar dari tubuhnya.
Kalea memekik kaget dengan jantung yang terasa marathon. Gerakan tadi begitu membuat jantung Kalea terasa mencelos. Sedangkan sang pelaku, justru terbahak renyah seakan tidak melakukan kesalahan apapun.
Hahahaha.
"Javas! Berhenti bercanda!" pekik Kalea kesal dan mencoba melepaskan diri dari belitan tangan Javas di pinggangnya.
Javas benar-benar berhenti tertawa. Matanya menatap Kalea lekat dengan jarak pandang yang begitu dekat. Kalea ada di depan matanya.
"Kenapa selalu marah-marah? Kamu lupa kalau aku ini Bosnya?" tanya Javas bercanda.
Kalea mengerjapkan mata beberapa kali. "Oh iya ya. Kamu kan Bosnya. Tetapi bukan berarti kamu harus kurang ajar padaku," ucap Kalea dengan tatapan kesalnya.
"Kurang ajar seperti apa yang kamu maksud?" tanya Javas dengan satu alis yang terangkat.
Kalea tidak langsung menjawab karena saat ini matanya sedang menelisik lekuk wajah Javas yang tidak pernah bosan Kalea tatap.
"Hei! Kamu malah terpesona padaku," gumam Javas sombong lengkap dengan senyum miringnya.
Dan itu semakin membuat Kalea terpana. Tampan dan licik secara bersamaan. "Siapa yang terpesona? Aku? Sepertinya kamu salah menduga," ucap Kalea meremehkan.
Javas menatap tak suka pada Kalea tak berani jujur. "Mau aku buktikan jika kamu terpesona padaku?" tanya Javas yang sudah merubah raut wajahnya menjadi serius.
Kalea tertawa mengejek. "Coba saja kalau bisa," ucap Kalea lalu segera melepaskan diri dari belitan Javas dan itu berhasil. Dia tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah geram yang Javas tunjukkan.
Hanya menjulurkan lidah, Kalea berlalu dari sana sesegera mungkin. Sedangkan Javas, dia menggelengkan kepala tidak percaya. Pagi harinya begitu indah saat ada Kalea. Senyum lebar pun terkembang menghias bibir tebalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Alanna Th
se akan" javaslh swaminy kalea. bgt manis romantis. brbndng trbalik dg zoni yg cuek, kadar n tnp mns"nya 😱😫😰
2023-08-24
0