Bab 14. Membara

Pagi kembali menjelang. Mata Kalea mengerjap ketika merasakan cahaya matahari masuk ke retinanya. Matanya terasa berat kala ingin terbuka. Seperti ada lem yang menempel.

Padahal, Kalea sudah memiliki jam tidur yang cukup dari semalam. Beruntunnya, pagi ini keadaan tubuhnya sedikit membaik. Kalea memaksakan matanya untuk terbuka lalu duduk bersandar pada kepala ranjang.

Kepalanya terasa pening akibat kejadian semalam. Kalea menghela napas kasar bila mengingat itu. Beruntung, Kalea masih memiliki obat pereda nyeri yang selalu Kalea konsumsi setelah berhubungan dengan Zoni dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Tidak ada hari terpuruk bagi Kalea. Setiap hari harus dijalani dengan baik walau kondisi hati sedang tidak baik-baik saja.

Beberapa jam kemudian, Kalea telah sampai di depan kamar hotel milik Javas. Kalea sudah terlambat lama sekali karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh. Entah. Apakah Javas sudah bangun dengan sendirinya atau belum. Dia hanya berharap, semoga Javas sudah bangun.

Namun, harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Keadaan ruangan masih sangat gelap. Kaki Kalea melangkah menuju kamar walau masih sedikit terseret akibat sakit di inti tubuhnya yang masih terasa.

Ceklek.

"Bagaimana ini? Teryata, Javas belum juga bangun. Aku sudah sangat terlambat sekali," ucap Kalea dengan wajah paniknya.

Dengan tergesa-gesa, Kalea membangunkan Javas dengan sedikit berteriak. Tidak langsung mendekat pada sisi ranjang, Kalea sempatkan untuk membuka gorden di ruangan tersebut sampai cahaya matahari menelusup masuk.

"Javas! Aku terlambat membangunkan mu. Jadi aku mohon, bangunlah!"

Tidak ada pergerakan dari pria tersebut yang membuat Kalea menghembuskan napasnya lelah. Di berjalan mendekat dan langsung menarik selimut yang menutupi tubuh Javas.

Namun setelahnya, Kalea menyesal dan berteriak kencang. "AARGH! JAVAS!"

Sedangkan yang bersangkutan, justru tersenyum lebar dengan mata yang masih tertutup. "Kenapa? Kaget ya? Makanya jangan asal tarik," ucapnya dengan nada mengejek.

Kalea sudah berbalik agar tidak melihat tubuh Javas yang hanya mengenakan celana boxer. Tidak biasanya Javas tidur memakai pakaian seperti itu.

"Kamu ... Kenapa hanya mengenakan ... Argh!" Kalea lagi-lagi berteriak dan urung meneruskan kalimatnya saat merasakan lengannya ditarik hingga berakhirlah Kalea ambruk di sebelah Javas. Laki-laki itu membaringkan Kalea di sebelahnya.

Mata Kalea melotot tajam. "Jangan macam-macam kamu!" peringat Kalea yang justru membuat Javas tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa wajahmu pucat seperti itu? Aku bukan suamimu yang akan melakukannya dengan paksa," ucap Javas dan seketika itu juga, Kalea mematung.

'Apakah Javas tahu sesuatu?' batin Kalea bertanya.

"Tentu saja aku tahu. Ini apa? Gigitan bukan?" ucap Javas lagi yang semakin membuat nyali Kalea seketika luntur. Belum lagi, Javas kini tengah menyentuh bagian lehernya yang semalam Zoni gigit dan mungkin meninggalkan bekas luka.

'Apakah Javas bisa membaca pikiranku?'

"Jangan pikirkan macam-macam. Istirahatlah disini. Hari ini aku meliburkan mu." Javas kembali bersuara karena Kalea justru malah terdiam.

Mata keduanya saling beradu dan Javas bisa melihat tatapan Kalea yang begitu rapuh dan sarat akan luka. "Istirahatlah. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu semalam sampai-sampai membuat matamu bengkak. Mungkin saja, kamu baru saja menangis semalaman."

Kalea masih terdiam. Javas saja tahu apa yang sedang Kalea rasakan. Namun, mengapa suaminya tidak? Javas lebih perhatian daripada Zoni yang tidak pernah peka.

"Apakah ada yang sakit? Aku akan panggilkan dokter—"

"Tidak perlu. Aku sudah meminum obat semalam agar sakitnya mereda," kejar Kalea sebelum Javas benar-benar menyelesaikan kalimatnya.

Javas berdecak sebal. "Ck. Benar dugaanku. Dia menyakitimu lagi? Sampai kapan kamu akan bertahan di dalam hubungan yang setiap harinya selalu membuatmu hancur?" tanya Javas lalu segera mendudukkan diri. Sedangkan Kalea, dia ingin ikut duduk namun segera dicegah oleh Javas.

"Aku bilang istirahatlah, Kalea. Cobalah peduli dengan diri kamu sendiri. Jika bukan kamu yang sayang ke diri sendiri, siapa lagi? Hah?" Javas berucap kesal. Namun pada nada suaranya, Kalea bisa mendengar nada khawatir yang terselip di sana.

Pada saat itu, Kalea tak mampu lagi membendung air matanya. Dia menangis tanpa ingin menahan isakan seperti yang sudah-sudah. Javas tentu saja terkejut dengan reaksi Kalea. Tanpa menunggu lebih lama, Javas berbaring lagi lalu memeluk Kalea untuk menyalurkan ketenangan.

"Apakah ucapanku menyakiti mu?" tanya Javas merasa bersalah.

Namun, Kalea menggeleng dan tangisnya semakin menjadi-jadi. Dia merasa terharu karena masih ada yang peduli padanya. Kalea membalas pelukan itu tak kalah erat. Rasanya begitu nyaman ketika memiliki bahu untuk bersandar dan dada yang siap memeluk dengan hangat.

Mengabaikan jika saat ini tubuh bagian atas Javas tidak ada sehelai benangpun yang menutupi.

Javas semakin bingung dengan tingkah laku Kalea. Dia memilih diam dan akan menanyakannya nanti saat Kalea sudah tenang.

Setelah beberapa menit berlalu, Kalea sudah tampak tenang. Tangisnya tak lagi menggebu-gebu dan hanya tersisa isakan kecil. Dengan lembut, Javas melepas pelukan lalu menatap Kalea yang ada di hadapan.

Mata yang bengkak dan merah, hidung merah, dengan bibir yang juga ikut bengkak karena terlalu banyak menangis. Javas terkekeh melihat hal itu. "Coba kamu bercermin. Kamu pasti akan terkejut melihat wajahmu sendiri," ledek Javas yang segera mendapatkan pukulan di dadanya.

"Apaan sih."

"Aw! Sakit sekali!" Javas berucap dramatis seakan pukulan Kalea begitu menyakitkan.

Bukannya merasa bersalah, Kalea justru terbahak renyah. Javas pun tersenyum kala melihat senyum Kalea telah kembali.

Hatinya ikut sesak saat melihat Kalea datang dalam kondisi yang tidak begitu baik. Siapapun itu, pasti akan tahu jika semalam pasti terjadi hal yang kurang baik saat pertama kali melihat keadaan Kalea.

Belum lagi, leher Kalea yang tampak terkena gigitan. Entahlah, apakah hanya satu tanda yang Javas lihat atau masih ada lagi namun mencoba ditutupi.

Mengingat itu, Javas kembali bersuara. "Apakah masih ada tanda lain di lehermu?" tanyanya tidak berfilter.

Kalea melotot tajam. "Kenapa memangnya?" tanyanya tidak terima.

"Mungkin saja kamu mendapat gigitan banyak semalam. Mau aku tambah lagi?" tanya Javas yang seketika mendapatkan pukul kencang di kepala.

"Argh! Sakit Kalea!" pekik Javas kesakitan yang sama sekali tidak dihiraukan.

"Mandilah. Kamu akan terlambat jika terus berbaring," pinta Kalea lembut.

Javas menggeleng lalu mendekatkan wajahnya pada leher Kalea sampai membuat Kalea harus menahan napas. Hembusan napas Javas terasa lembut menyapu bagian lehernya dan itu membuat kulitnya meremang.

Kejadian selanjutnya, Javas mengecup luka gigitan yang dibuat Zoni dengan sangat lembut sampai menciptakan desiran aneh di sekujur tubuh Kalea.

Kalea mematung di tempat saat kecupan demi kecupan Javas labuhkan di sana. Harunya Kalea memberontak karena mungkin saja Javas akan melakukan seperti yang Zoni lakukan.

Namun, Kalea justru terdiam mematung. Sentuhan itu terasa lembut sampai Kalea berniat memejamkan mata. Kalea segera tersadar saat Javas menjauhkan wajah lalu menatap Kalea. Pandangannya terlihat sayu sampai Kalea harus menelan saliva.

"Kenapa? Apakah kamu merasa nyaman? Kamu suka dengan tindakan lembut seperti tadi?" tanya Javas dan dengan bodohnya, Kalea mengangguk pelan.

Hal itu membuat bibir Javas mengulas senyum. "Itu berarti, tubuhmu merasa aman saat ada di dekatku," ucapnya lembut dengan senyum yang terkembang sampai Kalea bisa melihat mata Javas menyipit.

"Mau lagi? Mungkin kamu akan merasakan perbedaan setelahnya," tanya Javas lagi dan Kalea segera menggeleng.

"Tidak perlu. Tidak seharusnya aku melakukan hal tersebut karena aku sudah bersua—"

Cup.

Kalea membeku di tempat dengan jantung yang kembali berulah, ketika Javas tiba-tiba mengecup bibirnya sebelum Kalea menyelesaikan kalimatnya.

"Jangan sebut statusmu saat sedang bersamaku. Aku tidak suka mendengarnya." Javas berucap lembut sampai Kalea kembali mengangguk patuh.

Debaran jantung Kalea semakin nyata kala Javas kembali mendekatkan wajah. Kalea memejamkan mata dan setelahnya, dia bisa merasakan sapuan lembut di bibir miliknya.

Dan entah mendapatkan keberanian dari mana, Kalea mulai membuka bibir dan membalas ciuman pagi hari itu. Ciuman lembut namun terasa membara.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...yuk kasih komentar kalian disini ya😅😅...

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

waaa 😱, aq mau donk. wnt mn yg tak mau dprlkkn dg kelembutan? aq yg mleleh, thor 😘💗💗

2023-08-25

1

Aisyah Nabila

Aisyah Nabila

oh no oh yes🤣🤣🤣

2023-08-21

1

Aas Azah

Aas Azah

oh no,itu salah kalea,kamu wanita bersuami tidak pantas melakukan hal hina sprti itu, jagalah marwahmu sbg istri😤

2023-03-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal yang pilu
2 Bab 2. Javas Kanagara
3 Bab 3. Belajar berani
4 Bab 4. Mencari pekerjaan
5 Bab 5. Kanagara Investama
6 Bab 6. Nomor seratus
7 Bab 7. Berubah dalam sekejap
8 Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9 Bab 9. Lagi
10 Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11 Bab 11. Nyaman
12 Bab 12. Diabetes
13 Bab 13. Remuk
14 Bab 14. Membara
15 Bab 15. menjalin hubungan.
16 Bab 16. Kenaikan jabatan
17 Bab 17. Seorang perusak
18 Bab 18. Merepotkan
19 Bab 19. Memulai kembali
20 Bab 20. Kepingan hati
21 Bab 21. Tidak laku
22 Bab 22. Berubah
23 Bab 23. Ikatan batin
24 Bab 24. Identitas Javas
25 Bab 25. Skenario Tuhan
26 Bab 26. Rindu Zoni
27 Bab 27. Lamaran?
28 Bab 28. Terbongkar
29 Bab 29. Memulai semuanya
30 Bab 30. Berantakan
31 Bab 31. Dunia itu indah
32 Bab 32. Tentang hati
33 Bab 33. Menyesal!
34 Bab 34. Tujuh keliling
35 Bab 35. Sayang
36 Bab 36. Mawar merah
37 Bab 37. Pertengkaran
38 Bab 38. Remuk redam
39 Bab 39. Bangkit
40 Bab 40. Berniat pamit
41 Bab 41. Meleyot
42 Bab 42. Merajut asa
43 Bab 43. Janda vs gadis
44 Bab 44. Masakan Kalea
45 Bab 45. Melepas rindu
46 Bab 46. Jewelry Desain
47 Bab 47. Kembali berpisah
48 Bab 48. Pulang
49 Bab 49. Diam kamu!
50 Bab 50. Mengangsur
51 Bab 51. Dia siapa?
52 Bab 52. Tidak malu
53 Bab 53. Ibu sempurna
54 Bab 54. Acara doa
55 Bab 55. Marry Me
56 Bab 56. Nyelekit
57 Bab 57. Rindu Papa
58 Bab 58. KUA tutup
59 Bab 59. Cucu lucu
60 Bab 60. Jangan berpaling
61 Bab 61. Aku bersedia
62 Bab 62. Dipingit
63 Bab 63. The wedding
64 Bab 64. Belum siap
65 Bab 65. Malam yang Indah
66 Bab 66. Orang yang tepat
67 Bab 67. Orang mencurigakan
68 Bab 68. Sementara×selamanya
69 Bab 69. Cemburu?
70 Bab 70. Kedatangan Zoni
71 Bab 71. Terkuak
72 Bab 72. Benih premium
73 Bab 73. Keadaan berbalik
74 Bab 74. Kepingan puzzle
75 Bab 75. Kencan
76 Bab 76. Kabar buruk
77 Bab 77. Bernapas lega
78 Bab 78. Komentar buruk
79 Bab 79. Orang yang tepat
80 Bab 80. Bersyukur
81 Bab 81. Extra chapter. Jealous
82 Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83 Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84 Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85 Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86 Bab 86. Selesai
87 Berbagi Suami by Ika Oktafiana
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Awal yang pilu
2
Bab 2. Javas Kanagara
3
Bab 3. Belajar berani
4
Bab 4. Mencari pekerjaan
5
Bab 5. Kanagara Investama
6
Bab 6. Nomor seratus
7
Bab 7. Berubah dalam sekejap
8
Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9
Bab 9. Lagi
10
Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11
Bab 11. Nyaman
12
Bab 12. Diabetes
13
Bab 13. Remuk
14
Bab 14. Membara
15
Bab 15. menjalin hubungan.
16
Bab 16. Kenaikan jabatan
17
Bab 17. Seorang perusak
18
Bab 18. Merepotkan
19
Bab 19. Memulai kembali
20
Bab 20. Kepingan hati
21
Bab 21. Tidak laku
22
Bab 22. Berubah
23
Bab 23. Ikatan batin
24
Bab 24. Identitas Javas
25
Bab 25. Skenario Tuhan
26
Bab 26. Rindu Zoni
27
Bab 27. Lamaran?
28
Bab 28. Terbongkar
29
Bab 29. Memulai semuanya
30
Bab 30. Berantakan
31
Bab 31. Dunia itu indah
32
Bab 32. Tentang hati
33
Bab 33. Menyesal!
34
Bab 34. Tujuh keliling
35
Bab 35. Sayang
36
Bab 36. Mawar merah
37
Bab 37. Pertengkaran
38
Bab 38. Remuk redam
39
Bab 39. Bangkit
40
Bab 40. Berniat pamit
41
Bab 41. Meleyot
42
Bab 42. Merajut asa
43
Bab 43. Janda vs gadis
44
Bab 44. Masakan Kalea
45
Bab 45. Melepas rindu
46
Bab 46. Jewelry Desain
47
Bab 47. Kembali berpisah
48
Bab 48. Pulang
49
Bab 49. Diam kamu!
50
Bab 50. Mengangsur
51
Bab 51. Dia siapa?
52
Bab 52. Tidak malu
53
Bab 53. Ibu sempurna
54
Bab 54. Acara doa
55
Bab 55. Marry Me
56
Bab 56. Nyelekit
57
Bab 57. Rindu Papa
58
Bab 58. KUA tutup
59
Bab 59. Cucu lucu
60
Bab 60. Jangan berpaling
61
Bab 61. Aku bersedia
62
Bab 62. Dipingit
63
Bab 63. The wedding
64
Bab 64. Belum siap
65
Bab 65. Malam yang Indah
66
Bab 66. Orang yang tepat
67
Bab 67. Orang mencurigakan
68
Bab 68. Sementara×selamanya
69
Bab 69. Cemburu?
70
Bab 70. Kedatangan Zoni
71
Bab 71. Terkuak
72
Bab 72. Benih premium
73
Bab 73. Keadaan berbalik
74
Bab 74. Kepingan puzzle
75
Bab 75. Kencan
76
Bab 76. Kabar buruk
77
Bab 77. Bernapas lega
78
Bab 78. Komentar buruk
79
Bab 79. Orang yang tepat
80
Bab 80. Bersyukur
81
Bab 81. Extra chapter. Jealous
82
Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83
Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84
Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85
Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86
Bab 86. Selesai
87
Berbagi Suami by Ika Oktafiana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!