Bab 2. Javas Kanagara

Pagi kembali menjelang. Kalea telah terbangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul enam. Kalea sadar dirinya bangun kesiangan. Kepalanya terasa pening karena semalaman terjaga. Matanya seperti enggan untuk terlelap karena memikirkan banyak hal.

Seperti, Zoni yang kembali manis seperti dulu, Zoni yang mencintai dan menyayanginya seperti dulu. Semua diawali dengan kata seandainya karena Kalea hanya bisa berangan-angan.

Karena pada kenyataannya, usahanya setiap hari untuk membuat Zoni kembali jatuh cinta tidak pernah berhasil. Terbesit keinginan di hati untuk menyerah. Namun, jika mengingat tentang bagaimana wajah kecewa orangtuanya, hal itu membuat Kalea mengurungkan niat.

Dengan langkah gontai, Kalea keluar dari kamar tersebut menuju kamar suaminya. Dia harus masuk kesana karena semua pakaian ada di ruangan tersebut.

Saat sudah sampai di depan ruangan, ternyata pintunya terbuka dan Kalea bisa melihat sang Suami sedang mencari pakaian kerjanya.

"Sudah ketemu, Mas? Sini aku carikan," ucap Kalea lalu melenggang masuk begitu saja. Setelah sampai dan berdiri di samping sang Suami, Kalea mulai mencarikan pakaian kerja yang cocok.

Namun, saat tangannya bergerak untuk mengulurkan pakaian, sekaligus tubuhnya serong, Kalea bisa melihat tatapan Zoni yang tampak tidak suka. Belum lagi, jari telunjuk dan ibu jari suaminya itu menjepit hidung. Seakan, Kalea bagai sebuah sampah yang baunya busuk.

Kalea menunduk lalu meletakkan kembali pakaian yang baru saja di pilihnya. "Kamu bisa pilih sendiri, Mas. Aku akan pergi mandi dulu," pamit Kalea lalu berbalik dan akan berjalan menuju kamar mandi.

Namun, gerakannya terhenti kala mendengar suaminya membuka suara. "Mandilah! Aku selalu jijik ketika melihatmu baru bangun tidur. Sudah mirip seperti gelandangan."

Hinaan itu membuat Kalea kembali kehilangan kepercayaan diri. Kalea merasa rendah diri dan tidak memiliki kualitas hidup. Tidak ada tindakan lain kecuali kembali menangis dalam diam.

Kalea masuk ke kamar mandi dan seketika itu juga, air matanya luruh. Kalea begitu takut untuk menjawab semua hinaan dari suami maupun keluarganya. Kalea tidak pernah memiliki keberanian yang besar untuk keluar dari masalahnya.

Hanya bisa bersabar dan mengharap keajaiban. Pernah terbesit di kepala Kalea untuk melompat dari gedung tinggi atau sekedar menggores cutter di lengannya. Namun, setengah kewarasan Kalea masih ada sehingga urung untuk menyakiti diri sendiri.

"Sampai kapan aku bisa keluar dari sini? Aku terlalu takut hanya untuk mengucap sebuah kata pisah. Apa kata ayah dan ibuku nanti? Mereka pasti tidak mau tahu," gumam Kalea terdengar mengiris kalbu.

Kalea sampai merasa tidak ada satupun yang peduli dengan adanya dirinya di dunia. Tidak orangtuanya atau suaminya. Kalea merasa hidupnya tak lagi berguna.

Orangtuanya terbiasa menjunjung tinggi anak laki-lakinya hingga di sekolahkan hingga mendapatkan gelar sarjana. Sedangkan dirinya, hanya di sekolahkan hingga lulus SMP. Hal itulah yang terkadang menjadikan ibu mertua dan adik ipar menghinanya.

"Ya Tuhan. Aku tidak ingin seperti ini terus. Tolong bantu aku keluar dari hidup yang sengsara ini," ucap Kalea berdoa. Berharap beban yang ada di pundak bisa sedikit berkurang.

Namun, hingga pukul delapan menjelang, di kepala Kalea hanya terlintas lompat dari gedung yang tinggi atau mungkin lompat ke jurang. Tidak ada yang bisa menahannya agar tetap bertahan hidup.

Belum ada anak dalam pernikahannya dengan Zoni. Entah Kalea maupun Zoni belum pernah mengecek ke dokter tentang kesuburan.

Setelah mengguyur tubuhnya dengan air dingin, Kalea keluar dari kamar mandi dan memakai pakaian. Rok plisket hitam selutut dipadukan dengan kemeja floral. Rambutnya Kalea gerai karena masih basah.

Dia ingin tampil lebih baik hari ini. Walau wajahnya tampak buruk, setidaknya pakaiannya lumayan enak di pandang. Lagi-lagi air matanya luruh setiap teringat kata-kata kasar dan menyakitkan dari mulut suaminya.

"Apa aku tidak berharga sampai-sampai diperlakukan tidak selayaknya? Apa karena aku berpendidikan rendah? Atau karena aku dari orang yang tidak berada?" tanya Kalea pada pantulan dirinya di cermin.

Hanya pantulan itu yang mampu menjaga Kalea untuk tetap waras menjalani kehidupan bersama suaminya. Karena teman yang setia dan tidak akan pernah meninggalkan Kalea, adalah diri Kalea sendiri.

Dan berbicara pada diri sendiri itu rasanya begitu mengiris. Tidak ingin membuat diri terlihat mengenaskan, Kalea memilih keluar untuk jalan-jalan. Dia butuh penyegaran karena sudah beberapa hari ini menjadi sasaran kekesalan Zoni.

Tidak ada alat transportasi yang Kalea gunakan. Dia lebih senang berjalan di trotoar menikmati kendaraan lalu-lalang yang menimbulkan kebisingan. Kalea suka berada di keramaian karena pada saat itu, Kalea akan melamun dan tidak ada satupun orang yang menyadari.

Lima belas menit berjalan kaki, Kalea berhenti di sebuah taman lalu duduk bersila dengan bersandar pada pohon Ketapang. Kalea selalu nyaman berada di tempat ini. Tempat dimana tidak ada yang peduli dengan keberadaannya.

Daun dari pohon Ketapang itu tampak berguguran karena tertiup angin hingga jatuh dan beberapa mengenai Kalea. Terlalu sibuk melamun, tanpa sadar ada seseorang yang tengah berdiri tidak jauh dari tempat Kalea berada.

"Hai? Boleh bergabung?" sapa suara berat yang mampu membuyarkan lamunan Kalea tentang kata 'Seandainya ...'

Kalea tersenyum sambil kepalanya menunduk. "Silahkan." Hanya kata singkat itu yang Kalea keluarkan.

Hening menyergap di antara keduanya. Angin yang berhembus membuat rambut Kalea berantakan hingga tangannya bergerak untuk mengikatnya dengan karet di saku celananya.

"Sepertinya kamu begitu nyaman dalam lamunan. Hati-hati. Bisa sebabkan kesurupan," ucap suara itu lagi entah dengan maksud apa.

Kalea menoleh dengan dahi yang mengernyit. "Aku tidak melamun," elak Kalea lalu membuang muka.

Pria di sebelahnya terkekeh pelan. "Aku sudah memperhatikan sejak tadi. Sepertinya, masalah hidup sedang begitu rumit," tebak pria itu lagi yang hanya diabaikan oleh Kalea.

Hening kembali tercipta. Kalea memilih menoleh untuk melihat wajah pria di sebelahnya dengan lebih jelas. Sejenak Kalea tertegun karena ketampanan pria di sampingnya.

Namun, hal itu hanya sebentar. Tampan saja belum cukup dalam menjalin sebuah hubungan.

"Oh iya. Namamu siapa jika boleh tahu?" tanya pria itu lagi seakan tak kenal lelah untuk membuat Kalea mau berbicara.

"Namaku Kalea," jawab Kalea tanpa menatap lawan bicaranya. Dia tidak seberani itu.

Namun, Kalea segera mendongak saat ada tangan yang terulur di depannya. "Sepertinya kita harus berkenalan. Bisakah kita menjadi seorang teman?" tawar pria itu dengan senyum yang menawan.

Kalea terpana. Senyum yang begitu hangat hingga Kalea bisa merasakannya. Dan entah mengapa, Kalea justru ingin menangis. Kalea sampai lupa kapan terakhir kali dirinya tersenyum tanpa beban seperti itu.

Tanpa menunggu lebih lama, Kalea menerima jabatan tangan dari pria yang sejak tadi menemaninya. "Bisa."

Senyum yang sangat menenangkan kembali muncul dari pria di hadapannya. "Namaku Javas Kanagara. Kamu bisa memanggilnya dengan sebutan Javas," ucap pria itu lagi lalu meremas lembut jemari Kalea.

Pada saat itu juga, seperti ada sengatan listrik yang membuat tubuhnya berdesir. Kalea merasakan nyaman di awal perjumpaannya dengan Javas.

Episodes
1 Bab 1. Awal yang pilu
2 Bab 2. Javas Kanagara
3 Bab 3. Belajar berani
4 Bab 4. Mencari pekerjaan
5 Bab 5. Kanagara Investama
6 Bab 6. Nomor seratus
7 Bab 7. Berubah dalam sekejap
8 Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9 Bab 9. Lagi
10 Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11 Bab 11. Nyaman
12 Bab 12. Diabetes
13 Bab 13. Remuk
14 Bab 14. Membara
15 Bab 15. menjalin hubungan.
16 Bab 16. Kenaikan jabatan
17 Bab 17. Seorang perusak
18 Bab 18. Merepotkan
19 Bab 19. Memulai kembali
20 Bab 20. Kepingan hati
21 Bab 21. Tidak laku
22 Bab 22. Berubah
23 Bab 23. Ikatan batin
24 Bab 24. Identitas Javas
25 Bab 25. Skenario Tuhan
26 Bab 26. Rindu Zoni
27 Bab 27. Lamaran?
28 Bab 28. Terbongkar
29 Bab 29. Memulai semuanya
30 Bab 30. Berantakan
31 Bab 31. Dunia itu indah
32 Bab 32. Tentang hati
33 Bab 33. Menyesal!
34 Bab 34. Tujuh keliling
35 Bab 35. Sayang
36 Bab 36. Mawar merah
37 Bab 37. Pertengkaran
38 Bab 38. Remuk redam
39 Bab 39. Bangkit
40 Bab 40. Berniat pamit
41 Bab 41. Meleyot
42 Bab 42. Merajut asa
43 Bab 43. Janda vs gadis
44 Bab 44. Masakan Kalea
45 Bab 45. Melepas rindu
46 Bab 46. Jewelry Desain
47 Bab 47. Kembali berpisah
48 Bab 48. Pulang
49 Bab 49. Diam kamu!
50 Bab 50. Mengangsur
51 Bab 51. Dia siapa?
52 Bab 52. Tidak malu
53 Bab 53. Ibu sempurna
54 Bab 54. Acara doa
55 Bab 55. Marry Me
56 Bab 56. Nyelekit
57 Bab 57. Rindu Papa
58 Bab 58. KUA tutup
59 Bab 59. Cucu lucu
60 Bab 60. Jangan berpaling
61 Bab 61. Aku bersedia
62 Bab 62. Dipingit
63 Bab 63. The wedding
64 Bab 64. Belum siap
65 Bab 65. Malam yang Indah
66 Bab 66. Orang yang tepat
67 Bab 67. Orang mencurigakan
68 Bab 68. Sementara×selamanya
69 Bab 69. Cemburu?
70 Bab 70. Kedatangan Zoni
71 Bab 71. Terkuak
72 Bab 72. Benih premium
73 Bab 73. Keadaan berbalik
74 Bab 74. Kepingan puzzle
75 Bab 75. Kencan
76 Bab 76. Kabar buruk
77 Bab 77. Bernapas lega
78 Bab 78. Komentar buruk
79 Bab 79. Orang yang tepat
80 Bab 80. Bersyukur
81 Bab 81. Extra chapter. Jealous
82 Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83 Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84 Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85 Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86 Bab 86. Selesai
87 Berbagi Suami by Ika Oktafiana
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Awal yang pilu
2
Bab 2. Javas Kanagara
3
Bab 3. Belajar berani
4
Bab 4. Mencari pekerjaan
5
Bab 5. Kanagara Investama
6
Bab 6. Nomor seratus
7
Bab 7. Berubah dalam sekejap
8
Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9
Bab 9. Lagi
10
Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11
Bab 11. Nyaman
12
Bab 12. Diabetes
13
Bab 13. Remuk
14
Bab 14. Membara
15
Bab 15. menjalin hubungan.
16
Bab 16. Kenaikan jabatan
17
Bab 17. Seorang perusak
18
Bab 18. Merepotkan
19
Bab 19. Memulai kembali
20
Bab 20. Kepingan hati
21
Bab 21. Tidak laku
22
Bab 22. Berubah
23
Bab 23. Ikatan batin
24
Bab 24. Identitas Javas
25
Bab 25. Skenario Tuhan
26
Bab 26. Rindu Zoni
27
Bab 27. Lamaran?
28
Bab 28. Terbongkar
29
Bab 29. Memulai semuanya
30
Bab 30. Berantakan
31
Bab 31. Dunia itu indah
32
Bab 32. Tentang hati
33
Bab 33. Menyesal!
34
Bab 34. Tujuh keliling
35
Bab 35. Sayang
36
Bab 36. Mawar merah
37
Bab 37. Pertengkaran
38
Bab 38. Remuk redam
39
Bab 39. Bangkit
40
Bab 40. Berniat pamit
41
Bab 41. Meleyot
42
Bab 42. Merajut asa
43
Bab 43. Janda vs gadis
44
Bab 44. Masakan Kalea
45
Bab 45. Melepas rindu
46
Bab 46. Jewelry Desain
47
Bab 47. Kembali berpisah
48
Bab 48. Pulang
49
Bab 49. Diam kamu!
50
Bab 50. Mengangsur
51
Bab 51. Dia siapa?
52
Bab 52. Tidak malu
53
Bab 53. Ibu sempurna
54
Bab 54. Acara doa
55
Bab 55. Marry Me
56
Bab 56. Nyelekit
57
Bab 57. Rindu Papa
58
Bab 58. KUA tutup
59
Bab 59. Cucu lucu
60
Bab 60. Jangan berpaling
61
Bab 61. Aku bersedia
62
Bab 62. Dipingit
63
Bab 63. The wedding
64
Bab 64. Belum siap
65
Bab 65. Malam yang Indah
66
Bab 66. Orang yang tepat
67
Bab 67. Orang mencurigakan
68
Bab 68. Sementara×selamanya
69
Bab 69. Cemburu?
70
Bab 70. Kedatangan Zoni
71
Bab 71. Terkuak
72
Bab 72. Benih premium
73
Bab 73. Keadaan berbalik
74
Bab 74. Kepingan puzzle
75
Bab 75. Kencan
76
Bab 76. Kabar buruk
77
Bab 77. Bernapas lega
78
Bab 78. Komentar buruk
79
Bab 79. Orang yang tepat
80
Bab 80. Bersyukur
81
Bab 81. Extra chapter. Jealous
82
Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83
Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84
Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85
Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86
Bab 86. Selesai
87
Berbagi Suami by Ika Oktafiana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!