Salahkah Bila Aku Mendua
Kalea buru-buru menuju teras depan saat mendengar deru mobil suaminya pulang. Walau tidak pernah di perlakukan dengan baik, Kalea tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.
"Sudah pulang, Mas?" tanya Kalea lembut dengan bibir yang terulas manis.
"Bukankah kamu bisa melihatnya sendiri! Kenapa harus bertanya? Hah!" ketus Zoni sambil membanting tas kerja juga sepatu yang dikenakan.
Kalea hanya diam. Hatinya sedikit nyeri. Ya, hanya sedikit karena hal seperti itu sudah biasa terjadi. Zoni akan membentaknya kala ada masalah di kantor.
"Aku lepas dulu kaos kakimu, Mas," ucap Kalea tetap bersikap lembut.
Zoni langsung mengambil posisi duduk di meja ruang tamu dan mengangkat kakinya untuk diberikan pada Kalea yang saat ini sudah berlutut di hadapannya.
Saat sedang sibuk melepas kaos kaki, Zoni kembali berucap. "Aku jijik melihat wajahmu yang begitu banyak jerawat. Itulah mengapa aku tidak pernah mau membawamu dalam acara kantor. Ibu mengatakan bahwa kamu pasti hanya akan mempermalukan." Dengan tanpa perasaan Zoni mengatakan hal tersebut.
Mata Kalea berkaca-kaca setiap kali suaminya sendiri mengomentari penampilannya. Bukan hanya Zoni yang sering mengucapkan hal tersebut. Tetapi, ibu mertua dan ayah mertuanya juga begitu. Belum lagi adik ipar Kalea yang selalu bertindak semena-mena.
"Maafkan aku, Mas." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Kalea. Lidahnya terlalu kelu untuk menjawab setiap hinaan suami dan keluarganya.
Terdengar dengkusan kesal dari Zoni. Bersamaan dengan itu, Kalea telah selesai melepas kaos kaki sang Suami. Zoni berdiri dan Kalea harus ikut berdiri serta menyingkirkan agar tubuhnya tidak menghalangi langkah Zoni.
"Jangan tidur di kamarku malam ini! Aku sedang kesal padamu," ucap Zoni lagi sebelum benar-benar meninggalkan Kalea sendirian di ruang tamu.
Tanpa terasa, cairan bening menetes dari kedua sudut matanya. Salahkah jika Kalea merasa tersakiti dalam hubungan ini?
Sebenarnya, Kalea dan Zoni menikah karena saling mencintai. Hanya saja, keluarga Zoni dulu tidak pernah merestui bila Zoni menikah dengan Kalea.
Kalea yang hanya berasal dari keluarga sederhana, tentu tidak Pantas bersanding dengan Zoni yang seorang anak orang kaya. Di lima bulan pernikahan, semua tampak indah karena mertuanya tidak terlalu ikut campur.
Namun semakin kesini, tepatnya setelah pernikahannya yang hampir satu tahun, Zoni berubah. Belum lagi ibu mertua dan adik ipar yang setiap hari datang ke rumah Kalea dan Zoni hanya untuk menyombongkan harta miliknya.
Kalea menghela napas kasar agar sesak di dadanya sedikit berkurang. Sebagai seorang wanita, Kalea tentu ingin dicintai dan diperlakukan dengan baik. Tidak seperti sekarang. Zoni yang dulu benar-benar berbeda dari Zoni hari ini.
"Aku merindukan kamu yang dulu, Mas. Saat dimana hanya ada kita berdua di dalamnya. Saat kamu begitu menyayangi dan mencintaiku. Bahkan, aku sampai lupa kapan terakhir kali kita menghabiskan waktu untuk bersama," gumam Kalea sambil menghapus air matanya yang lancang jatuh.
Tidak ingin meratapi terlalu lama, Kalea bergegas menuju dapur. Dia harus menyiapkan makan malam karena hari sudah semakin sore.
Saat di depan wastafel untuk mencuci tangan, Kalea melihat pantulan dirinya di cermin yang memang di sediakan di depan wastafel.
Mata Kalea menelusuri lekuk wajahnya yang memang banyak ditumbuhi jerawat. Belum lagi mata panda dan kantung di bawah mata yang tampak nyata. Kalea terlihat sangat menyedihkan.
Hembusan napas kasar Kalea lepaskan lalu bergegas melakukan tugas.
Waktu bergulir. Jam makan malam pun tiba. Kalea telah menata semua makanan di meja. Ekor matanya menangkap sosok suaminya yang tampak menuruni tangga. Masih dengan raut datar dan kakunya. Tidak ada lagi senyum seperti dulu ketika masa-masa indah itu belum berlalu.
Walau demikian, hal itu tidak mengurangi ketampanan yang dimiliki seorang Azoni Abyasa.
"Duduk, Mas. Aku sudah masak banyak untukmu," pinta Kalea sambil tersenyum manis.
Bukannya senang, Zoni justru tampak tidak suka. Bibirnya kembali terbuka untuk mengatakan sesuatu hal pada Kalea. "Jangan tersenyum seperti itu. Aku risih melihatnya," ketus Zoni yang berhasil melunturkan senyum tulus Kalea.
Kalea seperti kehilangan pasokan oksigen di rongga dadanya. Sesak dan nyeri sekaligus menyergap bagian paru-parunya. Berusaha tegar dan tidak mempermasalahkan ucapan Zoni, Kalea tersenyum kembali dan mengambil posisi duduk di sebelah Zoni.
"Makanlah yang banyak, Mas. Kamu pasti lelah karena seharian bekerja." Setelah mengucapkan itu, Kalea menuang nasi beserta lauk di piring Zoni. Kalea tersenyum saat Zoni kali ini diam dan tidak banyak protes.
Namun, dugaan Kalea salah. Keterdiaman Zoni tidak lain adalah untuk mengumpulkan kata-kata yang akan membuat perasaan Kalea sakit lagi.
"Kenapa banyak sekali nasinya? Kamu pikir, aku kuli bangunan? Aku tuh pekerja kantoran tidak seperti kamu yang kerjaannya hanya pengangguran!" ucap Zoni tak berperasaan.
Gerakan tangan Kalea terhenti di udara dan menatap suaminya dengan pandangan terluka. "Kamu bisa mengatakan jika nasinya terlalu banyak tanpa perlu menghinaku yang hanya seorang ibu rumah tangga," jawab Kalea tidak sedikitpun mengurangi rasa hormatnya.
Zoni hanya berdecak sebal. Belum lagi nada suara Kalea yang seperti akan menangis, membuat Zoni merasa muak. "Kurangi nasinya!" bentak Zoni menggema di seisi ruangan.
Kalea mengangguk lalu memindahkan ke piringnya. Setelah itu, baru Zoni menyantap makanannya. Kalea tersenyum lalu mulai ikut makan. Namun, baru saja di sendok nasi yang masuk ke perutnya, suara Zoni kembali terdengar.
"Kamu kenapa bau sekali? Apa sejak tadi kamu belum mandi? Membuat selera makanku hilang saja," ketus Zoni tak henti-hentinya menghujat.
Hal itu sontak membuat Kalea mencium baju dasternya sendiri yang baunya sudah tak karuan. Zoni yang melihat itu, langsung berdiri dengan menggebrak meja.
Brak!
"Kamu bagaimana sih? Seharian di rumah melakukan apa saja? Hah? Mengapa kamu belum mandi? Coba kamu lihat penampilan kamu sendiri! Lalu bandingkan dengan penampilanku? Apa kamu pantas?" ucap Zoni menggebu-gebu.
Kalea terdiam menatap Zoni dengan mata yang berkaca-kaca. Suaminya itu sudah berubah kasar dan suka membentak. Kalea bisa melihat tatapan Zoni yang begitu jijik dengan dirinya.
Kalea menangis. Sakit sekali mendapatkan perlakuan buruk dari orang yang kita cintai. Jika suaminya sendiri menghujat, apalagi orang lain?
"Apakah aku se-menjijikan itu di matamu, Mas? Sampai-sampai kamu menatapku seperti itu," gumam Kalea tak jelas karena suaranya teredam oleh tangis.
"Aaaarrgghh!" Zoni memekik kesal.
"Jangan menangis untuk mencari simpati ku! Kamu pikir dengan kamu menangis, aku akan berubah lembut begitu? Kamu harusnya mengerti jika aku lelah seharian bekerja! Dan saat aku pulang bekerja, aku pikir lelah ku akan hilang. Namun yang ada, lelahku bertambah kala melihat kamu dengan penampilan yang— argh!" Zoni tidak menyelesaikan kalimatnya.
Tanpa menunggu lebih lama atau sekedar menenangkan tangis Kalea, Zoni langsung menuju lantai atas dengan kaki yang menghentak kesal.
Kalea yang ditinggal sendirian, hanya bisa menahan isakan dan raungan tangisnya. Di malam yang begitu sunyi, Kalea kembali merasakan sendiri. Tidak ada bahu untuk bersandar atau telinga yang bersedia mendengar keluh kesahnya.
Kalea merasa kesepian berada di dunia yang luas ini. Dunia dimana kaki Kalea memijak dengan getar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Aisyah Nabila
aku mampir thor🌹
2023-08-21
1
Nuraini
kok nyesek ya 😭
2023-06-30
3
reni
duh kok Uda mnyedihkan sih bab awal,mau lanjut takut trus mnyedihkan g sih ni ceritanya 🤔
2023-05-20
1