Tepat pukul enam sore, Kalea telah memarkir motornya di garasi. Sudah ada mobil milik suaminya di dalamnya. Itu berarti, Zoni sudah pulang dari bekerja. Sebelum masuk, Kalea mematut diri di kaca spion untuk memastikan bahwa penampilannya masih seperti semula.
Kalea tersenyum dan dalam hati mengucapkan kalimat terima kasih pada Javas yang telah membantunya merubah penampilan. Kalea merasa, wajahnya saat ini terlihat lebih bersinar dari biasanya.
Memang, belum terlalu signifikan perubahannya. Tetapi, perawatan tadi siang telah berhasil menghilangkan kulit kusam dan bekas jerawat.
Rambutnya juga sudah mendapatkan perawatan yang baik, yaitu di potong sebahu dan diberi vitamin rambut. Jadi, Penampilan Kalea saat ini cukup berbeda dan tentunya terlihat lebih fresh.
Ceklek. Kalea membuka pintu rumah dan ternyata, Zoni sedang duduk di sofa ruang tengah. Entah menunggunya atau memang sengaja ingin duduk bersantai di sana.
"Malam, Mas," sapa Kalea lalu kakinya berbelok menuju tangga. Tidak ada keinginan untuk duduk bersama Zoni atau sekedar menyalami tangannya. Kalea cukup sadar diri jika Zoni mungkin saja masih marah.
Namun, suara Zoni berhasil menghentikan langkah Kalea. "Kalea," panggil Zoni lembut. Tidak seperti biasanya yang kasar dan ketus.
Kalea memutar kepala dan berucap. "Ada apa? Apa kamu butuh sesuatu, Mas?" Kalea bertanya sesuai dengan kebiasaan Zoni yang akan memanggil Kalea jika sedang membutuhkan sesuatu.
Zoni tampak salah tingkah. "Itu benar kamu kan?" tanyanya gugup dan Kalea langsung mengangguk.
"Iya. Kenapa memangnya, Mas? Ini aku, Kalea," jawab Kalea tersenyum tipis.
Zoni berjalan mendekat. Saat sudah sampai di hadapan Kalea, Zoni berdehem pelan. "Ehem. Hari ini kamu tampil berbeda," ucapnya terlihat gugup.
Kalea tersenyum. "Aku baru potong rambut. Kalau begitu, aku mandi dulu ya, Mas," pamit Kalea tersenyum manis.
Tanpa diduga, Zoni mengekor dari belakang hingga membuat Kalea terpaksa menghentikan langkah dan menyempatkan menoleh.
"Apa kamu butuh sesuatu, Mas?" tanya Kalea dengan alis yang bertaut.
Zoni tersenyum lalu menggeleng. "Aku hanya ingin ikut ke kamar. Tidak apa-apa kan?" tanya Zoni yang nada bicaranya terdengar sangat lembut.
Kernyitan di dahi Kalea semakin dalam. Dia merasa aneh dengan sikap sang Suami yang mendadak baik juga lembut. "Kamu ... Sehat kan, Mas?" tanya Kalea heran.
Zoni tampak mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya mengangguk yakin. "Aku sehat. Apa ada yang salah denganku?" Kini Zoni balik bertanya.
Kalea menggeleng lalu segera melanjutkan niat menuju kamar. Saat kakinya sudah sampai di depan pintu kamar utama, Kalea tiba-tiba merasakan pergelangan tangannya digenggam.
Walau sempat terkesiap, Kalea segera menguasai diri. "Ada apa sih, Mas? Jika butuh sesuatu katakan saja. Aku akan mandi terlebih dahulu lalu ingin menjemur pakaian." Kalea berucap panjang lebar.
Zoni menatap Kalea lekat. Harusnya, Kalea merasa senang karena ditatap dengan lekat seperti itu. Namun, hati Kalea seakan tidak lagi menerima perlakuan tersebut.
"Sudah lama kita tidak melakukannya. Bolehkah aku memintanya malam ini?" tanya Zoni terdengar sangat lembut.
Kalea terdiam dengan pikiran yang kini mulai berperang. Kalea sudah bisa menebak apa yang akan terjadi jika sampai menyetujui keinginan sang Suami. Namun, Kalea tidak sanggup menolak karena hal tersebut memang sudah menjadi sebuah kewajiban bagi seorang istri.
Kalea masih takut bila diajak berhubungan suami-istri karena dia dibuat trauma dengan perlakuan kasar Zoni saat di atas ranjang. Bukan nikmat yang Kalea dapat. Melainkan rasa perih dan denyutan nyeri di inti tubuhnya.
Kalea ingin membuka mulut. Namun, hal itu urung saat tiba-tiba Zoni meraup bibirnya dengan kasar dan menuntut. Kalea sampai tidak bisa mengimbangi ciuman itu dan tidak bisa menikmatinya.
"Hmmph." Kalea seperti kehabisan napas karena Zoni tidak sedikit pun memberi Kalea jeda untuk meraup oksigen.
Bug! Bug! Bug!
Kalea memukul kencang dada sang Suami agar segera melepas ciuman dan itu memang berhasil. Namun, hal itu hanya sebentar karena kini Zoni telah mengangkat tubuh Kalea menuju kamar utama.
Kalea ingin memberontak. Namun, Kalea takut dosa saat menolak ajakan sang Suami.
Hingga Zoni merebahkan tubuh Kalea di atas ranjang sedangkan dirinya mulai melepas semua kain yang melekat di tubuhnya.
Tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu, Zoni langsung memasuki inti tubuh Kalea sampai rintihan kesakitan terdengar dari bibir Kalea. Sakit, perih, dan seperti merasakan luka robek.
Kalea menatap langit-langit kamar yang tampak buram karena kini matanya telah berembun. Saat Kalea memejamkan mata, air yang membendung di pelupuk mata pun menetes.
Kalea berteriak kesakitan namun sama sekali tidak dihiraukan oleh Zoni. Hingga beberapa menit berlalu, Zoni seperti telah sampai pada puncak lalu tubuhnya ambruk ke samping tubuh Kalea.
Dada Kalea semakin sesak kala melihat suaminya itu langsung berbaring dengan posisi memunggunginya. Tidak ada ucapan terima kasih atau sekedar kecup sayang seperti pasangan kebanyakan.
Kalea segera membekap mulutnya agar isakan tangisnya tidak terdengar. Air matanya seperti enggan untuk berhenti membasahi sang Pipi.
Tidak berapa lama, Kalea bisa mendengar dengkuran halus yang menandakan jika suaminya telah tertidur.
Kalea menghela napas pelan untuk menghilangkan sesak di dada. Tubuhnya terasa remuk-redam karena baru saja digempur tanpa perasaan.
Fisik dan psikis-nya mungkin sudah tidak berbentuk akibat sudah terlalu hancur.
Mengabaikan sakit yang mendera, Kalea memunguti pakaian yang berserakan di lantai lalu memakainya asal. Setelah itu, Kalea keluar dari kamar menuju kamar sebelah untuk menenangkan traumanya yang kini kembali menghampiri.
Kalea sangat takut bila Zoni telah mengajaknya berhubungan badan. Bohong jika orang lain mengatakan kegiatan tersebut menyenangkan. Pada kenyataannya, Kalea selalu merasa kesakitan.
Saat sudah sampai di kamar mandi, Kalea menatap pantulan dirinya di cermin. Rambut yang sudah acak-acakan dengan seluruh lehernya di penuhi tanda merah. Kalea merasa tubuhnya begitu menjijikkan.
Lagi-lagi Kalea membekap mulutnya agar isakannya tidak terdengar. Selalu seperti itu. Kalea harus menangis sendiri, secara diam-diam, di tempat yang tersembunyi, agar selalu terlihat baik-baik saja.
Kini, Kalea merasa lelah selalu menunjukkan wajah bahagianya. Malam ini, wajah itu luntur dan besok Kalea harus membentuk topengnya lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Jangan lupa kasih like, komen, vote dan hadiah semampu kalian🥰...
...dukungan sekecil apapun akan sangat membantu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Alanna Th
sngt miris nasib wnt yg dprks swaminya sendiri. walaupun aq gk zuka n mnolak brhbngn dg swami krn bkn enak mlh sakit, tp swami gk prnh smp mmprks. mlh sdh -/+ plhn thn tdk mnyentuhq 😱😜😰😥
2023-08-25
1