Pagi kembali menjelang. Setelah semalaman suntuk memikirkan hinaan dari keluarga suaminya, Kalea bertekad untuk mencari pekerjaan. Dia tidak ingin dihina terus-menerus. Apalagi, Kalea akan semakin sakit hati jika fisiknya yang dihina.
Rasanya sudah cukup Kalea diperlakukan buruk. Dia harus mulai berani memerangi keburukan agar kebaikan tidak selalu tertindas.
Setelah selesai mandi, Kalea segera mencari baju yang layak. Beruntung, semalam ada beberapa baju yang dipindah ke kamarnya saat ini. Jadi, Kalea tidak perlu mengunjungi kamar suaminya.
Oh iya. Kalea juga sudah memasak untuk sarapan. Setelah dihina kemarin oleh Zoni, Kalea akan mulai membuat list jadwal paginya seperti bangun, cuci muka, masak, mandi, lalu sarapan.
Kalea tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti tubuhnya yang masih bau bawang saat sarapan bersama suaminya. Setelah selesai bersiap, Kalea turun ke lantai dasar menuju ruang makan.
Belum ada Zoni di sana. Jadi, Kalea sempatkan untuk menyiapkan nasi goreng buatannya ke piring suaminya. Setelah itu, Kalea duduk di kursi menunggu Zoni tiba.
"Tumben kamu rapi pagi ini," ucap suara yang tidak lain adalah suara Zoni.
Kalea mendongak dan tersenyum tipis. "Aku mau mencari pekerjaan hari ini," jawab Kalea lembut.
Zoni tampak mencebikkan bibirnya. "Baguslah. Dengan begitu, kamu tidak selalu mengandalkan uang dariku. Aku juga tidak akan meminta uang milikmu. Gunakan saja untuk perawatan wajahmu yang penuh jerawat itu."
Kalea tersenyum masam. Entah itu sebuah perhatian atau hanya sebuah penghakiman. Namun, Kalea tetap mengangguk sambil mengulas senyum. "Pasti, Mas."
Kalea melihat suaminya itu mengambil posisi duduk yang bersebrangan. "Oh iya. Besok kan aku gajian. Karena ibu memiliki hutang dengan teman arisan, terpaksa besok kamu hanya aku kasih satu juta. Yang dua juta aku kasih ibu dan dua juta lagi untukku," jelas Zoni yang membuat Kalea seketika terdiam.
Ini adalah kali kedua ibu mertuanya mendapatkan jatah lebih banyak darinya. "Bukannya bulan kemarin ibu juga mendapat lebih banyak jatah ya, Mas? Kenapa sekarang lagi?" tanya Kalea masih mempertahankan nada lembutnya.
"Itu bukan urusan kamu! Ibuku tetap nomor satu!" tegas Zoni sekali lagi dan Kalea sudah tidak bisa membantah lagi. Selalu saja menjadi pihak yang lemah ketika Zoni sudah memutuskan.
Tanpa banyak kata, Kalea segera memakan sarapan. Zoni meninggalkan meja lebih dulu tanpa berpamitan dengan Kalea. Ada sesak yang berusaha Kalea tahan, ada kecewa yang coba Kalea tenangkan. Matanya hanya bisa menatap nanar punggung sang Suami yang semakin menjauh.
"Kita suami istri tetapi jarak di antara kita sudah terlalu jauh, Mas. Kamu sulit sekali untuk ku gapai," gumam Kalea dengan denyutan nyeri di dadanya.
Tidak ingin larut dalam hubungan yang tidak jelas ini, Kalea bergegas keluar rumah setelah sebelumnya mengunci terlebih dahulu. Kalea ingat bahwa hari ini ada janji temu dengan Javas.
Entah mengapa kata hatinya mengatakan bilas Kalea harus menemui Javas terlebih dahulu. Padahal, hubungan pertemuannya baru saja terjalin kemarin.
Memilih berjalan kaki, lima belas menit kemudian Kalea sampai di taman. Di bergegas menuju pohon Ketapang dimana di bawah pohon tersebut sudah menjadi tempat favoritnya.
Baru saja duduk bersila di bawah pohon tersebut, suara berat terdengar yang tidak lain adalah milik Javas. "Sudah lama menunggu?" tanyanya lembut.
Kalea mendongak lalu tersenyum kala melihat Javas berdiri di sampingnya. "Baru saja," jawab Kalea lalu menepuk sisi kosong di sebelahnya.
"Sepertinya, hari ini kamu lebih bahagia. Apakah bertemu denganku membuatmu bahagia?" tanya Javas dengan percaya dirinya.
Kalea sontak tergelak renyah. "Bisa jadi. Seumur hidup, bisa di hitung berapa temanku dulu. Sekarang, aku sudah tak lagi memiliki teman," jawab Kalea yang wajahnya mendadak sendu.
Javas mengangguk-anggukan kepala. "Tenang saja. Aku bersedia menjadi temanmu saat ini," jawab Javas yang membuat senyum Kalea terukir.
"Oh iya. Apakah kamu tidak bekerja? Mengapa di pagi hari seperti ini, kamu justru berjalan-jalan?" tanya Kalea penasaran.
Javas menatap Kalea dengan pandangan yang lembut juga senyum tipisnya yang terukir. "Aku pengangguran," jawabnya yang membuat Kalea percaya saja.
"Oh. Berarti kita sama." Kalea berucap bungah. Javas hampir saja meledakkan tawa. Namun, Javas ingat dirinya hanya berbohong pada Kalea.
Seorang wanita yang sejak lima bulan terakhir hanya bisa Javas lihat dari jarak jauh. Dia perempuan kedua yang berhasil mengetuk pintu hatinya setelah sang Mama.
Terlalu pusing menanggapi sang Mama yang suka bertanya kapan Javas menikah, membuat dia melarikan diri ke taman ini. Taman dimana untuk pertama kalinya Javas melihat Kalea.
Namun setiap kali Javas melihat Kalea, perempuan itu selalu murung dan pandangannya kosong. Saat Kalea tidak datang beberapa hari ke taman, Javas merasa kehilangan.
Jadilah saat Kalea kembali datang dengan kondisi yang sama, yaitu murung dan melamun, Javas berani untuk memperkenalkan diri.
"Apa kabar hari ini?" celetuk Javas yang membuat Kalea kembali tersenyum.
"Aku rasa buruk. Tetapi, bukankah setiap hari kita harus bersyukur?" jawab Kalea mendadak melankolis.
Javas mengangguk membenarkan. "Benar. Tetapi, kita bisa merubah hal buruk tersebut loh. Bersyukur itu tidak selalu kita menerima apa yang terjadi pada diri sedangkan kita saja belum berusaha. Misalkan, aku bersyukur karena pengangguran. Tapi, aku tidak bisa terlalu mensyukuri. Jadilah aku memilih mencari pekerjaan," jelas Javas panjang lebar yang membuat alis Kalea justru bertaut.
Melihat itu, Javas kembali bersuara untuk kembali menjelaskan. "Kita memang harus selalu bersyukur setiap saat. Tetapi, kita juga harus berusaha untuk hidup lebih baik lagi dan jangan menjadikan rasa syukur itu membuat kita malas. Bersyukurlah dan berusaha lebih baik lagi."
Setelah itu, Kalea baru memahami inti dari ucapan Javas barusan. "Baiklah. Jadi, apakah kamu mempunyai lowongan pekerjaan? Aku rasa, aku butuh sebuah pekerjaan. Apapun itu akan aku lakukan. Karena aku hanya lulusan SMP, tidak mungkin aku berangan menjadi pekerja kantoran dengan jabatan tinggi. Jadi cleaning service juga tidak masalah," ucap Kalea dengan raut memelas.
Javas mengerjapkan beberapa kali. "Ada. Aku ada lowongan pekerjaan jika kamu memang bersungguh-sungguh ingin bekerja. Tetapi hanya pekerjaan cleaning service di sebuah hotel," ucap Javas menyambut dengan baik.
Mata Kalea tampak berbinar. "Benarkah? Apa yang harus aku persiapkan untuk melamar pekerjaan di hotel tersebut? Apakah kamu bisa membantuku? Aku sangat membutuhkannya," tanya Kalea bertubi-tubi yang membuat Javas merasa gemas sendiri.
Tangannya bergerak untuk mengacak rambut Kalea lembut. "Kamu hanya perlu modal rajin, ulet, dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Tidak perlu menunjukkan ijazah dan lain sebagainya," jawab Javas tersenyum begitu manis.
Sangat berbeda dengan kondisi tubuh Kalea yang saat ini justru mematung akibat perlakuan manis dari Javas. 'Seandainya mas Zoni semanis ini padaku,' batin Kalea masih sempat-sempatnya memikirkan sang Suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Aisyah Nabila
ayo kalea semangat🌹
2023-08-21
2
Modish Line
awal YG bagus Kalea👍
2023-05-10
1