Bab 3. Belajar berani

Siang hari saat matahari mulai bergerak tepat di atas kepala, Kalea meninggalkan taman. Javas sudah pergi sejak tadi setelah berkenalan dengannya. Ada telepon yang masuk dan Kalea bisa menangkap raut serius yang ditunjukkan Javas.

Satu yang Kalea ingat. Sebelum benar-benar pergi, Javas mengucapkan sebuah kata. "Besok kita bertemu lagi disini. Entah kamu bersedia datang atau tidak, aku akan tetap berkunjung kesini."

Dan mengingat itu, Kalea tersenyum sendiri. Dalam benaknya terpikir, apakah Javas tidak merasa jijik padanya? Seperti yang dilakukan Zoni, sang suami.

Zoni bahkan dengan lantang mengatakan bahwa Kalea bau, jerawatan, dan menjijikkan. Oleh karena itu, Kalea masih merasa heran. Kalea pikir, dirinya tidak semenarik itu.

Saat sudah sampai gerbang rumahnya, Kalea menghentikan langkah. Di sana, tepatnya di depan pintu rumah, ibu mertua dan adik ipar sudah berdiri dengan tangan yang berkacak pinggang.

"Darimana saja sih, kamu? Ibu menunggu lama di depan pintu. Kerjaannya keluyuran mulu!" teriak ibu mertuanya dengan suara lantang juga kesal.

Kalea menunduk. "Maaf, Bu. Habis jalan-jalan sebentar." Setelah mengucapkan itu, Kalea bergegas membuka pintu rumahnya yang kebetulan terkunci.

"Silahkan masuk, Bu," ucap Kalea mempersilahkan saat pintu telah terbuka.

Dengkusan kesal Kalea dengar dari adik iparnya. Dua wanita berbeda generasi itu melenggang masuk layaknya memasuki rumah sendiri. Sedangkan Kalea, bagai asisten rumah tangganya.

Setelah Kalea masuk, bisa dilihat ibu dan adik dari suaminya itu duduk di sofa dengan gaya angkuh. "Mbak. Ambilkan minum untukku dong. Gerah nih," ucap Anabella, sang adik ipar.

"Iya. Sekalian ibu juga ya. Kalau ada, ibu mau jus mangga pakai es," imbuh sang ibu mertua layaknya majikan menyuruh pembantunya.

Kalea terdiam. Jujur saja, Kalea merasa kesal sekaligus jengah dengan sikap ibu mertuanya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Kalea berjalan menaiki tangga. Mengabaikan permintaan ibu mertua dan adik iparnya.

"Biarlah jika nanti mereka akan mengatakannya pada mas Zoni. Aku terlalu lelah hari ini. Energiku bisa habis hanya untuk melayani mereka," batin Kalea mencoba acuh.

"KALEA!" Teriakan itu membuat langkah Kalea terhenti.

"Kamu tidak dengar ibu menyuruhmu untuk apa? Hah? Dasar menantu tidak berguna! Ibu menyesal punya menantu seperti kamu!" imbuh bu Rosi dengan suara meninggi.

"Sudah, Bu. Lebih baik kita carikan calon istri baru untuk mas Zoni. Yang pasti lebih cantik, berpendidikan, dan yang paling penting adalah kaya." Kini Anabella mulai ikut campur dengan masalah rumah tangganya.

Kalea memegang dadanya sendiri yang terasa sesak juga nyeri. Matanya sudah berkaca-kaca akan menangis. Anehnya, Kalea hanya diam dan bagai tidak berdaya untuk sekedar menjawab hinaan tersebut. Hatinya sudah terlalu banyak disakiti.

Kalea memejamkan mata lalu mengangkat kepala. Dia beranikan diri untuk menjawab. "Silahkan ibu hina aku sepuasnya," ucapnya dengan tubuh yang bergetar dan telapak tangan yang sudah basah karena keringat. Kalea ketakutan.

"Oh. Jadi kamu mulai berani sekarang? Berani kamu sama ibu?" tanya bu Rosi dengan nada angkuh.

Tidak ingin menanggapi terlalu jauh, Kalea berjalan cepat menuju kamar lalu menguncinya. Kalea berdiri di balik pintu dengan punggung yang menempel di daun pintu.

Kalea kembali menangis terisak. Begini sekali nasib hidupnya. "Apakah di kehidupan sebelumnya aku melakukan kesalahan? Sehingga di kehidupan sekarang, hidupku begitu menderita," gumam Kalea terdengar pilu.

Kalea kembali menangis dengan menutupi wajahnya. Kalea yakin, setelah ini Zoni akan marah padanya karena tidak patuh pada sang Ibu.

Bukan Kalea tidak pernah bercerita tentang sikap ibu dan adik dari suaminya. Hanya saja, Zoni selalu menganggap Kalea berlebihan. Rasanya hanya sia-sia saja.

Mengingat itu, tangis Kalea semakin meraung. Lagi-lagi Kalea merasa sendirian. Tidak tahu harus bercerita pada siapa.

Entah sudah berapa lama Kalea berada dalam kamar mengunci diri. Hingga suara Zoni terdengar berteriak dari luar.

"Kalea!"

"Dimana kamu! Jangan pikir ibu tidak bercerita padaku!" pekik Zoni lalu terdengar bunyi gebrakan di pintu kamar dimana Kalea berada.

Brak!

Kalea berjenggit kaget. "A-aku di-di-disini," jawab Kalea mencicit lalu membuka pintu dengan tangan yang bergetar. Kalea kembali merasakan takut pada kemarahan Zoni.

Namun kali ini, Kalea akan mencoba lebih berani. Dia tidak boleh terlalu lemah. Setelah menarik dan menghembuskan napas, Kalea membuka pintu.

Raut wajah Zoni tampak kelam dan menatapnya nyalang. Kalea beranikan diri menatap suaminya. "Ada apa, Mas?" Kalea pura-pura tidak tahu. Walau sebenarnya Kalea paham mengapa suaminya marah.

PLAK!

Satu tamparan mendarat begitu saja di pipi Kalea tanpa sempat dia menghindar. Kepala Kalea sampai miring akibat tamparan keras suaminya.

Rasa panas dan perih Kalea rasakan. Tidak hanya di pipinya, tapi hatinya juga merasakan perih. Lebih perih dari rasa sakit di pipinya. Kecewa, marah, dan sakit seakan beradu menjadi satu.

Untuk pertama kalinya Zoni melakukan kekerasan dengan menamparnya. Kalea mengangkat kepala lalu matanya tertuju pada sang Suami.

"Apa ada masalah? Harusnya kamu tidak perlu menamparku seperti ini," cicit Kalea yang matanya mulai buram dan cairan bening sudah membendung di pelupuknya.

Zoni menghembuskan napas kasar. Tangannya bergerak untuk menjambak rambut. Sungguh, Zoni menyesal telah menampar sang istri terlepas bagaimana keadaan istrinya saat ini.

Namun, Zoni tetap tidak ingin meminta maaf. Dia terlalu gengsi. "Apa yang sudah kamu lakukan pada ibu? Kenapa ibu meneleponku sambil menangis?" Hanya kalimat itu yang keluar dari bibirnya.

Kalea menggeleng dengan air mata yang mulai luruh. "Kamu ingin mendengar apa dari mulutku? Setiap kalimat yang keluar tidak pernah kamu percayai. Kamu tidak pernah mendengarkan ku. Jadi, aku berpikir pendapat ku sama sekali tidak penting," sindir Kalea sambil menghapus air mata.

Zoni terdiam. Tatapan matanya sudah tidak lagi sekelam tadi. "Kamu percayai saja ibu kamu dan adikmu. Apapun yang dikatakan mereka selalu benar," ucap Kalea lagi.

Setelah itu, Kalea keluar dari kamar utama menuju kamar di sebelahnya. Dimana kamar itu sudah beberapa hari di tempatinya.

Ada rasa lega setelah sedikit mengutarakan isi hatinya. Kalea bisa merasakan ada yang sedikit berkurang dalam hatinya. Dan hal itu justru membuat Kalea menangis haru. Untuk pertama kalinya Kalea berani menjawab tuduhan tidak benar suaminya.

"Teryata sangat melegakan," gumam Kalea tersenyum sambil menangis sendiri.

Terpopuler

Comments

Aisyah Nabila

Aisyah Nabila

jgn lemah dong say😏

2023-08-21

0

Nuraini

Nuraini

gregetan baca novel yg ada sangkut pautnya sama mertua dan ipar. tapi nagih sih 🤣 emosinya dapet

2023-06-30

1

Dewa Dewi

Dewa Dewi

gitu dong Kalea👍👍👍👍 Harus berani menjawab jangan mau ditindas terus

2023-05-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal yang pilu
2 Bab 2. Javas Kanagara
3 Bab 3. Belajar berani
4 Bab 4. Mencari pekerjaan
5 Bab 5. Kanagara Investama
6 Bab 6. Nomor seratus
7 Bab 7. Berubah dalam sekejap
8 Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9 Bab 9. Lagi
10 Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11 Bab 11. Nyaman
12 Bab 12. Diabetes
13 Bab 13. Remuk
14 Bab 14. Membara
15 Bab 15. menjalin hubungan.
16 Bab 16. Kenaikan jabatan
17 Bab 17. Seorang perusak
18 Bab 18. Merepotkan
19 Bab 19. Memulai kembali
20 Bab 20. Kepingan hati
21 Bab 21. Tidak laku
22 Bab 22. Berubah
23 Bab 23. Ikatan batin
24 Bab 24. Identitas Javas
25 Bab 25. Skenario Tuhan
26 Bab 26. Rindu Zoni
27 Bab 27. Lamaran?
28 Bab 28. Terbongkar
29 Bab 29. Memulai semuanya
30 Bab 30. Berantakan
31 Bab 31. Dunia itu indah
32 Bab 32. Tentang hati
33 Bab 33. Menyesal!
34 Bab 34. Tujuh keliling
35 Bab 35. Sayang
36 Bab 36. Mawar merah
37 Bab 37. Pertengkaran
38 Bab 38. Remuk redam
39 Bab 39. Bangkit
40 Bab 40. Berniat pamit
41 Bab 41. Meleyot
42 Bab 42. Merajut asa
43 Bab 43. Janda vs gadis
44 Bab 44. Masakan Kalea
45 Bab 45. Melepas rindu
46 Bab 46. Jewelry Desain
47 Bab 47. Kembali berpisah
48 Bab 48. Pulang
49 Bab 49. Diam kamu!
50 Bab 50. Mengangsur
51 Bab 51. Dia siapa?
52 Bab 52. Tidak malu
53 Bab 53. Ibu sempurna
54 Bab 54. Acara doa
55 Bab 55. Marry Me
56 Bab 56. Nyelekit
57 Bab 57. Rindu Papa
58 Bab 58. KUA tutup
59 Bab 59. Cucu lucu
60 Bab 60. Jangan berpaling
61 Bab 61. Aku bersedia
62 Bab 62. Dipingit
63 Bab 63. The wedding
64 Bab 64. Belum siap
65 Bab 65. Malam yang Indah
66 Bab 66. Orang yang tepat
67 Bab 67. Orang mencurigakan
68 Bab 68. Sementara×selamanya
69 Bab 69. Cemburu?
70 Bab 70. Kedatangan Zoni
71 Bab 71. Terkuak
72 Bab 72. Benih premium
73 Bab 73. Keadaan berbalik
74 Bab 74. Kepingan puzzle
75 Bab 75. Kencan
76 Bab 76. Kabar buruk
77 Bab 77. Bernapas lega
78 Bab 78. Komentar buruk
79 Bab 79. Orang yang tepat
80 Bab 80. Bersyukur
81 Bab 81. Extra chapter. Jealous
82 Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83 Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84 Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85 Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86 Bab 86. Selesai
87 Berbagi Suami by Ika Oktafiana
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Awal yang pilu
2
Bab 2. Javas Kanagara
3
Bab 3. Belajar berani
4
Bab 4. Mencari pekerjaan
5
Bab 5. Kanagara Investama
6
Bab 6. Nomor seratus
7
Bab 7. Berubah dalam sekejap
8
Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9
Bab 9. Lagi
10
Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11
Bab 11. Nyaman
12
Bab 12. Diabetes
13
Bab 13. Remuk
14
Bab 14. Membara
15
Bab 15. menjalin hubungan.
16
Bab 16. Kenaikan jabatan
17
Bab 17. Seorang perusak
18
Bab 18. Merepotkan
19
Bab 19. Memulai kembali
20
Bab 20. Kepingan hati
21
Bab 21. Tidak laku
22
Bab 22. Berubah
23
Bab 23. Ikatan batin
24
Bab 24. Identitas Javas
25
Bab 25. Skenario Tuhan
26
Bab 26. Rindu Zoni
27
Bab 27. Lamaran?
28
Bab 28. Terbongkar
29
Bab 29. Memulai semuanya
30
Bab 30. Berantakan
31
Bab 31. Dunia itu indah
32
Bab 32. Tentang hati
33
Bab 33. Menyesal!
34
Bab 34. Tujuh keliling
35
Bab 35. Sayang
36
Bab 36. Mawar merah
37
Bab 37. Pertengkaran
38
Bab 38. Remuk redam
39
Bab 39. Bangkit
40
Bab 40. Berniat pamit
41
Bab 41. Meleyot
42
Bab 42. Merajut asa
43
Bab 43. Janda vs gadis
44
Bab 44. Masakan Kalea
45
Bab 45. Melepas rindu
46
Bab 46. Jewelry Desain
47
Bab 47. Kembali berpisah
48
Bab 48. Pulang
49
Bab 49. Diam kamu!
50
Bab 50. Mengangsur
51
Bab 51. Dia siapa?
52
Bab 52. Tidak malu
53
Bab 53. Ibu sempurna
54
Bab 54. Acara doa
55
Bab 55. Marry Me
56
Bab 56. Nyelekit
57
Bab 57. Rindu Papa
58
Bab 58. KUA tutup
59
Bab 59. Cucu lucu
60
Bab 60. Jangan berpaling
61
Bab 61. Aku bersedia
62
Bab 62. Dipingit
63
Bab 63. The wedding
64
Bab 64. Belum siap
65
Bab 65. Malam yang Indah
66
Bab 66. Orang yang tepat
67
Bab 67. Orang mencurigakan
68
Bab 68. Sementara×selamanya
69
Bab 69. Cemburu?
70
Bab 70. Kedatangan Zoni
71
Bab 71. Terkuak
72
Bab 72. Benih premium
73
Bab 73. Keadaan berbalik
74
Bab 74. Kepingan puzzle
75
Bab 75. Kencan
76
Bab 76. Kabar buruk
77
Bab 77. Bernapas lega
78
Bab 78. Komentar buruk
79
Bab 79. Orang yang tepat
80
Bab 80. Bersyukur
81
Bab 81. Extra chapter. Jealous
82
Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83
Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84
Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85
Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86
Bab 86. Selesai
87
Berbagi Suami by Ika Oktafiana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!