Bab 9. Lagi

"Huh. Lelah sekali," gumam Kalea saat baru saja tiba di rumah. Tepat pukul enam sore, Kalea telah selesai bekerja. Lalu saat pulang, waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit.

Pekerjaan pertama Kalea di ... Apa ya? Kalea bahkan bingung harus menyebut kamar hotel milik Javas dengan sebutan apa. Intinya, pekerjaan pertamanya adalah merapikan isi lemari milik Javas yang sangat berantakan.

Saat Kalea sedang membersihkan, Javas pergi entah kemana dan mengatakan Kalea tidak boleh pulang sebelum Javas tiba di rumah. Alhasil, Kalea menghabiskan waktunya untuk bersih-bersih. Walaupun, kamar hotel milik Javas tidak berantakan.

Saat kakinya terayun menaiki anak tangga, suara Zoni terdengar dari bawah. "Kalea," ucap Zoni dingin dan datar.

Kalea menoleh dan tidak hanya ada Zoni di sana. Ada ibu mertua dan adik iparnya sedang melipat tangan di depan dada.

Oh, jadi ini yang dilakukan seorang menantu saat pulang bekerja? Pantas saja anakku kelaparan. Istrinya saja tidak mengurusi. Sungguh malang nasib anakku," ucap bu Rosi mendramatisir keadaan.

"Aku baru pulang bekerja, Bu. Lagian, di lemari makanan ada mie instan dan telur kok," jawab Kalea masih menjaga sopan santunnya.

"Pantas saja Abang kurus. Setiap hari disuruh makan mie dan telur. Kasihan, Abang jadi kurang gizi karena isterinya tidak pandai merawat." Kini giliran Anabel yang berucap. Seakan senang sekali bisa ikut mengeroyok Kalea dan menyudutkannya.

Kalea diam lalu pemasangannya tertuju pada Zoni yang sama sekali tidak berniat untuk membelanya. Kalea berdecih. Memangnya, apa yang bisa Kalea harapkan dari suami seperti Zoni?

"Kenapa kamu tidak ceraikan dia saja? Kamu bahkan bisa mencari istri yang lebih segalanya dari Kalea. Yang pasti lebih cantik dan kaya," ucap bu Rosi lagi.

Bahu Kalea merosot. Kecewa sekali mendengar ucapan ibu mertuanya yang kelewat batas. Walau begitu, tidak ada pembelaan apapun yang keluar dari mulut suaminya. Hal itu semakin membuat sakit dan nyeri di hati Kalea bertambah. Itu lebih sakit dari apapun yang dikatakan ibu mertuanya.

Kalea menatap Zoni dengan penuh luka. Bersamaan dengan itu, Zoni juga sedang menatap dirinya. "Aku kecewa padamu, Mas," gumam Kalea dengan mata yang tampak berkaca-kaca.

Tidak ingin menambah sakit di hatinya lagi, Kalea berjalan cepat menaiki anak tangga menuju kamar utama. Entah mengapa, justru kamar tersebut yang didatangi Kalea.

Setelah pintu terbuka, Kalea menutup kembali dan menguncinya. Tubuhnya luruh ke lantai dengan lutut yang tertekuk dan dua tangannya memeluk kaki.

Kalea menangis sesenggukan dan menelusupkan kepala di antara tumpukan lengan. Berharap tangisnya akan teredam. Dia tidak ingin terdengar menyedihkan.

Kalea cukup sadar diri bahwa dirinya memang tidak cantik dan banyak jerawat. Tetapi, kali ini Kalea sedang berusaha untuk memperbaiki semua. Kalea sedang berusaha agar pantas bersanding dengan suaminya.

"Bahkan, kamu tidak sedikitpun membelaku, Mas. Aku ini sebenarnya apa?" racau Kalea sambil menjambak rambutnya frustasi.

"Mengapa laki-laki lain justru memperlakukan dengan baik. Tetapi, mas Zoni memperlakukan ku sebaliknya. Aku tidak pernah dihargai olehnya. Mengapa seperti itu?" racau Kalea lagi. Merasakan dunia sedang tidak adil padanya.

Tok. Tok. Tok.

Ketukan di pintu kamar membuat tangis Kalea terhenti. Dia memastikan sekali lagi apakah itu suara ketukan pintu atau bukan.

Tok. Tok. Tok.

Kali ini Kalea benar-benar yakin bahwa pintu yang saat ini sedang menjadi sandarannya yang diketuk. "Tetapi, siapa pelakunya? Tidak mungkin mas Zoni kan? Apalagi ibu mertua dan adik ipar? Sangat tidak mungkin," gumam Kalea bertanya-tanya.

Sambil menghapus air mata, Kalea bangkit dan merapikan penampilan. Setelah cukup tenang, Kalea memegang kenop dan memutarnya hingga terdengar bunyi, ceklek.

Hal yang pertama kali Kalea lihat adalah sosok suaminya yang tengah berdiri di depan pintu. Kalea menatap wajah datar di hadapannya lalu berkata. "Aku salah kamar. Aku akan ambil barang ku dan kembali ke kamar yang sebenarnya," ucap Kalea segera berbalik menuju lemari dan mengambil sebagian baju miliknya.

Zoni menatap punggung Kalea yang tampak bergetar. Mungkin saja istrinya itu sehabis menangis. "Bagus. Sudah seharusnya kamu sadar diri," ketus Zoni yang tidak dihiraukan oleh Kalea.

Dia terus mengambil beberapa baju. Setelah dapat, Kalea bergegas keluar dari kamar dan melewati Zoni begitu saja. Sakit hatinya kali ini sudah tidak termaafkan lagi. Dengan nyata, Zoni tidak pernah ada di pihaknya.

Bagaikan sakit yang belum terobati. Belum sempat lukanya kering, kini luka itu tertikam lagi. Entah kemana perginya ibu mertua dan adik ipar. Suara mereka tak lagi terdengar.

Kalea buru-buru masuk ke kamar dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia ingin melupakan masalah tadi dan tidak ingin mengambil pusing. Kalea harus terbiasa dengan tingkah suami dan keluarganya.

Hanya itu yang bisa Kalea lakukan agar bisa bertahan di rumah ini. Rumah yang terdapat usahanya juga. Ya. Lima puluh persen dari pembangunan rumah ini adalah dari Kalea. Dia mengumpulkan uang semenjak membantu sang Ibu menjual kue.

Tidak berapa lama, Kalea kembali dengan bathrobe yang membungkus tubuhnya. Betapa terkejutnya Kalea ketika mendapati ibu mertuanya ada di kamar dan sedang berdiri di depan meja rias. Jangan lupakan senyum angkuh yang selalu tersemat di bibir bermulut pedas itu.

"Kenapa ibu tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?" tanya Kalea terdengar tidak suka.

"Terserah ibu dong. Ini kan rumah milik Zoni, anak ibu. Jadi, apapun yang dimiliki oleh Zoni juga milik ibu." Bu Rosi berucap dengan angkuh dan percaya diri.

Kalea hanya menghela napas dan enggan menanggapi ocehan ibu mertua. Dia berjalan menuju kasur dimana pakaiannya berserakan di sana. Sebenarnya, Kalea kurang nyaman dengan kehadiran ibu mertuanya dalam kamar.

Jadi, Kalea memilih membawa pakaian dan akan berganti ke kamar mandi.

"Mau kemana kamu? Ini skincare milik siapa? Dan sejak kapan kamu membelinya? Mengapa tidak memberitahu ibu?" tanya bu Rosi beruntun.

Kalea terperangah tidak percaya. Apakah segala hal yang ingin Kalea lakukan harus meminta izin ibu mertua terlebih dahulu? Lama-lama Kalea merasa jengah.

"Kenapa harus memberitahu ibu? Apakah ibu mau membelikannya untukku?" tanya Kalea balik yang membuat bibir Bu Rosi tertutup seketika.

"Jangan kurang ajar kamu ya. Beruntung kamu dapat suami seperti anak saya. Heh! Jangan pergi dulu! Dasar tidak tahu sopan santun!"

Kalea mengabaikan lolongan ibu mertuanya dan masuk ke kamar mandi begitu saja. Jika tidak ingat jika Bu Rosi adalah seorang ibu, Kalea akan siap menjawab semua cemoohan dan hinaan dari ibu mertuanya.

Namun bila mengingat pesan ayahnya yabg mengatakan, 'seburuk-buruknya seseorang memperlakukan mu, akan lebih buruk lagi jika kamu membalas perbuatan buruk tersebut.'

Dan dengan demikian, Kalea harus merawat sabarnya dan melapangkan dada. Bagaimanapun sikap dan sifat orang tua, sebagai yang lebih muda harus tetap menghargai.

Episodes
1 Bab 1. Awal yang pilu
2 Bab 2. Javas Kanagara
3 Bab 3. Belajar berani
4 Bab 4. Mencari pekerjaan
5 Bab 5. Kanagara Investama
6 Bab 6. Nomor seratus
7 Bab 7. Berubah dalam sekejap
8 Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9 Bab 9. Lagi
10 Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11 Bab 11. Nyaman
12 Bab 12. Diabetes
13 Bab 13. Remuk
14 Bab 14. Membara
15 Bab 15. menjalin hubungan.
16 Bab 16. Kenaikan jabatan
17 Bab 17. Seorang perusak
18 Bab 18. Merepotkan
19 Bab 19. Memulai kembali
20 Bab 20. Kepingan hati
21 Bab 21. Tidak laku
22 Bab 22. Berubah
23 Bab 23. Ikatan batin
24 Bab 24. Identitas Javas
25 Bab 25. Skenario Tuhan
26 Bab 26. Rindu Zoni
27 Bab 27. Lamaran?
28 Bab 28. Terbongkar
29 Bab 29. Memulai semuanya
30 Bab 30. Berantakan
31 Bab 31. Dunia itu indah
32 Bab 32. Tentang hati
33 Bab 33. Menyesal!
34 Bab 34. Tujuh keliling
35 Bab 35. Sayang
36 Bab 36. Mawar merah
37 Bab 37. Pertengkaran
38 Bab 38. Remuk redam
39 Bab 39. Bangkit
40 Bab 40. Berniat pamit
41 Bab 41. Meleyot
42 Bab 42. Merajut asa
43 Bab 43. Janda vs gadis
44 Bab 44. Masakan Kalea
45 Bab 45. Melepas rindu
46 Bab 46. Jewelry Desain
47 Bab 47. Kembali berpisah
48 Bab 48. Pulang
49 Bab 49. Diam kamu!
50 Bab 50. Mengangsur
51 Bab 51. Dia siapa?
52 Bab 52. Tidak malu
53 Bab 53. Ibu sempurna
54 Bab 54. Acara doa
55 Bab 55. Marry Me
56 Bab 56. Nyelekit
57 Bab 57. Rindu Papa
58 Bab 58. KUA tutup
59 Bab 59. Cucu lucu
60 Bab 60. Jangan berpaling
61 Bab 61. Aku bersedia
62 Bab 62. Dipingit
63 Bab 63. The wedding
64 Bab 64. Belum siap
65 Bab 65. Malam yang Indah
66 Bab 66. Orang yang tepat
67 Bab 67. Orang mencurigakan
68 Bab 68. Sementara×selamanya
69 Bab 69. Cemburu?
70 Bab 70. Kedatangan Zoni
71 Bab 71. Terkuak
72 Bab 72. Benih premium
73 Bab 73. Keadaan berbalik
74 Bab 74. Kepingan puzzle
75 Bab 75. Kencan
76 Bab 76. Kabar buruk
77 Bab 77. Bernapas lega
78 Bab 78. Komentar buruk
79 Bab 79. Orang yang tepat
80 Bab 80. Bersyukur
81 Bab 81. Extra chapter. Jealous
82 Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83 Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84 Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85 Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86 Bab 86. Selesai
87 Berbagi Suami by Ika Oktafiana
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Awal yang pilu
2
Bab 2. Javas Kanagara
3
Bab 3. Belajar berani
4
Bab 4. Mencari pekerjaan
5
Bab 5. Kanagara Investama
6
Bab 6. Nomor seratus
7
Bab 7. Berubah dalam sekejap
8
Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9
Bab 9. Lagi
10
Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11
Bab 11. Nyaman
12
Bab 12. Diabetes
13
Bab 13. Remuk
14
Bab 14. Membara
15
Bab 15. menjalin hubungan.
16
Bab 16. Kenaikan jabatan
17
Bab 17. Seorang perusak
18
Bab 18. Merepotkan
19
Bab 19. Memulai kembali
20
Bab 20. Kepingan hati
21
Bab 21. Tidak laku
22
Bab 22. Berubah
23
Bab 23. Ikatan batin
24
Bab 24. Identitas Javas
25
Bab 25. Skenario Tuhan
26
Bab 26. Rindu Zoni
27
Bab 27. Lamaran?
28
Bab 28. Terbongkar
29
Bab 29. Memulai semuanya
30
Bab 30. Berantakan
31
Bab 31. Dunia itu indah
32
Bab 32. Tentang hati
33
Bab 33. Menyesal!
34
Bab 34. Tujuh keliling
35
Bab 35. Sayang
36
Bab 36. Mawar merah
37
Bab 37. Pertengkaran
38
Bab 38. Remuk redam
39
Bab 39. Bangkit
40
Bab 40. Berniat pamit
41
Bab 41. Meleyot
42
Bab 42. Merajut asa
43
Bab 43. Janda vs gadis
44
Bab 44. Masakan Kalea
45
Bab 45. Melepas rindu
46
Bab 46. Jewelry Desain
47
Bab 47. Kembali berpisah
48
Bab 48. Pulang
49
Bab 49. Diam kamu!
50
Bab 50. Mengangsur
51
Bab 51. Dia siapa?
52
Bab 52. Tidak malu
53
Bab 53. Ibu sempurna
54
Bab 54. Acara doa
55
Bab 55. Marry Me
56
Bab 56. Nyelekit
57
Bab 57. Rindu Papa
58
Bab 58. KUA tutup
59
Bab 59. Cucu lucu
60
Bab 60. Jangan berpaling
61
Bab 61. Aku bersedia
62
Bab 62. Dipingit
63
Bab 63. The wedding
64
Bab 64. Belum siap
65
Bab 65. Malam yang Indah
66
Bab 66. Orang yang tepat
67
Bab 67. Orang mencurigakan
68
Bab 68. Sementara×selamanya
69
Bab 69. Cemburu?
70
Bab 70. Kedatangan Zoni
71
Bab 71. Terkuak
72
Bab 72. Benih premium
73
Bab 73. Keadaan berbalik
74
Bab 74. Kepingan puzzle
75
Bab 75. Kencan
76
Bab 76. Kabar buruk
77
Bab 77. Bernapas lega
78
Bab 78. Komentar buruk
79
Bab 79. Orang yang tepat
80
Bab 80. Bersyukur
81
Bab 81. Extra chapter. Jealous
82
Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83
Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84
Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85
Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86
Bab 86. Selesai
87
Berbagi Suami by Ika Oktafiana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!