Suasana di antara Kalea dan Javas mendadak canggung setelah adegan ciuman terjadi. Bukan. Lebih tepatnya hanya Kalea saja. Sedangkan Javas, masih bersikap santai seolah-olah tidak terjadi apapun.
Kalea sadar bahwa apa yang dilakukan barusan adalah sebuah kesalahan. Harusnya tidak boleh seperti itu mengingat Kalea telah bersuami. Namun, setiap sentuhan sekecil apapun yang diberikan Javas begitu membuat Kalea candu.
Entah karena Kalea rindu belaian atau Kalea memang nyaman dan sama-sama menginginkan Javas. Namun, dua kemungkinan itu bisa saja terjadi secara bersamaan.
"Kenapa aku jadi terbayang-bayang terus?" gumam Kalea sambil menggelengkan kepalanya. Dia sedang membuat roti panggang untuk Javas sarapan. Sedangkan Javas, dia sedang membersihkan diri dan bersiap untuk ke kantor.
Sesuai keinginan Javas, Kalea membuat sekitar empat potong roti bakar. Walau heran, karena tidak biasanya Javas menginginkan porsi makan banyak, Kalea tetap membuatkan khusus untuk sang atasan. Ya. Bagaimanapun, Javas tetaplah atasan Kalea.
Tidak lupa, Kalea membuatkan teh hangat di teko keramik kecil. Setelah selesai, Kalea menatanya di atas meja. "Akhirnya selesai juga," gumamnya lagi sambil melepas apron yang baru saja dikenakan.
Saat Kalea ingin berlalu, tiba-tiba suara Javas menginterupsi dan hal itu membuat Kalea mengurungkan niat. "Tetaplah di sana, Kalea. Tolong temani aku makan pagi ini."
Kalea hanya bisa menelan saliva. Rasa canggung itu masih ada mengingat hubungannya dengan Javas baru berjalan beberapa minggu.
"Tapi—"
"Jangan membantah atau akan aku cium lagi," ancam Javas sambil tersenyum jahil. Hal itu berhasil membuat bibir Kalea bungkam.
Javas yang telah sampai di dekat Kalea, langsung menarik kursi lalu menyentuh bahu Kalea untuk duduk di sana. "Duduklah. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," pinta Javas lembut. Namun, hal itu mampu membuatnya jantung Kalea berdegup tidak karuan.
Berbagai pertanyaan muncul di kepala tentang, apa yang ingin Javas bicarakan? Apakah Kalea akan dipecat?
Tidak ingin menerka-nerka, Kalea menurut dan duduk di kursi yang telah Javas persilahkan. Kalea terus menundukkan kepala, merasa malu dengan tingkahnya sendiri. Kalea bisa menebak mungkin saja Javas ingin mengatainya sebagai wanita murahan.
"Kalea?" Panggilan lembut itu membuat Kalea tersadar dari lamunan lalu menatap Javas takut-takut. Posisi Javas saat ini sudah duduk di kursi yang berhadapan dengannya. Namun, hanya berbatasan dengan meja.
"I-iya."
Javas terkekeh geli. "Tidak perlu tegang seperti itu. Jangan pikirkan aneh-aneh tentang aku karena apa yang diasumsikan kepalamu, tidak selalu benar," ucapnya sangat lembut.
Kalea menghembuskan napas lega. "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Kalea langsung pada intinya.
Javas terdiam dengan pandangan menatap Kalea lekat. Tangannya bergerak menangkup punggung tangan Kalea yang kebetulan berada di atas meja.
Merasa terkejut, Kalea menatap tangannya yang kini kembali mendapatkan sentuhan lembut dari pria dengan sejuta pesona. Siapapun yang melihat Javas akan langsung berkata jika laki-laki itu sangat tampan.
"Tinggalkan pernikahanmu dan hiduplah bersamaku. Tinggalkan pernikahan yang di dalamnya hanya ada luka." Ucapan Javas tentu membuat Kalea terkejut dengan bola mata yang membola.
"Itu tidak mungkin," jawab Kalea cepat sambil menarik tangan yang digenggam Javas.
Ada raut kecewa yang ditunjukkan laki-laki di hadapan Kalea. Melihat itu, Kalea merasa tidak enak.
"Kenapa? Apakah kamu masih mencintai suami kamu?" tanya Javas sambil tersenyum kecut.
Kalea terdiam karena belum tahu tentang perasaannya pada Zoni. Melihat keterdiaman Kalea, Javas memilih kembali berucap. "Buka mata kamu, Kalea. Kamu berharga dan berhak bahagia. Apalagi yang ingin kamu pertahankan dari hubungan buruk mu itu?" tanya Javas tidak habis pikir.
Mata Kalea berkaca-kaca dan itu berhasil membuat Javas mengumpat. ****! Karena merasa tidak tega setiap kali melihat air mata Kalea tumpah.
Javas mengembuskan napasnya kasar. "Kamu tidak bisa membohongi perasaan mu terus-menerus. Percaya tidak percaya, kamu itu mulai menyukaiku. Memang, aku ini terlalu percaya diri. Tetapi, aku cukup peka dengan perasaan orang lain."
"Kamu benar. Aku mungkin sudah mulai mencintaimu. Terbiasa bersama membuatku merasa nyaman saat berada di dekatmu. Namun, aku sadar bahwa aku terlalu serakah," ucap Kalea mengeluarkan sesuatu yang mengganjal di kepala.
Javas menggeleng. "Kamu tidak serakah. Aku sadar, mungkin kamu belum siap. Namun, bisakah kita menjalin hubungan?"
Kalea tentu sangat terkejut dengan permintaan Javas. Kepalanya yang menunduk, sontak mendongak untuk memastikan bahwa seseorang yang berada di hadapannya benar-benar Javas. "Maksudnya?" tanya Kalea kebingungan.
"Aku tahu ini terlalu cepat. Tetapi, aku tidak bisa menahannya lagi. Aku jatuh cinta padamu ketika pertama kali aku melihatmu." Ungkapan itu membuat lidah Kalea terasa kelu.
Apa? Javas mencintainya? Sejak kapan?
"Itu baru terjadi beberapa hari, Javas. Mungkin saja kamu hanya penasaran dengan ku," sergah Kalea mencoba berpikir realistis.
Namun, Javas menggeleng kuat sebagai jawaban. "Aku sudah melihatmu sejak lama. Sejak pertama kali kamu mengunjungi taman dan aku selalu berada di salah satu sudut untuk memperhatikanmu dari kejauhan. Memperhatikan wajah melamun mu di bawah pohon dengan angin sepoi yang menerpa rambut panjangmu."
"Kamu terlihat sangat cantik. Kecantikan dari dalam hati yang bisa menembus dinding pertahankan hatiku. Kamu yang pertama, Kalea," ucap Javas panjang lebar. Nyawa Kalea seperti melayang mendengar pengakuan Javas yang sangat ... Romantis.
Ada rasa bahagia yang menelusup ke relung kalbunya. Namun, rasa resah dan takut seakan lebih mendominasi. Mengingat bahwa status Kalea yang menjadi istri dari seseorang.
"Tetapi, Javas ... Aku sudah bersuami. Aku—"
"Aku tidak peduli dengan hal itu. Memang, waktunya salah. Namun, aku tidak bisa menyalahkan sebuah cinta karena terkadang, perasaan tersebut datang di waktu yang kurang tepat. Seperti saat ini contohnya. Aku tidak peduli jika dianggap sebagai perebut istri orang. Karena mereka tidak pernah tahu rumah tanggamu yang sebenarnya sudah hancur." Javas segera memotong ucapan Kalea.
Kalea menatap mata Javas untuk mencari kebohongan di sana. Barangkali, Javas hanya ingin mengujinya. Namun, hanya ada kesungguhan pada sorot mata teduh yang kini sedang menanti jawaban darinya.
"Aku tidak masalah jika saat ini kamu belum ingin bercerai. Mungkin kamu butuh mempertimbangkan banyak hal. Namun, bisakah kita menjalin hubungan ini secara diam-diam? Hanya kita yang tahu hubungan yang sebenarnya terjalin di antara kita. Bagaimana? Ku harap kamu tidak menolaknya. Karena aku pasti akan sangat terluka," ucap Javas panjang lebar dan penuh drama.
Merasa tidak tega, Kalea pun mengangguk menyetujui. Tidak hanya Javas yang membutuhkan hubungan ini. Namun, Kalea menginginkannya juga.
"Aku bersedia," jawab Kalea yang seketika membuat Javas tersenyum berbinar.
Setelah itu, Javas segera mendekat lalu mendekap tubuh Kalea sayang. "Terima kasih karena sudah memberiku kesempatan. Lihat saja, aku akan merebutmu dari suami yang tidak bertanggung jawab itu," racau Javas merasa sangat bahagia. Akhirnya, cinta yang selama ini Javas rasa telah mendapatkan balasan.
"Aku mencintaimu, Kalea."
Kalea mengulum senyum. Ungkapan manis dari Javas nyatanya mampu menggetarkan hati yang selama ini beku. Javas Kanagara, seorang pria tampan yang bisa-bisanya jatuh cinta pada Kalea yang buruk rupa.
"Aku juga mencintaimu, Javas," jawab Kalea lalu membalas pelukan yang diberikan Javas padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Aisyah Nabila
lanjut
2023-08-21
0