Matahari tampak menyingsing tepat di atas kepala. Sampai-sampai panasnya terasa nyata dan bisa saja merusak kulit manusia. Javas keluar dari mobil mewahnya disusul Reza, sang asisten.
Siang ini Javas diminta sang Mama untuk makan siang bersama. Entah dengan tujuan apa, Javas hanya berharap mamanya tidak lagi membahas tentang pernikahan dan mengaitkan dengan usianya yang sudah berkepala tiga.
"Selamat siang, Ma," sapa Javas lalu memeluk sang Mama yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak setengah abad.
"Akhirnya kamu datang juga. Hari ini Mama sudah memasak banyak makanan untukmu. Sebentar lagi Kesha pasti pulang," ucap mama Javas sambil membalas pelukan sang Putra tercinta.
Kesha merupakan adik dari Javas yang usianya terpaut sepuluh tahun dari laki-laki tersebut. Saat ini, Kesha sudah berusia dua puluh tahun dan sedang menjalankan studi di sebuah universitas ternama.
"Aku pulang," ucap suara dari arah pintu yang membuat ibu dan putranya menoleh ke arah sumber suara. Tak terkecuali Reza, dia juga mengikuti ke arah dimana sumber suara berada.
"Kak Javas sudah sampai?" tanya Kesha lalu memeluk sang Kakak tercinta.
"Reza! Kamu ikut makan saja ya? Belum makan siang pasti kan?" tanya bu Belinda, yang tidak lain adalah ibu dari Javas.
Reza memang dekat dengan keluarga Javas karena pria berdarah Jawa itu selalu ikut kemanapun sang Tuan pergi. Bu Belinda sempat mengira jika Javas tidak beres dan menyukai sosok Reza. Namun, baik Javas maupun Reza segera membantahnya. Tuduhan seperti itu tidaklah benar. Hubungan di antara keduanya hanya sebatas partner kerja.
"Iya. Kamu makan disini saja. Lumayan, bisa menghemat pengeluaran ku siang ini," ucap Javas tersenyum puas.
Reza mencebikkan bibirnya kesal. Sejak kapan sang Tuannya itu perhitungan? "Baik. Saya akan ikut makan disini," jawab Reza pada akhirnya mengangguk patuh.
Acara makan siang pun terjadi. Tidak ada yang berbicara saat prosesi makan itu terjadi. Di keluarga Javas, makan sambil berbicara adalah sesuatu yang dilarang. Hal itu dilakukan turun-temurun hingga sampai pada Javas dan Kesha.
Dua puluh menit yang berlalu, hanya terdengar denting sendok yang beradu dengan piring. Hingga semua telah meletakkan peralatan makan, Javas baru berani bertanya.
"Mama tidak ada niat terselubung kan?" tanya Javas langsung pada intinya.
Hal itu membuat bu Belinda terkekeh kecil. Putranya itu memang pandai membaca pikirannya. "Tidak. Mama justru mempunyai niat baik untuk masa depanmu. Berhubung usia kamu satu bulan lagi genap tiga puluh tahun, Mama ada kenalan gadis—"
"Mama!" kejar Javas buru-buru karena tahu kemana arah pembicaraan sang Ibu.
Bu Belinda hanya bisa menghela napas lelah. Puteranya itu seperti betah sekali hidup melajang. Beliau tentu tidak akan rela jika Javas menjadi perjaka tua seumur hidup.
"Mama itu berbicara realistis, Javas. Kamu butuh pendamping di masa tua. Kamu butuh anak-anak untuk mewarnai hari tuamu kelak. Mama seperti ini ya karena peduli denganmu. Jika kamu tidak bisa mencarinya sendiri, Mama akan bantu cari. Yang pasti, Mama tidak akan salah pilih," jelas Bu Belinda panjang lebar. Nada lembut dan keibuan itu berhasil membuat Javas luluh.
"Mama tenang saja. Aku sudah memiliki calon sendiri." Pengakuan Javas tersebut tentu langsung membuat raut wajah semua orang yang berada di meja makan terkejut. Namun, tidak dengan Reza. Dia sudah tahu siapa sosok yang saat ini tengah mengisi hati sang Tuan.
"Siapa orangnya? Bawa dia kesini menghadap Mama. Bagaimanapun, Mama harus mengenalnya lebih dulu," ucap bu Belinda terdengar antusias.
Javas tersenyum lebar. "Nanti. Ketika sudah tiba saatnya, Aku akan bawa dia menemui Mama. Aku yakin, Mama akan langsung suka dengan pilihan Javas," ucapnya lembut yang semakin membuat ibu dari dua anak itu penasaran.
"Siapa namanya? Lalu, berapa lama Mama harus menunggunya? Mama tidak ingin terlalu lama." Bu Belinda Kini mengeluarkan jurus jitu yaitu mode merajuk pada sang Putra.
"Segera, Ma. Doakan saja agar Javas bisa melewati rintangannya."
Mendengar itu, dahi Kesha sontak mengernyit heran. Memangnya rintangan apa yang harus di hadapi sang Kakak?
"Jangan katakan jika Kakak menyukai istri orang?" tebak Kesha yang seketika membuat Javas bungkam. Susah payah Javas menelan salivanya sendiri karena sang Adik memang sangat cerdas dalam hal yang menyangkut pekerjaan detektif.
Melihat keterdiaman sang putra, bu Belinda bertanya sekali lagi untuk memastikan bahwa apa yang dituduhkan Kesha tidaklah benar. "Jawab, Javas. Kamu tidak perlu takut jika perempuan yang kamu cintai masih melajang," desaknya yang semakin membuat Javas seperti kehilangan kata-katanya.
"Kalian akan tahu nanti. Aku belum bisa menjawabnya." Javas tampak gugup kala mengucapkannya.
Bu Belinda memijat pelipisnya yang mendadak pening. Raut wajah Javas tentu sudah bisa ditebak. "Kamu tidak bisa berbohong dengan Mama, Javas. Mama tahu jika tuduhan adikmu itu sesuatu hal yang benar." Beliau mulai mengasumsikan sendiri karena Javas tak kunjung membuat klarifikasi.
"Bang Reza? Abang pasti tahu bagaimana keseharian kak Javas kan? Katakan dengan jujur pada kami!" titah Kesha tegas yang sayangnya, malah terlihat sangat menggemaskan di mata Reza.
"Apa-apaan sih. Reza tidak tahu apa-apa tentangku. Dia hanya bekerja di kantor," cegah Javas berharap jika Reza tidak membongkar rahasianya. Jika sampai itu terjadi, jangan harap Reza akan keluar dari rumah ini dalam keadaan utuh.
Huh! Kesal sekali menjadi pihak tersangka. batin Javas sebal.
"Katakan Reza! Kamu tidak perlu takut pada Javas." Kini giliran bu Belinda yang mendesak Reza untuk berbicara jujur.
Reza tampak tenang. Dia bahkan sempat untuk mengulas senyum. "Maaf, Nyonya. Tetapi, saya tidak tahu apa-apa. Setiap hari saya menghabiskan waktu di perusahaan bersama Tuan. Di luar itu, saya tidak tahu-menahu," jawab Reza yang membuat Javas bisa bernapas lega.
Bagus! Besok aku kasih kamu bonus! batin Javas merasa menang.
"Reza tidak tahu apa-apa, Ma. Dia sangat fokus bekerja mengurus pekerjaan. Dia tidak punya waktu untuk mengurusi kehidupan asmaraku. Karena, kehidupan asmaranya juga tidak berbeda jauh dariku. Jomblo berkualitas," ucap Javas jumawa.
Mendengar pengakuan itu, Kesha dan bu Belinda sontak memutar bola matanya jengah. Bu Belinda sedikit sangsi jika banyak laporan yang mengatakan jika Javas sangatlah dingin dan suka bicara irit saat di kantor.
Buktinya, sikap Javas sangat pecicilan dan percaya diri tingkat tinggi.
"Baiklah. Awas saja jika sampai apa yang dituduhkan Kesha benar. Mama tidak akan segan untuk menghukum mu. Jangan membuat ulah dengan merebut istri orang seperti yang ada di film-film yang Mama tonton. Mama tidak tahu bagaimana sedihnya papa di atas sana saat mengetahui jika putra kebanggaannya menjadi seorang perusak," ucap bu Belinda panjang lebar.
Javas hanya bisa terpaku di tempat mendengar setiap kalimat yang meluncur dari mulut mamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Alanna Th
umumny sang bunda tdk zuka anaknya pcrn sm janda. maunya prwn brkwalitas. pdhl bnyk yg ngakuny prwn trnyata sdh bnyk dcelup oom"! 😱😫🤮
2023-08-25
0
Erni Kusumawati
Javas pebinor berkualitas mom Belinda..tenang saja..justru Javas pebinor penyelamat kesehatan mental seorang istri yg sdg mempunyai kondisi fisik dan jiwa tdk baik akibat tekanan dr mertua dan suami lucnutnya
2023-02-17
6