Javas benar-benar menyediakan telinga untuk mendengar segala keluh kesal yang dirasakan Kalea. Laki-laki itu juga menyediakan bahu untuk Kalea bersandar.
Ya. Kalea telah menceritakan semua tentang masalah rumah tangganya. Walau tidak ada saran yang Javas berikan, setidaknya perasaan Kalea sedikit lebih baik. Kalea seperti mempunyai seseorang sebagai tempat keluh dan kesahnya.
"Terima kasih, Javas. Hatiku merasa lega ketika bisa bercerita semua yang mengganjal di hati," ucap Kalea dengan senyum yang terkembang. Matanya terlihat bengkak akibat terlalu lama menangis.
Javas mengangguk dan balas tersenyum. "Jangan memendamnya sendiri. Kamu bisa berbagi dengan ku."
"Boleh aku memberimu saran?" Javas kembali berucap.
Tentu saja Kalea mengangguk dengan antusias. Dia memang membutuhkan saran dari seseorang yang bisa melihat permasalahan ini dengan dua sudut pandang.
"Aku merasa, rumah tanggamu sudah tak lagi baik-baik saja. Apakah tidak ada keinginanmu untuk mengakhiri semuanya?" tanya Javas yang seketika merubah raut wajah Kalea menjadi murung.
Agar tidak membuat kesalahpahaman, Javas pun menyambung kalimatnya. "Maksudku, agar di antara kalian tidak lagi saling menyakiti. Namun, jika kamu tidak ingin mengakhiri, itu urusan kamu. Aku hanya memberi saran tentang apa yang aku ketahui."
Kalea menatap Javas serius. Banyak pertimbangan yang membuat Kalea enggan untuk bercerai. Selain takut, Kalea juga belum siap menghadapi sang Ayah yang mungkin saja bisa menghakimi Kalea.
Pasalnya, Kalea pernah bercerita tentang rumah tangganya bersama Zoni. Dia juga bercerita tentang kelakuan sang Ibu mertua dan adik ipar yang kurang baik padanya. Namun, bukan pembelaan yang Kalea dapat. Dia justru mendapat penghakiman seakan bercerita pada ayah dan ibunya adalah suatu kesalahan.
Lalu, jika tidak dengan keluarga, Kalea harus bercerita pada siapa? Zoni juga sama tak percayanya dengan ucapan Kalea. Teman? Sebenarnya ada satu teman Kalea. Hanya saja, Kalea tidak ingin merepotkan temannya yang juga sudah memiliki keluarga. Pasti banyak masalah yang dihadapi sang Teman dan Kalea tidak ingin menambahinya.
"Kalea?" panggil Javas lembut karena Kalea tak kunjung bersuara.
"Kalea!" panggilnya lagi sedikit keras agar Kalae Segera tersadar dari lamunannya.
"Hah? Kenapa?" tanya Kalea gelagapan.
Javas tersenyum tipis lalu mengacak rambut Kalea gemas. "Jangan pikirkan itu lagi. Kamu harus mencintai diri kamu terlebih dahulu sebelum ingin mencintai orang lain. Itu akan sangat penting bagi kehidupanmu nanti," ucap Javas kembali memberi saran.
Kalea terharu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Apa yang diucapkan Javas adalah benar. Mulai sekarang, Kalea harus belajar mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
"Terima kasih, Javas."
"Sama-sama. Bagaimana jika hari ini aku akan mengajakmu ke suatu tempat? Kamu ingin belajar mencintai diri sendiri kan?" Javas berucap lembut hingga ucapannya itu bagai hipnotis dan membuat Kalea seketika mengangguk.
"Boleh. Aku ingin belajar mencintai diri sendiri," jawab Kalea layaknya anak kecil yang patuh pada orang tua.
Javas terkekeh lalu mengacungkan jari jempolnya. "Bagus. Kamu harus mencintai diri kamu sendiri terlebih dahulu."
'Lalu setelahnya, kamu bisa mencintai ku. Semoga saja,' imbuh Javas yang tentunya hanya diucapkan dalam hati.
"Tetapi, apakah kamu tidak bekerja?" tanya Kalea merasa tidak enak.
Javas menggeleng. "Sudah ada Reza yang akan mengurus semua pekerjaan ku. Lagi pula, hari ini sudah terlalu siang. Aku malas untuk datang ke kantor," jawab Javas.
"Yah. Ini semua karena aku ya? Maaf karena sudah membuang waktumu yang begitu berharga." Kalea seketika merasa bersalah.
Javas sedikit terkesiap jika Kalea menganggap dirinya bagai beban. Javas mengerti, ternyata kepercayaan diri Kalea memang sangat krisis. Rasa tidak enakan dan takut merepotkan, seperti sudah menyatu pada diri Kalea.
"Tidak perlu merasa seperti itu. Kamu itu berharga. Oleh karena itu, aku menyediakan waktu untukmu. Jangan anggap dirimu tidak berarti." Javas kembali berucap untuk memberikan kepercayaan diri pada Kalea.
...................
Di sebuah pusat perbelanjaan di ibu kota, Kalea dan Javas kini berada. Kalea tidak menyangka jika Javas turut membantu dirinya untuk memperbaiki diri.
Pasalnya, Javas membawa Kalea ke sebuah salon kecantikan di sebuah mall. Semua orang tahu, jika salon tersebut biasa dikunjungi oleh kaum jetset.
Kalea sampai ragu apakah Javas benar-benar bisa membayar jika Kalea melakukan perawatan disini?
"Masuklah. Daripada kamu selalu dihina jelek dan banyak jerawat. Kamu harus berubah menjadi lebih baik lagi dari segi fisik maupun sikap. Jadilah wanita yang tidak mudah ditindas mulai hari ini," ucap Javas memberikan segenap semangat.
Mendengar itu, ada semangat yang berkobar di diri Kalea. Tanpa ragu lagi, Kalea mengangguk menyetujui. "Baik. Aku akan berubah mulai hari ini. Berapapun biayanya, boleh kan jika aku berhutang terlebih dahulu padamu? Aku berjanji akan membayarnya dengan cara menyicil," tekad Kalea lalu langsung menuju kursi dimana salah satu pramuniaga telah menunggu.
Javas tersenyum lebar. Merasa bahagia atas semangat baru yang di miliki Kalea.
Entah sudah berapa lama Javas menunggu, sampai semua pekerjaan mengecek berkas yang dikirim Reza telah selesai. Javas meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku dan menatap salah satu pintu yang masih setia tertutup rapat.
"Apakah belum selesai?" gumam Javas bertanya.
Baru saja Javas berucap, pintu ruangan itu pun terbuka dan seorang pramuniaga yang melayani Kalea muncul lebih dulu. "Nona Kalea telah selesai, Tuan," ucap pramuniaga itu.
Javas mengangguk paham dan beranjak dari sofa tempat dimana dia duduk. "Dimana Kalea?" tanya Javas menatap pada belakang pramuniaga yang ternyata, tidak ada siapa-siapa.
"Nona Kalea. Tuan Javas telah menunggu Anda. Tidak perlu merasa malu karena Nona sangat cantik." Sang Pramuniaga menginterupsi Kalea untuk segera menampakkan diri.
Dan ketika Kalea menampakkan diri, Javas tidak melihat siapa pun lagi disana. Hanya ada Kalea yang kini jadi objek fokusnya. Javas sampai harus berkedip beberapa kali agar segera menguasai diri.
"Javas? Apakah aku terlihat buruk sampai kamu melihat ku seperti itu? Jika aku bertambah jelek, aku akan—"
Javas segera memegang pergelangan tangan Kalea saat perempuan itu berniat untuk masuk lagi ke dalam ruangan. Kalea menunduk malu. Merasa tidak percaya diri dengan penampilannya yang baru.
"Angkat kepalamu. Nanti mahkotamu jatuh jika terus menunduk. Kamu tahu kan apa yang akan terjadi jika mahkota itu jatuh?" ucap Javas sangat lembut.
Kalea mendongak dan kembali mengangkat kepala. Bibirnya menyunggingkan senyum lalu mengangguk. "Mahkota itu akan terinjak dan menjadi barang yang tidak berharga."
Javas ikut tersenyum lalu dengan gerakan refleks, dia menautkan jemarinya dengan jemari Kalea. "Kamu cantik sejak dulu. Jadi, jangan pernah menjudge diri sendiri lagi."
Ucapan itu sangat manis sampai-sampai Kalea bisa terkena penyakit diabetes dadakan. Kalea mengulum senyum dan berkata. "Terimakasih." Seiring dengan degupan jantung yang memompa dua kali lipat lebih cepat.
Debaran yang begitu menyenangkan namun memberikan rasa resah dan gelisah secara bersamaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...jangan lupa dukungannya ya🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments