Bab 6. Nomor seratus

Pagi kembali menjelang. Kalea telah bersiap untuk menuju alamat yang Javas beritahu. Jika benar disana terdapat lowongan pekerjaan dan Kalea bisa diterima bekerja, ini akan menjadi sebuah keberuntungan tersendiri untuknya.

Bisa di bilang, Kalea belum mempunyai pengalaman bekerja karena sejak dulu hanya membantu sang ibu berjualan kue. Membicarakan tentang orang tua, Kalea tiba-tiba diserang rindu.

Minggu depan Kalea akan mengunjungi orang tuanya.

Setelah berpakaian lengkap, Kalea turun ke lantai bawah dan mendapati Zoni sudah duduk di meja makan dengan raut wajah yang tampak kesal. Jujur, Kalea masih takut bila harus menghadapi kekesalan sang Suami.

"Mas, hari ini aku akan melamar pekerjaan—"

"Oh! Jadi karena kamu akan melamar pekerjaan lalu tidak melakukan tugas sebagai seorang istri dengan baik? Kamu pikir, kamu sudah sangat hebat? Sampai-sampai tidak lagi memasak sarapan?" sela Zoni sarkasme.

Kalea menelan saliva. Dia memiliki alasan mengapa hari ini tidak memasak sarapan. "Aku punya alasan sehingga tidak memasak sarapan. Uang yang kemarin kamu kasih sudah habis," jawab Kalea menunduk takut.

Zoni tampak terperangah. "Boros sekali kamu! Kamu gunakan untuk apa uang sebanyak itu?" tanya Zoni kesal dengan suaranya yang meninggi. Kemudian, tangannya bergerak untuk menggebrak meja makan.

Brak!

Kalea berjenggit kaget lalu memegangi dadanya. "Kemarin ada tagihan listrik dan air. Kamu tahu sendiri memiliki rumah besar juga harus memiliki modal besar untuk merawatnya." Kalea masih mencoba menjelaskan dengan nada lembut.

Terlepas dari sifat kasar sang Suami, Kalea yakin jika Zoni masih mencintainya.

"Argh! Lama-lama aku bisa cepat tua menghadapi istri seperti kamu. Jadi yang selama ini dikatakan ibu itu benar. Kamu tidak sebaik yang aku kira!"

Deg!

Jantung Kalea seperti berhenti berdetak detik itu juga. Kalea menatap sang Suami yang wajahnya tampak merah padam. Raut wajah seperti itu memang selalu Zoni tunjukkan di hadapannya.

Hatinya terasa sakit kala mendengar secara tidak langsung Zoni menyesal telah menikah dengannya. "Kenapa kamu hanya menyalahkan ku, Mas? Kenapa selalu aku yang disalahkan dalam hubungan ini? Kamu pikir, aku bahagia? Aku bisa membeli apa yang aku mau? Aku bisa hidup damai dan tenteram di dalam rumah?" tanya Kalea menggebu-gebu. Matanya mulai berembun hingga membuat pandangannya kabur.

"Coba sekali saja kamu perhatikan aku. Kamu selalu sibuk dengan pekerjaan dan tidak pernah ada waktu untukku. Kamu tidak pernah tahu apa yang sudah aku lalui setiap harinya di rumahku sendiri. Kamu tidak akan tahu dan tidak mau tahu." Kalea berucap sambil menatap manik dalam milik Zoni. Berharap bisa menemukan setitik perhatian yang masih tersisa untuknya.

Zoni terdiam dengan tenggorokan yang terasa tercekat. Dia menyadari selama ini terlalu sibuk bekerja hingga tak punya waktu lagi untuk Kalea. Zoni balas menatap sang Istri yang terlihat begitu rapuh. Kalea yang dulu sangat Zoni cintai hingga rela melakukan apapun termasuk melawan restu orang tua.

"Kamu tidak pernah ada waktu untukku. Aku selalu sendirian menghadapi hari-hariku yang terasa mencekam," ucap Kalea dengan air mata yang mulai berderai. Tatapannya sarat akan luka dan haus kasih sayang.

"Coba kamu ingat lagi kapan terakhir kali kita duduk bersama, bertukar cerita, berbagi kopi di satu cangkir yang sama. Aku rindu itu, Mas. Kamu sudah berubah dan hanya mendengarkan mamamu. Kamu tidak pernah mendengarkan aku." Tangis Kalea semakin tak terkendali. Beban yang selama ini dipikul seakan sedikit demi sedikit sedang diturunkan.

Batinnya merasa lelah menahan tumpukan kecewa, sedih, dan amarah yang selalu berusaha ditahan. Tubuhnya luruh ke lantai membuat penampilannya semakin berantakan. Tidak ada lagi wajah cantik seperti dulu. Yang ada, jerawat setiap hari tumbuh di bagian wajahnya. Satu kering, satu tumbuh. Begitu seterusnya hingga keadaan Kalea semakin terlihat mengenaskan dan tidak terurus.

Zoni tergugu di tempat. Dadanya juga ikut nyeri menyaksikan bagaimana rapuhnya Kalea saat ini. Tidak ada baju indah lagi yang Kalea kenakan seperti dulu. Entah kemana perginya uang yang sudah Zoni berikan.

Kalea meraup wajahnya kasar untuk menghapus tetesan air mata yang mengalir bagai air bah. "Sudah siang, Mas. Kamu bisa terlambat jika meladeni isi hatiku. Bukankah pekerjaan lebih penting dari segala-galanya? Termasuk aku yang bisa kamu nomor seratuskan. Aku terlalu muluk-muluk jika meminta untuk menjadi nomor satu dalam segala urusanmu," ucap Kalea menyindir ucapan sang Suami yang sudah sering sekali terucap.

Cinta Kalea seperti diinjak-injak dan tidak pernah dihargai. Mengingat itu, air mata Kalea semakin berjatuhan layaknya hujan deras yang membanjiri pipi.

Zoni menghembuskan napasnya kasar agar sesak di dadanya sedikit mereda. Bola matanya bergerak ke atas menatap langit-langit rumah untuk menghalau air mata.

Setelah itu, Zoni berjongkok untuk menyejajarkan tinggi badannya dengan Kalea. Bukan untuk mengucapkan kata cinta atau sekedar kata maaf karena telah membuat Kalea terluka. Dia hanya mengucapkan satu kalimat yang membuat Kalea semakin sakit dibuatnya.

"Aku pergi."

Sesaat, Kalea menahan napas kala kalimat yang diucapkan Zoni tidak sesuai ekspektasinya. Kalea seperti kehilangan hidupnya.

Apalagi, kini Zoni berdiri dan berjalan menjauh meninggalkan Kalea sendirian. Kalea hanya bisa menatap nanar kepergian sang Suami yang lagi-lagi menorehkan luka yang begitu dalam.

"Mungkin, sampai aku menangis darah pun, kamu tidak akan balik peduli padaku," gumam Kalea dengan suaranya yang parau.

Setelah mendengar deru mobil suaminya menjauh, tangis Kalea semakin menjadi-jadi dan tak terarah. Seperti meraung dan memukuli dadanya sendiri.

Rasanya sakit dan menyesakkan berada di posisi Kalea yang sekarang. Merasa lelah, Kalea memutuskan mengakhiri tangisnya. Dia tidak boleh terlambat datang ke perusahaan karena hari ini dia akan mengadakan interview.

Dengan langkah gontai, Kalea menuju wastafel dapur untuk mencuci wajah. Dia harus meminimalisir wajah mengenakannya. Walau bagian mata adalah bagian yang tak dapat lagi berbohong. Terlihat bengkak dan sembab.

Setelah selesai, Kalea mengelap dengan handuk bersih yang berada di gantungan jemuran. Untuk naik ke kamarnya, Kalea tak memiliki banyak waktu. Beruntung, Kalea membawa krim wajahnya yang dia beli dari uang pemberian Zoni.

Hanya krim seharga tujuh puluh lima ribu. Sengaja Kalea memilih yang paling murah namun tetap aman untuk kulitnya yang sensitif. Tentunya karena banyak kebutuhan yang harus Kalea urus dan memerlukan banyak uang.

Setelah siap, Kalea memesan ojek online lalu meminta driver membawanya ke alamat yang dituju. Tidak berapa lama, Kalea sampai dan membayar tagihan.

Setelah memastikan penampilannya rapi, Kalea menatap gedung tinggi di hadapannya. Mungkin jika di lihat dari lantai paling atas, Kalea hanya akan terlihat seperti semut kecil.

"Aku harus siap dan berani. Aku pasti bisa mendapatkan pekerjaan ini," gumam Kalea menyemangati diri sendiri lalu melangkah dengan pasti memasuki gedung tinggi tersebut.

Episodes
1 Bab 1. Awal yang pilu
2 Bab 2. Javas Kanagara
3 Bab 3. Belajar berani
4 Bab 4. Mencari pekerjaan
5 Bab 5. Kanagara Investama
6 Bab 6. Nomor seratus
7 Bab 7. Berubah dalam sekejap
8 Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9 Bab 9. Lagi
10 Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11 Bab 11. Nyaman
12 Bab 12. Diabetes
13 Bab 13. Remuk
14 Bab 14. Membara
15 Bab 15. menjalin hubungan.
16 Bab 16. Kenaikan jabatan
17 Bab 17. Seorang perusak
18 Bab 18. Merepotkan
19 Bab 19. Memulai kembali
20 Bab 20. Kepingan hati
21 Bab 21. Tidak laku
22 Bab 22. Berubah
23 Bab 23. Ikatan batin
24 Bab 24. Identitas Javas
25 Bab 25. Skenario Tuhan
26 Bab 26. Rindu Zoni
27 Bab 27. Lamaran?
28 Bab 28. Terbongkar
29 Bab 29. Memulai semuanya
30 Bab 30. Berantakan
31 Bab 31. Dunia itu indah
32 Bab 32. Tentang hati
33 Bab 33. Menyesal!
34 Bab 34. Tujuh keliling
35 Bab 35. Sayang
36 Bab 36. Mawar merah
37 Bab 37. Pertengkaran
38 Bab 38. Remuk redam
39 Bab 39. Bangkit
40 Bab 40. Berniat pamit
41 Bab 41. Meleyot
42 Bab 42. Merajut asa
43 Bab 43. Janda vs gadis
44 Bab 44. Masakan Kalea
45 Bab 45. Melepas rindu
46 Bab 46. Jewelry Desain
47 Bab 47. Kembali berpisah
48 Bab 48. Pulang
49 Bab 49. Diam kamu!
50 Bab 50. Mengangsur
51 Bab 51. Dia siapa?
52 Bab 52. Tidak malu
53 Bab 53. Ibu sempurna
54 Bab 54. Acara doa
55 Bab 55. Marry Me
56 Bab 56. Nyelekit
57 Bab 57. Rindu Papa
58 Bab 58. KUA tutup
59 Bab 59. Cucu lucu
60 Bab 60. Jangan berpaling
61 Bab 61. Aku bersedia
62 Bab 62. Dipingit
63 Bab 63. The wedding
64 Bab 64. Belum siap
65 Bab 65. Malam yang Indah
66 Bab 66. Orang yang tepat
67 Bab 67. Orang mencurigakan
68 Bab 68. Sementara×selamanya
69 Bab 69. Cemburu?
70 Bab 70. Kedatangan Zoni
71 Bab 71. Terkuak
72 Bab 72. Benih premium
73 Bab 73. Keadaan berbalik
74 Bab 74. Kepingan puzzle
75 Bab 75. Kencan
76 Bab 76. Kabar buruk
77 Bab 77. Bernapas lega
78 Bab 78. Komentar buruk
79 Bab 79. Orang yang tepat
80 Bab 80. Bersyukur
81 Bab 81. Extra chapter. Jealous
82 Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83 Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84 Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85 Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86 Bab 86. Selesai
87 Berbagi Suami by Ika Oktafiana
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1. Awal yang pilu
2
Bab 2. Javas Kanagara
3
Bab 3. Belajar berani
4
Bab 4. Mencari pekerjaan
5
Bab 5. Kanagara Investama
6
Bab 6. Nomor seratus
7
Bab 7. Berubah dalam sekejap
8
Bab 8. Gara-gara mesin kopi
9
Bab 9. Lagi
10
Bab 10. Pagi yang indah bagi Javas
11
Bab 11. Nyaman
12
Bab 12. Diabetes
13
Bab 13. Remuk
14
Bab 14. Membara
15
Bab 15. menjalin hubungan.
16
Bab 16. Kenaikan jabatan
17
Bab 17. Seorang perusak
18
Bab 18. Merepotkan
19
Bab 19. Memulai kembali
20
Bab 20. Kepingan hati
21
Bab 21. Tidak laku
22
Bab 22. Berubah
23
Bab 23. Ikatan batin
24
Bab 24. Identitas Javas
25
Bab 25. Skenario Tuhan
26
Bab 26. Rindu Zoni
27
Bab 27. Lamaran?
28
Bab 28. Terbongkar
29
Bab 29. Memulai semuanya
30
Bab 30. Berantakan
31
Bab 31. Dunia itu indah
32
Bab 32. Tentang hati
33
Bab 33. Menyesal!
34
Bab 34. Tujuh keliling
35
Bab 35. Sayang
36
Bab 36. Mawar merah
37
Bab 37. Pertengkaran
38
Bab 38. Remuk redam
39
Bab 39. Bangkit
40
Bab 40. Berniat pamit
41
Bab 41. Meleyot
42
Bab 42. Merajut asa
43
Bab 43. Janda vs gadis
44
Bab 44. Masakan Kalea
45
Bab 45. Melepas rindu
46
Bab 46. Jewelry Desain
47
Bab 47. Kembali berpisah
48
Bab 48. Pulang
49
Bab 49. Diam kamu!
50
Bab 50. Mengangsur
51
Bab 51. Dia siapa?
52
Bab 52. Tidak malu
53
Bab 53. Ibu sempurna
54
Bab 54. Acara doa
55
Bab 55. Marry Me
56
Bab 56. Nyelekit
57
Bab 57. Rindu Papa
58
Bab 58. KUA tutup
59
Bab 59. Cucu lucu
60
Bab 60. Jangan berpaling
61
Bab 61. Aku bersedia
62
Bab 62. Dipingit
63
Bab 63. The wedding
64
Bab 64. Belum siap
65
Bab 65. Malam yang Indah
66
Bab 66. Orang yang tepat
67
Bab 67. Orang mencurigakan
68
Bab 68. Sementara×selamanya
69
Bab 69. Cemburu?
70
Bab 70. Kedatangan Zoni
71
Bab 71. Terkuak
72
Bab 72. Benih premium
73
Bab 73. Keadaan berbalik
74
Bab 74. Kepingan puzzle
75
Bab 75. Kencan
76
Bab 76. Kabar buruk
77
Bab 77. Bernapas lega
78
Bab 78. Komentar buruk
79
Bab 79. Orang yang tepat
80
Bab 80. Bersyukur
81
Bab 81. Extra chapter. Jealous
82
Bab 82. Extra Chapter~ Meluruskan masalah
83
Bab 83. Extra chapter~Hari bahagia
84
Bab 84. Extra chapter ~Tes kehamilan
85
Bab 85. Extra chapter~ Dia datang lagi
86
Bab 86. Selesai
87
Berbagi Suami by Ika Oktafiana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!