Disinilah Kalea berada sekarang. Di sebuah ruangan yang sangat luas. Ruangan layaknya penthouse dengan di kelilingi dinding kaca. Desain interiornya begitu membuat Kalea takjub. Seumur hidup, ini adalah yang pertama bagi Kalea mengunjungi ruangan semewah ini.
Saat mengedarkan pandangan, Kalea melihat ada satu pintu yang tertutup rapat. Mungkin saja itu adalah kamar. "Javas? Sebenarnya kamu siapa? Setahuku, lantai paling atas dari sebuah hotel akan dihuni oleh pemiliknya atau bisa saja dijadikan sebuah kantor. Karena harga lantai teratas biasanya akan lebih mahal," racau Kalea masih dengan mata menatap sekeliling.
"Tidak perlu pikirkan itu. Kamu ingin bekerja bukan? Jadi, datanglah kesini setiap hari. Kamu akan bekerja sebagai cleaning service di kamar hotel ini. Khusus hanya ruangan ini saja," ucap Javas yang membuat Kalea mengernyit heran.
"Hah? Apakah aku tidak salah dengar?" tanya Kalea masih tidak percaya.
Javas yang sudah duduk di sofa, menghela napas lalu menyandarkan punggung. Pertemuannya dengan Kalea hari ini tidak sesuai script. Rasa tidak tenang karena Kalea tak kunjung membalas pesannya.
Harusnya Kalea harus melewati manager hotel terlebih dahulu agar perempuan itu tidak terlalu merasa curiga. Namun, nasi sudah menjadi bubur dan Javas sudah tidak perlu lagi berpura-pura.
"Duduk sini," titah Javas lembut sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya. Kalea mendekat dan tidak langsung duduk. Dia berdiri di samping Javas dengan ragu-ragu.
"Kenapa?" tanya Javas heran. Kepalanya mendongak untuk bertemu tatap dengan Kalea.
"Tidak apa-apa kalau aku duduk disitu? Kamu itu bosku loh," ucap Kalea yang membuat Javas seketika tertawa.
"Jangan ada kata Bos di antara kita," ucap Javas yang membuat Kalea tersenyum lebar. Setelah itu, Kalea mendudukkan diri di sebelah Javas dengan sedikit memberi jarak.
"Baik, Tuan," jawab Kalea sedikit meledek.
Javas berdecak sebal mendengar sebutan Kalea barusan. "Kamu tahu apa yang harus kamu kerjakan kan? Aku tidak perlu mengajarimu kalau begitu." Javas bertanya yang dijawab sendiri.
"Masih mirip-mirip dengan pekerjaan di rumah kan? Kalau itu tentu aku bisa," jawab Kalea yakin.
"Betul. Kamu hanya perlu datang pagi pukul setengah enam dari rumah agar jam enam sudah sampai disini. Kamu harus membangunkan, menyiapkan pakaian kerja, dan memasak sarapan untukku. Paham?" jelas Javas.
Kalea mengangguk paham. "Baiklah. Itu sudah biasa aku lakukan di rumah untuk suamiku. Itu hal mudah," jawab Kalea yang lagi-lagi membuat mood Javas berubah dengan rahang mengeras.
'Tidak bisakah Kalea menyembunyikan statusnya saat bersamaku? Aku tidak suka saat Kalea menyebut laki-laki itu sebagai suaminya,' batin Javas merasa kesal.
"Kenapa wajahmu menjadi marah? Apa aku salah bicara?" tanya Kalea heran dengan pandangan menelisik wajah laki-laki di sampingnya.
"Tidak ada. Sekarang buatkan aku kopi!" titah Javas tegas sambil membuang muka.
"Dimana dapurnya?" tanya Kalea tak lagi mempermasalahkan kekesalan Javas.
"Disana." Sambil menunjuk pada ruangan di samping Kalea.
Tidak ingin menunda melakukan pekerjaan, Kalea segera menuju ruangan yang dimaksud Javas. Disana, terdapat kitchen set yang membuat Kalea takjub berkali-kali. Dapur yang sangat mewah dan mengkilap.
Entah siapa yang datang untuk membersihkan ruangan ini sebelum-sebelumnya. Tidak ingin pusing karena hal itu, Kalea bergegas mencari kopi di kabinet atas barangkali terdapat kopi sachet di sana.
Nyatanya, Kalea tak menemukan satupun. Hanya ada mie instan di dalam kabinet itu. Saat pandangannya mengedar, Kalea bisa melihat mesin pembuatan kopi lalu di sebelahnya terdapat beberapa biji kopi yang ditaruh di dalam wadah kecil.
"Aku lupa. Bagaimanapun, seorang Tuan Muda tidak mungkin meminum kopi sachet," gumam Kalea sambil menepuk jidatnya.
"Bagaimana cara menggunakannya? Aku mana bisa memakai mesin seperti ini," gerutu Kalea sambil mengotak-atik mesin kopi di hadapannya.
Tiba-tiba saja, Kalea merasakan ada sesuatu yang menempel punggungnya. Sangat hangat namun membuat Kalea terkesiap. Disusul dengan dua tangan kokoh dan besar yang melewati kedua sisi pinggangnya.
"Aku akan ajarkan kamu bagaimana cara membuat kopi dengan mesin," ucap suara berat yang membuat bulu di sekitar telinga Kalea meremang.
Tindakan Javas layaknya memeluk Kalea dari belakang dan itu tidak akan aman untuk kesehatan jantungnya. Hanya bisa berdiri kaku sambil memperhatikan bagaimana lihainya tangan Javas membuat butiran kopi itu menjadi seduhan.
Kalea bahkan lupa kapan terakhir kali mendapat pelukan dari Zoni, sang Suami. Sampai-sampai, Kalea lupa bagaimana rasanya di peluk dari belakang.
Hari ini, Kalea merasakannya lagi namun dari orang yang berbeda. Kalea memejamkan mata saat merasakan dagu Javas bertumpu pada bahunya. Aroma musk and Woody seakan menyeruak masuk melewati indera penciuman Kalea. Wangi dan membuat Kalea lebih tenang.
"Sudah paham sekarang?" tanya Javas yang menyentak Kalea dari rasa nyamannya. Kesadarannya kembali mengisi raga bahwa apa yang saat ini dilakukan Kalea adalah salah.
Kalea sudah bersuami dan tidak pantas melakukan kontak fisik dengan laki-laki lain. Namun, pikiran tak sejalan dengan kata hati yang menginginkan sentuhan lembut seperti ini.
"Sedikit. Nanti aku akan coba lagi," jawab Kalea sedikit gugup dan salah tingkah.
"Kamu pakai sampo apa?" tanya Javas tiba-tiba dengan posisi yang masih memeluk Kalea dari belakang. Tidak. Lebih tempatnya seperti posisi memeluk.
Kalea mendongak dan memutar kepala sembilan puluh derajat agar bisa menatap Javas. "Kenapa? Kamu tidak suka? Aku hanya menggunakan sampo murahan yang ada di warung. Yang per sachet bahkan tidak sampai lima ratus rupiah. Seribu dapat tiga," jawab Kalea apa adanya.
"Wangi. Aku suka baunya," jawab Javas sambil menunduk menatap Kalea.
Berakhirlah keduanya saling pandang dengan pikiran masing-masing. Javas menelan saliva saat melihat bibir Kalea yang sedikit terbuka. Apalagi, wajah Kalea mendongak dan itu akan memudahkan Javas apabila ingin mencium perempuan yang saat ini dalam dekapan.
'Javas! Jangan kurang ajar pada istri orang. Mungkin kamu mencintainya. Namun, kamu tidak boleh bertindak di luar batas.' Sisi hati Javas seperti ada yang mengucapkan hal itu dan membuat Javas tersadar.
Akhirnya, Javas sendiri yang memutuskan tatapan itu lalu melepaskan diri. Helaan napas lega bisa Javas dengar dari mulut Kalea. Seakan, baru saja terlepas dari ikatan yang menyesakkan dada.
"Kenapa kamu menghela napas lega seperti itu?" tanya Javas tak suka.
Kalea mengerjap bingung. "Maksudnya?" tanyanya balik.
"Kamu—"
"Lupakan. Tolong siapkan kopinya menjadi dua gelas. Kamu harus coba bagaimana rasanya kopi robusta," jawab Javas lalu meninggalkan Kalea di dapur sendirian.
Kalea menatap kepergian Javas dengan dahi mengernyit. "Kenapa sikap Javas jadi aneh sekali? Memangnya, apa salahnya bila aku menghela napas lega? Apa ada yang salah dari itu? Di peluk dari belakang seperti itu tentu membuat ku tidak bisa bernapas dengan baik," racau Kalea panjang lebar.
Kalea tidak menyadari jika Javas juga merasakan detakan jantung yang tidak beraturan saat berada di dekat Kalea.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini ya🥰...
...LOPE SEKEBON untuk kalian 🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Aisyah Nabila
mau dong krja ky si kalea 😂
2023-08-21
2
Aas Azah
ingat javas dia itu bini orang 🙄
2023-03-02
0