Pertandingan Wismaraja memasuki menit ke 79 saat itu Wismaraja sudah unggul 3-0 dari lawan mereka.
SMA 70 sebelum bertanding mereka menyempatkan diri menonton pertandingan Wismaraja.
"Wismaraja keren mereka bermain lepas seperti tidak ada beban." Ucap Riski dari tribun penonton.
"Lawannya saja bermain seperti itu tampak gak semangat lagi mainnya loyo amburadul umpan ntah kemana apa gak iya Wismaraja bisa menyetak 3 gol bahkan seharusnya bisa lebih 5 gol ini kurasa." Ucap Eril sembari melipatkan tangannya di dada.
"Mau lawannya loyo kayak gini gakan merubah fakta bahwa Wismaraja sekolah unggulan. Melawan tim yang bermain bagus juga kurasa Wismaraja bisa menang." Ridwan menyahut perkataan dari Eril.
Sementara di lapangan Wismaraja sedang melakukan serangannya. Chandra dengan berani menendang bola dari luar kotak pinalti. Tendangan itu sangat kuat saking kuatnya tidak biaa di cegah oleh kiper lawan.
Gol spektakuler dari Chandra membuat Wismaraja semakin unggul atas lawannya kini mereka menang 4-0.
"Gila gol dari luar kotak pinalti." Doni tampak kagum dengan gol abang kelasnya saat SMP itu.
"Hm sudah tamat riwayat lawannya mereka sudah kena mental. Kalo sepak bola ada tombol suren aku udah tekan tombol suren itu dari pada kalah kebantai 4-0." Ucap Riski dengan nada sedikit sombong.
"Sombong kali si bujang ini, setidaknya berjuang dulu kek." Eril tampak menasihati Riski.
"Buat apa berjuang jika yang di perjuangkan gak peka." Sahut Riski.
*puk...
Mendengar kata-kata itu dari mulut Riski, Eril reflek memukul kepalanya Riski.
"Bodoh bucin."
"Aduh ya gak usah mukul juga lah sakit tau."
Dalam 10 menit terakhir di tambah babak tambahan SMA Wismaraja kembali menambah 2 gol lagi untuk memantapkan kemenangan mereka menuju 8 besar. Dengan mengejutkan SMA Wismaraja menghabisi lawannya dengan skor 6-0 tanpa balas.
Chandra menjadi Man Of The Match kali ini dengan mencetak 2 gol dan 3 asistnya.
Sama dengan Chandra. Wilson juga berhasil mencetak 2 gol dan 2 gol sisa lainnya di cetak oleh pemain Wismaraja lainnya.
Merekapun merayakan kemenangannya saat berjalan ke lorong pemain.
"Harusnya aku bisa cetak hatrick kali ini tapi karena aku baik aku kasih gol ku ke striker kita agar bisa menjadi top skor ngejar si Ferza." Ucap Chandra sembari berjalan dengan yang lainnya.
"Berisik kau, tanpa mu juga aku bisa bersaing di papan atas top skor. Ferza itu kecil aja itu aku pun bisa cetak 4 gol dalam 1 pertandingan."
"Kau yakin?"
"Ya... ya... yakin." Wilson menjawabnya dengan tersendat-sendat.
Disaat mereka berjalan Chandra tampak menyadari ada seseorang yang sedang menunggu dirinya di sebuah ruang yang mereka lewati.
"Maaf bisakah kalian duluan." Chandra meminta teman-temannya pergi duluan.
"Oh oke." Tanpa berpikir yang macam-macam Wilson hanya mengiyakan saja apa yang di katakan oleh Chandra.
Setelah teman-temannya pergi Chandra pun menyusul orang itu.
"Apa yang kau lakui disini Ferza?" Tanya Chandra kepada pemuda yang menunggu itu yang ternyata dia adalah Ferza.
"Bukannya kau ada jadwal pertandingan di lapangan lain?" Tanya Chandra karena dia tau bahwa tim Ferza belum gugur dari turnamen.
"Pertandingan kami terakhir nanti jadi aku punya waktu buat menghampiri mu." Sahut Ferza.
"Segitunya kau ingin menghampiri aku. Apakah kau ngefans sama ku?" Ucap Ferza dengan sedikit tengil. Emang gak jauh beda dengan adik kelasnya si Risku.
"Aku kesini hanya untuk menawarkan mu kembali untuk masuk ke dalam SMA 48." Ferza memberitahukan alasan dia jauh-jauh dari lapangan tempat ia bertanding ke lapangan ini.
"Jawaban ku tetap sama GAK." Chandra menolaknya mentah-mentah.
"Kau yakin ingin menggantung mimpimu?"
Mendengar hal itu membuat Chandra kesal, dia dengan reflek menarik kerah baju Ferza lalu berkata.
"Gak usah bawa-bawa mimpi. Terwujudnya mimpi seseorang bukan dilihat dari dia berada satu tim dengan Ferza atau bukan."
"Hahaha kau benar tapi jika kita satu tim bersama, kita akan dengan mudah menggapai mimpi kita yaitu menjadi pemain timnas. Bersama kita kalahkan orang lain demi suatu impian."
"Cih omongan mu membuat ku mual. Macam kau orang terjago di bumi ini ku tengok." Secara perlahan Chandra mulai melepaskan genggaman tangannya dari kerah baju Ferza.
"Aku gak pernah ngakui aku pemain terhebat. Maka dari itu aku butuh kekuatanmu Chandra. Lebih tepatnya aku memanfaatkan mu untuk membantu ku menggapai mimpi ku. Gak maksudku mimpi kita."
"Berisik persetan dengan mimpimu aku gak akan bergabung dengan SMA 48 sampai aku lulus status ku tetap sebagai siswa SMA Wismaraja! Dan sebagai siswa SMA Wismaraja aku akan mengalahkan mu secara terhormat nantinya."
Setelah berbicara seperti itu Chandra memutuskan untuk pergi menyusul temannya. Namun baru beberapa langkah Ferza kembali berbicara
"Jika kau sudah mengalahkan ku apa yang akan kau lakukan?" Pertanyaan Ferza ini berhasil membuat Chandra berhenti dari langkahnya.
"Menjuarai turnamen Provinsi lalu Nasional dan mengikuti seleksi pemain timnas." Chandra memberitahukan rencana dia setelah mengalahkan Ferza nantinya
"3 tahun kau juara saat SMP pernahkah kau menjuarai turnamen provinsi?"
"Gak." Singkat padat dan jelas tampaknya Chandra sangat depresi atas kegagalannya 3 tahun di SMP yang merupakan tahun terbaiknya.
"Begitu juga aku saat tahun lalu dikalahkan di final turnamen Provinsi dan saat kalah itu aku sadar bahwa aku membutuhkan setidaknya 1 orang lagi untuk membantu ku menggendong tim. Kau dan Al masuk ke dalam list terkuat ku karena aku yakin jika bermain bersama kalian kita bisa juara bersama." Ferza tampaknya juga kesal atas kekalahannya di final turnamen Provinsi kemarin.
Mendengar hal itu Chandra mengurung niatnya untuk menyusul timnya dia mulai memikirkan apa yang di katakan oleh Ferza ini ada benarnya.
"Masuk akal juga apa yang kau omongi. Gak ku sangka kau orangnya cerdas juga. Tapi kenapa kau memaksa orang untuk masuk ke tim mu? Kenapa gak kau aja yang pindah ke Wismaraja?"
"Simple Chan. Aku orang yang gak punya ayah ku sudah meninggal semenjak aku kelas 5 SD kemarin dan Ibu ku hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga. Aku sesekali membantu Ibu ku dengan berjualan dan bekerja serabutan setelah pulang sekolah. Bagaimana jika aku ingin masuk ke Wismaraja sedangkan saat lulus SMP aku memutuskan untuk tidak sekolah lagi. Untung saja saat aku bermain bola di komplek guru olahraga SMA 48 sekaligus pelatih ekskul sepak bola memberikan ku kontrak." Ucap Ferza memberitahukan kisah pilu hidupnya.
"Kontrak? Kontrak apa?" Chandra sedikit penasaran dengan maksud Ferza.
"Kontrak jika aku berhasil menghantarkan SMA 48 menjadi juara biaya sekolah ku dari kelas 1 hingga lulus ia tanggung." Sahut Ferza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments