"Tadi Al keren banget yaaa." Dia--Ica, gadis manis satu kelas Al baru saja selesai menonton pertandingan sekolahnya. Dia tersenyum manis, puas dengan kemenangan sekolah yang dia banggakan. Apalagi diawal sekolahnya sempat diremehkan oleh para penonton lainnya.
"Iya." Jawab Thea tampak acuh tak acuh, dia fokus menatap ponselnya.
"Puas banget liat ekspresi penonton lainnya yang melongo kaget gitu."
"Yap."
Langkah Ica terhenti, saat sepasang matanya menangkap sosok familiar yang cukup dia kenali.
"Fania?!" Panggil Ica, ia melambaikan tangan ke arah Fania, sembari berlari kecil menghampiri gadis itu.
Ica tentu saja mengenal Fania dengan baik, karna Fania adalah sepupunya yang sudah seperti saudari kandung untuknya.
"Loh Ica. Ngapain kesini?" Tanya Fania heran, meski begitu dia merasa senang sepupu kesayangannya datang.
"Nonton bola dong, kan sekolah aku yang main!"
"Iya, sekolah kamu hebat, tadi habis menang juga! Selamat ya!"
"Iya makasih! Mereka emang jago sih terutama Al-- eh maksud aku kipernya!" Wajah Fania sedikit merona. "Oh ya kenalin Fan, dia Thea temen aku paling baik pokoknya. Nah Tha, kenalin dia Fania sepupu aku paling cantik."
"Fania."
"Thea."
Fania dan Thea berjabat tangan saat berkenalan. Thea tersenyum tipis, pun dengan Fania.
"Fania kan? Tunjukin arah kantin dong tolong, laper nih." Pinta Thea, dia sudah lapar sejak tadi.
"Sebelah sini, ayo."
*****
Usai kekalahan yang memalukan di depan suporter sendiri, Chandra mencoba mencari angin segar untuk menenangkan pikirannya.
Sebagai kapten yang baik, Wilson mengikuti Chandra secara diam-diam. Namun hal itu sudah diketahui oleh Chandra.
"Apa yang kau lakukan Son?" Chandra menghela nafasnya, dia sudah tau bahwa dari tadi Wilson mengikutinya.
"Pak Erwin suruh kita untuk peregangan terlebih dahulu." Ucap Wilson.
"Aku sudah melakukannya tadi. Jika tidak ada apa-apa lagi tinggalkan aku sendiri." Chandra meminta Wilson untuk pergi.
"Tegakan kepalamu sobat. Kita sudah melakukan yang terbaik kali ini." Wilson mencoba menyemangati teman seperjuangannya itu.
"Terbaik? Yang menang lah yang terbaik. Kalah ya kalah aja, berarti kita lemah." Sahut Chandra dengan nada rendah.
"Kalah tidak selamanya lemah, kita harus mengakui bahwa SMA 70 memang kuat, dan kemenangan mereka bukan sekedar hoki aja. Tapi, kekalahan ini buat semakin gak sabar bertanding di turnamen tingkat kota nanti, akan aku tunjukkan siapa yang terbaik. Kekalahan hari ini, harus dibalas, SMA 70 harus kalah dengan terbantai." Wilson serius, sebagai kapten dia juga sangat terluka dengan kekalahan mereka dari sebuah SMA yang tidak ternama itu.
"Juara tingkat kota? Lawan bocah-bocah SMA 70 aja kita kalah, apalagi lawan tim Ferza!" Chandra masih kesal, dia tidak menyangka akan kalah dari Al, padahal dia sudah sangat percaya diri akan menang.
"Kenapa kau menyebut namaku." Saat perjalanan mau keluar sekolah Wismaraja, Ferza dengan kebetulan melewati Chandra dan Wilson serta mendengar perkataan mereka.
"Suara ini Ferza..." Chandra membalikan badannya dia melihat Ferza yang berdiri di belakang Wilson.
"Oi oi oi beraninya kau memasuki kandang musuh, bosan hidup ha?" Dengan senyum smirknya Chandra membunyikan jari-jarinya mencoba menggertak Ferza.
"Aku hanya ingin menonton pertandingan kalian, dan satu lagi aku tidak bosan hidup." Sahut Ferza dengan ekspresi datarnya.
"Ekspresi mu itu bodoh buat ku kesal." Chandra terlihat kesal dengan Ferza.
"Lama gak jumpa, apa kabar Ferza." Wilson mencoba menyapa Ferza.
"Kabar baik. Aura strikermu semakin terlihat Wilson." Sahut Ferza.
"Hahaha emang dari dulu itu."
"WOI BIAWAK JANGAN SOK AKRAB DENGAN SI GENDUT INI." Ucap Chandra dengan nada tinggi.
"Bacot kau aku gak gendut sialan. Mending sana kau murung lagi." Sahut Wilson.
"Ha dasar gak sadar diri kau itu gendut gendut." Chandra mengejek badan Wilson.
"Bacot kau pendek cowok kok pendek mending mati aja sana dari pada pendek." Tidak mau kalah Wilson juga mengejek tinggi badan Chandra.
Mereka bergelut tanpa memperdulikan Ferza yang ada disana.
Tidak lama kemudian Nando datang menghampiri Ferza.
"Bang Fer kemana aja sih capek nyarinya. Loh kenapa mereka gelut Bang." Nando menghela nafasnya kemudian dia menanyakan kenapa Chandra dan Wilson bergelut disana.
"Tidak ada waktu lagi Chandra. Turnamen tertinggal dua bulan lagi. Sebaiknya kau berlatih agar bisa mengalahkan ku." Ucap Ferza.
"Dengan kemampuan ku yang sekarang aja aku bisa mengalahkanmu." Sahut Chandra dengan sombong.
"Fakta yang berbicara Chandra, kemampuan mu yang sekarang saja bisa dikalahkan oleh mantan adek kelasmu ditambah kiper jenius itu." Ferza mencoba mengingatkan Chandra tentang kekalahan barusan.
"Diam kau! Siapkan saja air mata mu nanti saat aku mempermalukanmu dilapangan." Chandra pergi dengan ekspresi kesal meninggalkan yang lainnya.
"Oi Chan kemana kau?" Wilson lari mengejar Chandra.
"Ayo kita pulang Nando." Ucap Ferza.
"Ya, tapi Bang Ferza jangan jauh-jauh capek aku nyarimu."
*****
Chandra yang kesal berjalan dengan sangat cepat sampai dia tidak fokus ada orang di depannya hingga dia menabraknya.
*puk...
"Aduh, woi jalan pakai mata dong." Orang itu ternyata Al, Chandra tidak sengaja menabrak Al yang sedang berjalan.
"Bacot jalan itu pakai kaki. Loh kau rupanya, si paling juara." Chandra kaget melihat orang yang dia tabrak adalah Al.
"Sungkem sama yang kalah. Mau ku tutorin menang gak dek? Easy win lawan kalian." Al mencoba sedikit tengil ke Chandra.
"Menang hoki aja bangga. Liat aja kalo gak aku Ferza yang ngalahin kau nanti."
Al seketika terdiam mendengar perkataan dari Chandra.
"Ferza itu, sehebat apakah dia?" Al mencoba menanyakan hal itu kepada Chandra sebab penasaran.
"Aku benci mengatakannya, tapi dia ku akui adalah pemain yang sangat hebat. Aku belum pernah jumpa pemain sehebat dia di Kota ini. Harusnya dia berada di akademi klub bola terkenal saat ini." Chandra menjawab rasa penasaran Al.
Mendengar itu Al hanya terdiam bibirnya tidak seperti akan berbicara.
Chandra aja mengakui kehebatannya. Sehebat itukah dia.
Batin Al. Pikirannya mulai kacau harus menerima tawaran dari Ferza atau tidak.
"Kenapa kau diminta dia untuk pindah sekolah kah?" Chandra menanyakan hal yang dipikirkan oleh Al.
"Hmm---"
"Al!!!!"
Belum selesai Al menyampaikan perkataannya, Ica berteriak memanggil nama Al. Al juga sedikit terkejut saat melihat Fania datang.
"Loh Ica? Ngapain kesini? Fania...?"
Selain terkejut, rasa sesak itu juga datang mengiringi, bayangan soal Chandra yang menyatakan perasaannya pada Fania kembali menghantui kepala Al, membuat dadanya semakin panas.
Dia yang awalnya puas akan kemenangan itu, menjadi sedikit gusar. Dia yang barusan mengobrol dengan Chandra layaknya pemain rival biasa, kini semakin panas karna ingatan sialan itu.
Dan menatap wajah Fania saat ini? Al benar-benar ingin segera beranjak dari sana.
"Loh kalian kenal?" Ica menanyakan balik kepada Al, dia tidak tau bahwa Al dan Fania saling kenal, baik Al maupun Fania sepupunya tidak pernah bercerita soal itu.
"Ya kenal dulu satu SMP." Sahut Al singkat padat dan jelas.
"Wah kebetulan banget dia ini sepupuku.
*dring...
Dering telepon Ica berbunyi diapun mengangkat telepon yang dia ambil dari tas mungilnya.
"Halo."
"Sebentar ya ada yang nelpon." Ica pergi meninggalkan yang lainnya disana untuk menelpon.
"Kantin di depan kan? Aku duluan ya, laper." Thea berjalan dengan santai menuju kantin, dia memasang earphone ditelinganya, melanjutkan perjalanannya.
Disana hanya tertinggal Al Chandra dan Fania. Ketiga orang ini terlihat canggung, Al yang canggung karena kepikiran Chandra dan Fania berpacaran. Sedangkan Chandra dan Fania tidak berbicara semenjak Fania menolak Chandra jadi pacarnya.
"Oh iya selamat atas kemenangan mu Al." Fania mengucapkan selamat kepada Al dengan senyuman.
Chandra yang melihat itu, memasang ekspresi cemburu di wajahnya.
"Oh iya makasih." Al membalas dengan senyuman setengah-setengah darinya.
"Maaf aku pergi dulu takut jadi nyamuk di antara kalian." Al izin pergi meninggalkan Chandra dan Fania berdua.
"Nyamuk? Kau kira kami pacaran hah?" Tanya Chandra.
"Loh bukannya kau nembak dia dulu ya?" Al menanyakan balik kepada Chandra.
"Kok kau tau aku nembak Fania? Dasar penguping." Sahut Chandra dengan nada cengirnya.
"Gak nguping, cuma gak sengaja kedengaran, makanya lain kali kalo mau nembak anak orang tuh pilih-pilih posisi." Kilah Al, dia setengah jujur dan setengah bohong kan?
"Emang ya. Cih, aku ditolak." Sahut Chandra.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments