Ingin Seperti Mereka

Setelah membaca pesan dari Riski. Mereka berduapun sepakat untuk bertemu disuatu tempat.

Cuaca malam hari itu terlihat mendung, angin berhembus sangat kencang hingga membuat rambut kedua pemuda itu berantakan oleh angin.

"Kenapa kau ajak ketemuan Ki? Dah mau hujan ini." Ucap Doni.

"Kenapa kau tadi ke Wismaraja?"

"Ya ga ada sih sekedar reunian sama Bang Chandra. Kenapa emangnya?" Doni merahasiakan tujuan utamanya datang ke Wismaraja untuk berlatih dengan Chandra.

"Huff... kita sudah berteman selama 3 tahun. Aku tahu muka nipu kau itu." Riski tidak langsung percaya dengan perkataan Doni, dia tau bahwa Doni menyembunyikan sesuatu darinya.

Doni hanya terdiam. Dia tidak menyangka bahwa Riski mengetahuinya jika ia berbohong.

"Hahaha! Gak ku sangka. Walaupun terlihat kau sangat bodoh. Nyatanya kau tau mana yang berbohong mana yang tidak." Ucap Doni sembari tertawa lepas.

"Aku gak bodoh asem!" Lirikan mata Riski menjelaskan banyak hal, seberapa dekat hubungan keduanya. 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar.

"Hahaha, oke oke aku gak bisa nipu lagi. Aku temuin Bang Chandra agar bisa berlatih dengannya." Setelah sempat menyembunyikan, akhirnya Doni memberitahukan hal yang sebenarnya.

"Hah gak salah dengar? Ngapain jauh-jauh ke Wismaraja buat berlatih. Macam gada tim aja kau Don."

"Aku ingin menjadi gelandang multi fungsi seperti dia, selama aku jadi bayang-bayang dia ditim aku hanya mengandalkan pertahanan ku, sementara saat menyerang aku mengandalkan dia. Tapi semenjak tidak setim lagi dengannya. Aku gak bisa membangun serangan dengan baik, hanya mengandalkan long ball ke depan aja." Ucap Doni.

"Long ball atau apapun itu, selagi aku yang menjadi striker di tim mu. Aku akan mengejar bola itu memakai kecepatanku." Sahut Riski dengan percaya diri.

"Makasih Ki. Kau memang kawan terbaik aku."

Setelah itu, diawali dengan petir yang kuat. Hujan lebat mengguyur mereka yang sedang mengobrol. Mereka berduapun mencari tempat teduh agar tidak kehujanan.

"Anjirlah hujan pula." Ucap Riski yang mengusap tubuhnya dengan kedua tangannya, dia tampak kedinginan karena hujan itu.

"Kau sih dah tau mendung tapi malah ngajak ketemuan. Apa salahnya bahas dari Hp aja sih. Mana besok aku ulangan lagi."

"Oh iya cok besok aku ada PR matematika anjir gimana nih." Riski panik karena dia lupa bahwa besok ada PR matematika, mana gurunya galak lagi. Cuai betul sih Riski nih.

"Hahaha mampus siap-siap aja kau dihukum bersihin kamar mandi."

"Wes slo kau Don. Aku tinggal nyontek si Al aja wkwk."

"Emang benar aku sebut kau bodoh."

"Hah matamu!"

*****

Besoknya di sekolah tampak Al dan Wawan yang baru saja sampai di sekolah di samperin oleh Riski dan Doni yang ada di depannya.

"Mas Al." Riski berlari menyampiri Al. Fix sih ada maunya ini.

"Ki sumpah masih pagi ga usah alay." Sahut Al yang kesal terhadap perilaku Riski.

"Hehe ya maap. Al udah siap PR MTK belum? Liat dong kalo udah." Tuhkan benar. Ada maunya emang sih Riski.

"PR MTK?" Al bingung PR yang dimaksud Riski yang mana. Sepertinya Al lupa.

"Oh iya anjir aku lupa ada PR. Wan." Al melihat ke arah Wawan seakan memberikan kode untuk menyontek.

"Gak." Acuh tak acuh Wawan membalasnya dengan cuek dan pergi meninggalkan mereka sembari membaca komik di Hpnya.

"Woi Wan liat, kau gak kasihan liat aku dan Al nanti di hukum karena gak kerjain PR?" Tidak menyerah. Riski mengejar Wawan untuk mendapatkan contekan PR MTK. Riski dan Wawan meninggalkan Al dan Doni berdua disana.

"Don. Kelasmu..."

"Udah kok santai aja nanti ku kasih contekan."

Al belum selesai berbicara. Tetapi Doni sudah memotongnya dan mengetahui apa yang akan di katakan Al.

"Nah mantap. Lihat dong."

"Di Kelas."

"Ok ku ambil ya."

Al mencoba jalan ke arah kelas Doni. Tapi Doni menghentikan Al dengan menahan pundak Al.

"Tunggu."

"Hah kenapa narik-narik." Al terlihat risih.

"Sebagai bayarannya temanin nanti aku ke Trisatya."

"Kau masih belum menyerah untuk mengemis kepada orang agar melatih mu ya?" Tanya Al.

"Ini juga untuk tim. Agar kita juara di turnamen Kota nantinya."

"Ya aku tau, tapi kenapa gak latihan di sini aja?" Al heran, padahal Doni memiliki timnya sendiri tapi minta diajarin oleh tim musuh.

"Bang Chandra dan Bang Dimas adalah gelandang hebat yang pernah bermain di Kota ini. Mereka hebat dalam hal bertahan maupun menyerang. Aku pengen menjadi gelandang seperti mereka, pengen sekali."

"Tapikan Don posisi mereka adalah geladang serang. Tentunya mereka bagus dalam hal menyerang. Tapi dalam hal bertahan kau sangat hebat karena kau adalah gelandang bertahan!"

*hening...

Doni tampak diam, dia memikirkan sesuatu dari perkataan Al.

"Makasih Al. Aku sepertinya dapat jawabannya." Doni pergi dengan berlari meninggalkan Al.

"Ya sama-sama."

"Eh tungggu keknya ada yang lupa." Al mencoba meningat.

"Oi Don liat PR MTKnya!"

...*****...

Setelah berlari dari tempat Al. Doni akhirnya sampai ke GOR. Kebetulan disana ada Pak Danang yang sedang membersihkan GOR.

Senyuman lega melihat ada Pak Danang di GOR sehingga rasa capek karena berlari menjadi berkurang.

"Permisi Pak maaf ganggu."

"Ya Doni ada apa pagi-pagi ini?" Pak Danang menghentikan kegiatan membersihkan GORnya sementara untuk mendengarkan Doni.

"Saya mau nanya Pak." Tanpa basa basi Doni langsung memberitahukan alasan dia mencari Pak Danang.

"Ya nanya apatu?"

"Apakah gelandang bertahan itu kurang populer dibandingkan geladang serang?" Tanya Doni.

"Kenapa kamu nanya gitu?"

"Gpp Pak penasaran aja hehe."

"Memang dalam sepak bola itu yang hebat dalam menyerang akan lebih populer dibanding yang hebat dalam bertahan. Itu udah seperti hukum alam di dalam sepak bola. Striker yang mencetak hatrick tapi hanya bisa menunggu bola di kotak pinalti akan lebih di puji dibanding gelandang yang memberikan umpan-umpan berkelas untuk memanjakan striker itu. Tapi ketika kalah, pemain bertahan itulah yang akan di kambing hitamkan menjadi biang kekalahan." Ucap Pak Danang.

Doni hanya menganggukkan saja perkataan dari Pak Danang.

"Tapi kalo soal gelandang sih sama aja ya. Gelandang serang, tengah, ataupun bertahan kalian tetaplah geladang. Sang jendral lini tengah yang membantu membuka arah permainan. Kalo soal populer banyak kok gelandang bertahan yang populer seperti Casemiro, Sergio Busquets dan beberapa geladang bertahan legendaris seperti Andrea Pirlo. Jadi menurut Bapak, gosah khawatir soal populer atau tidaknya. Yang penting kamu bermain bagus di setiap pertandingan agar kamu menjadi sorotan nantinya, dan ingat ketika menjadi sorotan jangan sombong tetaplah berlatih hingga kamu capai mimpi kamu." Tambah Pak Danang.

Setelah mendengar perkataan Pak Danang yang panjang lebar. Doni pergi meninggalkan GOR untuk kembali ke kelasnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!