3 November 2019 hari pertandingan turnamen Kota sepak bola tingkat SMA/SMK dimulai. Seluruh pemain tampak tidak sabar untuk memulai pertandingannya.
Turnamen ini di ikuti oleh 32 sekolah dengan fase knock out. Tim yang kalah akan langsung gugur dalam pertandingan.
Stadion yang di pakai buat turnamen ini terdapat 3 Stadion dengan tempat yang berbeda. 1 sebagai stadion utama dan 2 stadion pelengkap. Stadion utama ini akan menjadi venue babak semi final dan final nantinya.
Antusias siswa mengikuti turnamen ini sangatlah besar karena bisa mengharumkan nama baik sekolah dan bisa menjadi salah satu prestasi mereka saat berseragam putih abu abu.
Sesampainya di stadion tempat di gelarnya turnamen. SMA 70 berjalan menuju ke dalam stadion untuk bersiap-siap untuk menjalani pertandingan pertama mereka menghadapi SMK Merah Putih.
"Yah untuk sementara kita lesehan disini dulu lah ya sambil nunggu giliran main. Jadwal kita jam 10 masih ada sejam lagi kalo mau lihat pertandingan yang berlangsung juga boleh." Ucap Pak Danang.
"Ayo Al kita lihat pertandingan yang berlangsung maka kau akan lihat betapa ngeri-ngerinya striker di Kota ini." Riski mengajak Al untuk menonton pertandingan di tribun.
"Aku ikut lah." Doni meminta untuk ikut.
"Ayok Don." Dengan senang hati Riski mengajak Doni.
"Oi jangan lupa sebelum setengah sepuluh kalian harus kembali kesini karena kita akan pemanasan terlebih dahulu." Sebagai kapten yang baik Ridwan memperingati adik kelasnya untuk tidak telat kembali karena sebelum bertanding mereka butuh pemanasan.
"Gampang itu Kap. Biar aku nanti yang suruh orang itu buat pemanasan." Ujar Riski seperti sok jadi pemimpin.
"Macam iya aja kau paling kau yang lupa." Ucap Al menyinggung Riski.
"Betultuh." Doni juga ikutan menyinggung Riski.
...****************...
Pertandingan di lapangan berlangsung seru sudah memasuki menit ke 70 dengan skor 2-1. Kedua tim saat itu saling serang sehingga membuat penonton sangat ricuh saat itu. Walaupun pertandingan pembuka tetapi pertandingan sudah semenarik itu.
"Gila seru banget mereka saling serang umpannya juga sangat rapi sepertinya kedua tim ini bisa menjadi kandidat kuat buat juara." Ucap Al yang terkagum dengan permainan kedua tim yang ia tonton.
"Al kau pernah menonton permainan Bang Chandra dari tribun?" Doni bertanya kepada Al.
"Belum emang kenapa?"
"Umpan Bang Chandra jika dilihat dari tribun terlihat lebih rapi dibandingkan mereka."
"Masa sih?" Al tampak tidak percaya dengan omongan Doni.
"Makanya kau cepat nongol ke dunia sepak bola." Riski merangkul Al dengan menarik senyum smirknya jelas dia sedang menyindir Al.
"Alah kau udah lama main bola tapi pemain bola yang kau tau cuma CR doang hahaha." Al membalas dengan tawa jahatnya.
"Ha matamu aku juga tau Messi Neymar terus si hmmm..."
"Ha gatau lagi dia hahaha. Tapi soal nongol ke dunia sepak bola. Ferza seangkatan dengan Chandrakan? Kenapa Chandra juara Kota 3 tahun berturut-turut kemana dia pas SMP?" Tanya Al kepada Riski dan Doni.
"Di pikir-pikir malah kepikiran." Sahut Riski.
"Ntahlah aku juga gak tau baru tahun lalu nama Ferza memuncak di turnamen sepak bola." Doni juga tampak tidak tahu kemana Ferza saat SMP. Tampaknya semua juga tidak tahu kenapa Ferza tidak pernah juara Kota sekalipun saat dirinya masih SMP.
*pritt.....
Full time pertandingan di lapangan selesai.
"Ayo kita pergi." Ucap Doni mengajak kedua temannya pergi.
"Oi harusnya aku yang ngomong gitu." Sahut Riski.
Di perjalanan menuju ke tempat tim mereka tampak berbincang-bincang soal pertandingan barusan.
"No 19 tadi larinya kencang kali gak ada yang bisa kejar dia saking kencangnya." Ucap Riski.
"Kipernya juga mantap. Savenya di menit 85 benar-benar krusial." Ucap Al.
"Aku lebih menyukai pemain no punggung 8 umpannya bagus walaupun lebih bagusan aku." Ucap Doni.
Tampaknya tiga serangkai ini mengaggumi pemain yang berposisi sama dengan mereka.
Setelah lama berjalan mereka sampai ke tempat pemain SMA 70 berkumpul.
"Nah sampai juga kalian gimana pertandingannya seru?" Tanya Pak Danang.
"Seru kali sumpah tadi nomor 19 nya lari kencang terus umpan crosingnya beh akurat." Riski tampak mengidolakan no punggung 19 itu.
"Oh iya kah?"
Pengumuman
Diberitahukan kepada peserta pertandingan selanjutnya yaitu SMA 70 melawan SMK Merah Putih untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu di lapangan terima kasih.
Suaranya bergema di seluruh stadion, setiap pemain mencoba mengatasi kegugupan mereka masing-masing, debaran menakutkan namun dinantikan, mengiringi langkah mereka untuk beradu skill dan strategi di atas rumput hijau.
Ya ini dia. Turnamen Kota pertama ku.
Batin Al. Dia tampak semangat untuk memulai turnamen pertamanya.
SMK Merah Putih seperti apa mereka.
Batin Doni.
SMA 70 dan SMK Merah Putih memasuki lapangan untuk pemanasan terlebih dahulu dan mencoba beradaptasi dengan rumput lapangan sebelum memulai pertandingan 30 menit lagi.
"Tibo hancurkan mereka Tibo."
Terdengar suara gemuruh seperti itu dari tribun penonton.
Doni yang mendengar itu kaget dan melihat ke daerah pemain SMK Merah Putih.
"Tibo?" Ucap Doni sembari membalikan badan ke arah pemain SMK Merah Putih.
Doni kaget matanya melotot lebar dia tidak sangka bahwa Tibo yang dulu anak asing menghampirinya akan menjadi lawannya terlebih lagi dia ingat bahwa Tibo memiliki tendangan trivela yang cukup sempurna.
Tibo juga menyadari keberadaan Doni. Diapun mencoba mendatangi Doni untuk bertanya namanya.
"Cuy ... kau masih ingat aku tidak?" Tibo menanyai apakah Doni mengingatnya atau tidak.
"Ingat dong namamu Tibo kan?" Doni sangat ingat dengan Tibo apalagi saat dia latihan trivela Tibo datang kepadanya menunjukan tendangan trivela miliknya.
"Keren kau masih ingatku oh iya siapa namamu?" Tibo menanyai nama Doni karena dia belum mengetahui namanya.
"Doni."
"Ok Don ayo mainkan pertandingan yang seru." Tibo mengulurkan tangannya kepada Doni untuk mengajaknya berjabat tangan.
"Hm tentu saja." Doni dengan senang hati membalas jabat tangan dari Tibo.
Setelah 15 menit pemanasan kedua tim masuk ke dalam ruang ganti pemain untuk membahas strategi pertandingan nantinya.
"Baiklah segitu saja pemabahasan strategi kali ini. Jika ada yang mau di tambahkan boleh tunjuk tangan." Ucap Pak Danang.
Doni menunjuk tangannya pelan-pelan.
"Ya Don kenapa." Tanya Pak Danang.
"Awasi pemain berambut ikal dengan kulit coklat dia memiliki keahlian umpan trivela yang Bang Chandra saja tidak bisa melakukannya." Doni menjelaskan kenapa dia menangkat tangannya.
"Trivela? Umpan apa itu?" Leo tampak tidak tau apa itu trivela.
"Itu umpan yang lagi di latih oleh Doni." Ridwan mencoba menjelasin.
"Aku saja belum bisa menguasai teknik ini dengan benar tetapi dia sudah sempurna jadi mohon maaf jika semisalnya dia lebih banyak menggunakan trivela dibandingkan aku."
"Hahaha kalem Don tanpa trivelamu pun kita akan menang yagak Ki." Ujar Al.
"Ya benar itu." Sahut Riski.
"Baiklah sekarang pergilah keluar dan raihlah kemenangan pertama kita di turnamen ini!!" Ucap Pak Danang dengan suara lantang.
"Siap." Sontak seluruh pemain menjawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments