Maju Selangkah ke depan

Doni berusaha untuk bisa melakukan tendangan trivela pertamanya. Percobaan demi percobaan sudah dia lakukan tetapi dia belum bisa melakukan tendangan trivela pertamanya. Wajah Doni kini sudah terpenuhi oleh keringat, dia sangat lelah tetapi dia harus bisa menguasai teknik ini agar bisa melampaui Chandra nantinya.

"Don istirahat dulu." Ucap Dimas menyuruh Doni beristirahat terlebih dahulu.

"Na... nanti aku masih ingin berlatih." Ucap Doni dengan nafas yang terengah-engah.

*puk...

Dimas memukul pundak Doni sembari menawarkan air mineral yang dingin kepadanya.

"Nah minum dulu lanjut nanti kalo kau capek terus cedera kau akan semakin jauh tertinggal dari Chandra." Dimas memberikan sedikit nasihat kepada Doni agar tidak memaksakan diri.

"Oke." Mendengar nasihat dari Dimas, Doni akhirnya istirahat terlebih dahulu untuk melepaskan lelah.

Doni pun beristirahat dengan duduk di rumput lapangan bersama dengan Dendy dan Dimas. Mereka mengobrol sembari menikmati udara sore hari di lapangan sepak bola.

"Teknik trivela sepertinya sangat sulit bagimu ya Don." Ucap Dimas.

"Bagaimana gak sulit baru latihan sejam udah dikasih materi trivela. Pelan-pelan kek." Dendy menyindir metode latihan dari Dimas.

"Hahaha gapapa Bang Dendy. Justru itu bagus untuk mengalahkan Chandra nantinya." Ucap Doni dengan tertawa kecil.

"Yalah, kalahin dia dengan teknik itu dan jadilah gelandang terbaik di Kota." Sahut Dendy memotivasi Doni agar bisa ngalahin Chandra.

15 menit telah berlalu. Doni bergegas untuk segara lanjuti latihannya. Dimas mencoba memanggil rombongan Wilson yang berada di sisi lapangan yang lainnya untuk membantu latihan Doni.

"Ok Don. Lupakan trivelanya itu mungkin bisa kau asah sendiri dirumah nanti. Sekarang kau harus belajar cara mengenal striker. Wilson dan Dendy akan menjadi rekan setimmu. Al, Alfian dan aku akan menjadi musuh. Tugasmu adalah memberikan umpan yang cocok untuk mereka berdua agar bisa menciptakan peluang gol. Ingat Wilson dan Dendy merupakan tipe striker yang berbeda." Ujar Dimas.

Doni menganggukan kepalanya tanda bahwa dia mengerti dengan perkataan Dimas.

"Ingat Den komunikasi itu penting untuk membentuk Chemistry." Sembari memukul pundak Doni. Dimas memberikan intruksi lainnya pada Doni.

Dimas pun pergi ke tempat Al dan Alfian untuk menghadang serangan yang dibuat oleh Doni dan lainnya.

Begitu juga dengan Wilson dan Dendy. Mereka berdua datang ke tempat Doni untuk berdiskusi.

"Sebelum dimulai bisakah aku tahu apakah keahlian kalian?" Tanya Doni kepada Dendy dan Wilson.

"Mungkin kau sudah tau sebagian tentang ku. Aku striker dengan tipe tendangan keras. Saat SMP aku cuma bisa berdiri di kotak pinalti untuk mencetak gol. Tapi saat ini aku bisa melakukan dribling di bantu dengan otot kawat ku ini untuk menghempaskan bek lawan." Ucap Wilson. Otot-otot Wilson sangat berguna saat berhadapan dengan lawannya.

"Kalo aku sih berikan aja umpan bebas yang tidak ada penjaganya maka akan ku kejar bola itu untuk cetak gol. Karena aku bisa menembus pertahanan lawan dengan pergerakan tanpa bola. Sebelum sakit dulu aku dikenal sebagai julukan striker hantu." Pergerakan tanpa bola dari Dendy membuatnya seakan menghilang dari pandangan lawan. Tetapi semenjak mengalami sakit jantung ia jarang menggunakan keahlian itu.

"Baiklah aku mengerti ayo kita kalahkan mereka."

Mereka bertiga pun bersiap untuk menghadapi Dimas, Al dan Alfian yang akan menghadang mereka untuk mencetak gol.

"Ok peraturannya jika kalian bisa mencetak gol 1 saja ke gawang kami. Maka kalian menang. Tapi jika kalian gagal memasukannya dalam 2 menit. Kalian yang akan kalah." Dimas memberitahukan aturan permainan kali ini.

"Njir 2 menit bentar kali." Dendy dengan wajah datarnya mengeluh dengan peraturan ini.

"Kalian takut?" Ucap Dimas dengan menarik sudut bibirnya.

"Ok kalian berdua bersiap jangan jadi beban aku." Sahut Dendy.

"Woi siapa yang kau bilang beban ha."

Ucap Wilson dengan nada tinggi.

"Kenapa gue harus jadi bek woi! Kenapa gak dia aja sih cuy?" Alfian tampak tidak terima karena Dimas memintanya menjadi bek ketimbang Al.

"Hahaha itu karena kau cupu udah sana jangan jadi beban tim lu anak jaksel." Al sedikit menyindir Alfian.

"Gitu doang pun ah. Cuma 2 menitnya ada juganya manfaat menjadi bek." Dimas mencoba melerai perdebatan Al dan Alfian.

"Apa emangnya manfaatnya?" Tanya Alfian kepada Dimas.

"Kau akan tahu nanti."

Permainan dimulai dari operan Wilson kepada Doni. Wilson dan Dendy langsung berlari kedepan untuk bersiap menyerang. Mereka langsung di jaga ketat oleh Dimas dan Alfian. Dimas bertugas menjaga Wilson sedangkan Alfian bertugas menjaga Dendy.

Keahlian Bang Dendy kan menghilang dari pandangan lawan. Kenapa Bang Dimas menjaga Wilson. Sebagai abangnya harusnya dia menjaga adeknya karena sudah tau tipe bermainnya.

Batin Doni.

Doni masih belum mengoper bola ke rekannya. Dia masih berpikir kemana bola itu harus dia oper.

"Oper cepat Don. Kalo di pertandingan biasa bola itu akan mudah direbut musuh jika kau tahan dengan lama." Ucap Dimas.

"Mudah direbut?" Sontak Doni terdiam dipikirannya yang tadi adalah mengoper bola kini perlahan berubah.

Jika tidak tahu kemana mengoper bola ini. Maka aku harus membuka jalan kepada striker.

Batin Doni sembari menggiring bola kedepan.

"Drible."

Mungkin itulah yang ada di pikiran semua orang disana. Yang tadinya mereka berpikiran Doni akan mengoper tetapi Doni memilih untuk mendrible bola.

"Tidak akan kubiarkan kau lewati kami." Ucap Alfian, dia mencoba menjaga Doni tanpa sadar melonggarkan penjagaan terhadap Dendy.

"Jangan Fian!" Teriak Dimas melarangnya agar tidak melepaskan Dendy.

"Hah kau telat." Doni mengoper bola kepada Dendy yang sudah bebas disana.

Tanpa pikir panjang Dendy langsung menshooting bola itu dan berhasil gol. Al tidak bisa mengantisipasi tendangan dari Dendy.

"Woi Al kenapa seperti itu saja kau gak bisa tangkap. Mending gue yang jadi kiper." Ucap Alfian dengan nada tinggi.

"Hah tendangan dia kuat kali susah mau nepis. Lagian kau juga kenapa gak hadang dia hah?" Sahut Al dengan nada tinggi juga.

"Sudah-sudah itu emang triknya Doni. Dia tau bahwa kita akan menjaga ketat Wilson dan Dendy jika dia melakukan operan langsung, makanya dia membuat opsi lain dengan mendrible." Ucap Dimas.

"Yah saat kau menajaga Wilson seakan-akan menyuruhku untuk mengoper kepada Dendy yang dijaga oleh Alfian. Tapi mungkin saja kau bisa memotong umpan ku sebelum berada di kaki Dendy. Makanya aku mencoba mendrible bola mencoba mengecoh pertahanan kalian dan memberikan jalan buat striker. Apalagi keahlian Dendy pergerakan tanpa bola jadi aku kombinasikan dengan dribleku." Ujar Doni.

"Nice Don kau maju selangkah ke depan." Ucap Dimas memuji permainan Doni.

"Yaudah ayo kita pulang dah gelap nih." Wilson mengajak yang lainnya pulang.

Tanpa pikir panjang mereka semua pun pulang kerumahnya masing-masing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!