FOOTBALL : GOLD GENERATION 2
...****************...
"Champione Champione ole ole ole. Champione Champione ole ole ole."
Pemain SMA 70 sempat menyanyikan lagu kemenangan saat ke ruang ganti pemain seperti yang dilakukan oleh pemain Dunia saat juara.
"Minggir-minggir sang juara mau lewat." Ucap Eril dengan sombong. Biasalah, Eril memang begitu.
"Woi Bang cuma numpang menang doang gak usah sok iya." Timpal Riski dengan wajahnya yang cukup membuat Eril jengkel.
"Ah berisik kau Ki. Gini-gini berkontribusi aku ya. Besar juga pengaruh ku di tim ini." Sahut Eril dengan nada tengil.
Yang lainnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah yang dua ini, bahkan Ridwan pun tidak mengganggu kesenangan Eril dan Riski.
Saat asik-asik bereuforia juara. Gerombolan SMA 70 bertemu dengan Ferza saat mau ke ruang ganti pemain.
Seketika suasana yang tadi heboh berubah jadi hening melihat Ferza yang tepat berada di depan mereka.
"Mata kau selo aja cuy, kenapa? Gak senang kau liat kami juara?" Tanya Eril kepada Ferza yang melihat squat SMA 70 dengan tatapan dinginnya. Gayanya tengil sekali, seperti preman sekolah.
"Selamat atas kemenangan kalian SMA 70. Melihat permainan kalian tadi, kalian pantas menjadi juara di turnamen ini." Ferza mengucapkan selamat kepada SMA 70 yang sudah menjadi juara. Meski begitu, wajahnya masih saja datar.
"Ya iyalah , kau sih sepele sama kami. Liat saja di Turnamen resmi akan kami kalahkan kau." Ucap Eril dengan bangganya, sepertinya dia lupa kalau yang ada di depannya adalah Ferza.
"Kalahkan aku? Hahaha jangan naif deh, aku gak akan kalah dengan pemain amatiran seperti kalian. Hanya saja ada beberapa pemain yang menarik perhatian ku saat pertandingan tadi termasuk kau." Ferza melirik ke arah Al, tanpa dibilang pun semuanya sudah tau, orang yang Ferza maksud adalah Al. Al si kiper pemula yang baru mulai bermain serius beberapa bulan lalu, sudah menarik minat Ferza, si profesional yang sudah menggeluti dunia bola sejak lama.
"Ha aku?" Dengan kebingungan Al menanyakan kenapa Ferza tertarik dengannya. Al sendiri tidak merasa istimewa, segala hasil yang ia peroleh ini ia percaya dengan kerja kerasnya, tanpa keistimewaan apapun, mungkin?
"Ya kau. Siapa kau sebenarnya? Kalau Doni yang bermain bagus aku maklumi dia adalah alumni SMP terbaik di Kota ini, lalu kau? Kenapa saat SMP kau tidak muncul di turnamen?" Tanya Ferza dengan penasaran.
"Aku ya aku." Jawab Al dengan sedikit bingung, memang dia harus jawab apa? Dia ultramen?
"Apa pangkat kau nanya begitu ke adek kelas ku wahai City Star?" Eril memotong omongan Al sembari memasang ekspresi datar ke Ferza.
"Kalem dikit dong Eril. Aku hanya ingin memberi tawaran kepada adek kelasmu ini." Ucap Ferza.
"Tawaran? Tawaran apa?" Al mencoba menanyakan tawaran yang dimaksudkan oleh Ferza.
"Tawaran untuk bermain denganku di SMA 48." Sahut Ferza dia memberikan tawaran yang membuat Al dan pemain SMA 70 lainnya tercengang.
"Hah? Main di SMA 48? Ogah." Al menolaknya mentah-mentah, bahkan tawaran itu sama sekali tidak terdengar menggiurkan.
"Gak perlu dijawab sekarang. Kau akan ku beri waktu sampai kalian tereliminasi di turnamen."
"Itu gak akan terjadi karena kami akan menjadi juara dan melaju ke tingkat provinsi dan nasional!" Mendengar perkataan Al beberapa pemain serasa lega karena mereka pikir Al akan menerima tawaran dari Ferza.
Pasalnya, bermain di SMA 48? Sejujurnya banyak sekali orang yang ingin bermain disana, apalagi bermain bersama Ferza.
"Gak usah naif Al. Tim kuat ketika berhadapan denganku akan menjadi tim yang lemah, sedangkan tim lemah ketika aku bermain di dalamnya maka akan menjadi tim yang kuat. Pada akhirnya aku akan menjadi juara lagi nantinya. Pikirkan baik-baik Al, jika kau berada di tim medioker ini, sampai kapanpun kau tidak akan menggapai mimpimu untuk menjadi pemain timnas Indonesia." Ferza pergi meninggalkan squat SMA 70 di tempat itu.
Saat Ferza pergi meninggalkan squat SMA 70, Nando yang mencari Ferza langsung menghampirinya.
"Bang Fer kemana aja sih capek aku nyarimu." Ucap Nando. Diapun melihat ekspresi datar para pemain SMA 70.
"Loh mereka habis juara kok diam-diam bae." Tambah Nando.
"Diamlah Nando. Ayo pulang." Ferza dan Nando pergi meninggalkan squat SMA 70 dan kembali ke rumah mereka.
*****
Diruang ganti Al hanya duduk termenung, sedangkan yang lain sibuk berfoto-foto dengan piala yang baru saja mereka dapatkan.
"Al ayo foto." Riski mengajak Al berfoto dengan tropy kemenangan mereka.
"Gak lah Ki. Gak hobi poto-poto aku." Al menolak ajakan Riski.
Dengan wajah yang kecewa, Riski meninggalkan Al.
"Gak poto-poto Al?" Ridwan mendatangi Al yang sedang duduk termenung di pojokan.
"Gak lah Bang." Al kembali menolak tawaran berfoto.
"Kepikiran dengan perkataan Ferza tadi? Jika dipikir-pikir sih perkataannya ada benarnya. Dengan kau pindah ke SMA 48 setidaknya ada 2 tahun kaliam bermain bersama untuk menjadi juara nasional. Kalo disini sih jangankan juara nasional, juara turnamen mini ini aja dibilang hoki hahaha." Ridwan tertawa tipis disamping Al.
"Ha mana ada Bang aku pikirin itu. Aku cuma capek aja kok, kaki ku pegal dari tadi lompat terus." Dengan senyuman palsunya Al beralasan bahwa dia sedang kecapean.
"Ah yang bener?" Ridwan memastikan sekali lagi.
"Benar kok. Walaupun gak jadi pemain timnas. Aku bangga bisa bermain dengan kalian. Lagian aku juga baru main bola 2 bulanan. Pasti banyak yang bermimpi dari kecil buat jadi pemain timnas tapi mimpinya gak tercapai." Al mencoba berbicara dengan senyuman kecil diwajahnya. Dia melakukan itu agar Ridwan dapat mempercayainya.
"Baiklah kalo gitu." Sahut Ridwan.
"Bang Ridwan gak poto?" Al mengalihkan topik dengan mengajak Ridwan berfoto.
"Udah tadi kok." Sahut Ridwan.
"Oh iya kita belum poto satu tim kan ayo kita poto bareng Pak Danang juga." Al mengajak Ridwan untuk berpoto bareng dengan 1 tim.
"Boleh juga tuh." Ridwan menerima ajakan Al.
"Oi Ki siapin kamera dan pialanya ayo poto bareng 1 tim." Al mengajak Riski yang sedang asik-asik poto untuk berfoto dengan full squat.
"Nah ide bagus Al. Sini Bapak yang poto." Pak Danang menawarkan dirinya untuk menjadi kameramen.
"Bapak ikut juga dong." Al mengajak Pak Danang ikut poto.
"Terus siapa yang potoin?" Tanya Pak Danang.
"Ah gampang tinggal pakai timer aja." Sahut Al.
*cekrek...
Dengan full squadnya ditambah Pak Danang. Mereka berfoto untuk menjadi kenang-kenangan suatu saat nanti.
"Wah keren. Nanti mau ku cuci lah terus ku pajang di ruang tamu rumah." Ucap Leo yang terkesima dengan foto full squat yang baru saja mereka lakukan.
"Weh mana liat-liat."
"Kirim ke WA ku dong."
Begitu antusiasnya mereka dengan foto yang baru saja mereka tangkap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
abdan syakura
Cerita football nih???
Salken Thor
Hayuk ah baca......🤝😉💪
2023-05-15
0
Note_D
hadir
2023-02-01
0