Trivela kemenangan

Trivela? Aku saja belum bisa menguasainya.

Batin Doni.

"Trivela? Takan ku biarkan kau!" Tibo mencoba menghentikan Doni.

Kenapa kau ingin menghentikanku aku saja tidak bisa melakukan tendangan trivela seperti dirimu.

Batin Doni.

"Doni cepat jika tidak bola itu akan di rebut kaulah satu-satunya harapan kami saat ini Don." Ridwan juga memberi motivasi kepada Doni.

"Dapat kau." Tibo mencoba menjangkau bola menggunakan kakinya. Namun disitu Doni bereaksi dia menjauhkan bola itu dari jangkauan Tibo.

"Jika kau mau ambil bola ini. Ambilah sini." Doni melakukan drible ke depan melewati pemain-pemain lawan.

"Sial kau meremehkan ku!" Tibo mencoba mengejar Doni.

"Cepat cover Doni." Ridwan dan beberapa pemain SMA 70 lainnya melakukan serangan terakhir bersama Doni

Doni mendrible bola ke depan dibantu oleh rekan-rekan setimnya di samping. Semua maju meninggalkan Al sendiri di garis pertahanan.

"Oi yakin mereka menyerang dengan membabi buta gitu? Kalo musuh counter attack kan bisa bahaya tuh." Ucap salah satu penonton yang berada di tribun.

"Aku gak peduli dengan metode serangan itu yang penting menarik untuk di tonton ayo SMA 70 serang lakukan serangan terakhir kalian di match ini." Tampaknya ada satu penonton yang mulai menyukai semangat juang dari anak SMA 70.

Berisik sebesar itu kah harapan kalian kepada pemain tidak berguna seperti ku ini? Aku hanya perlu menggiring bola ini ke kotak pinalti lalu mencari Bang Eril ataupun Riski yang mempunyai persentase mencetak gol lebih unggul.

Batin Doni.

Gak! Justru seperti itu yang membuat aku menjadi pemain tidak berguna. Aku harus mencetak gol ini sendiri harus!

Batin Doni semangat juangnya meningkat dibanding biasa kali ini Doni benar-benar ingin menghabisi lawannya sendirian.

"Sial kecepatannya semakin cepat anak ini sudah gila. Kalo gitu aku harus menekel dia dari belakang." Ucap Tibo.

Ketika Tibo bersiap untuk berseluncur Ridwan datang untuk menghentikannya.

"Jangan ganggu dia lawan mu kali ini aku." Dengan otot-ototnya Ridwan menghentikan Tibo.

Sial aku harus lepas dari dia untuk bisa menghentikan Doni.

Batin Tibo dia sedang memikirkan cara agar lepas dari penjagaan Ridwan.

Sementara Doni sudah mulai memasuki kotak pinalti.

Sudah memasuki kotak pinalti kepalaku pusing karena dari tadi berlari terus. Riski dan Bang Eril posisinya sangat menguntungkan untuk mencetak gol tetapi posisiku tidak pas untuk mengoper kepada mereka dengan kata lain jalur operan ku di kunci. Kiper mereka terlihat sedikit maju jika saja aku menembakan bola dari sini itu sangat menguntungkan ku.

Batin Doni dia sedang menganalisis pergerakan lawan.

Ok aku putuskan aku akan menendang disini apapun hasilnya aku tidak peduli yang penting aku sudah mencoba. Jika aku tidak berani menggunakan tendangan trivela ini buat apa aku melatihnya. Oh iya aku jadi lupa aku berlatih trivela untuk mengalahkan Bang Chandra, dan inilah waktunya, waktu yang pas untuk mengeluarkan tendangan yang ku latih saat ini.

Batin Doni dia mulai mengangkat kakinya bersiap untuk melakukan tendangan.

"Di-dia mau menendang. Kiper hentikan dia!!" Tibo berteriak dari jauh dan saat itu juga dia terlepas dari penjagaan Ridwan yang saat itu lemah.

"Oi cih dia lepas lagi." Ridwan mencoba mengejar kembali Tibo.

"Gakan ku biarkan kau menendang sialan." Tibo berlari mencoba menghentikan tendangan Doni.

Disaat itu juga Doni melesatkan tendangan menggunakan kaki kanannya. Dia menggunkanan kaki bagian luar sehingga menghasilkan lengkungan yang sempurna menuju sudut atas gawang. Posisi kiper yang sedikit kemajuan menjadi keuntungan bagi Doni.

*ting...

Bola itu masuk setelah mengenai tiang dalam gawang. Suara tiang gawang seakan menjadi bel kemenangan terhadap SMA 70.

"Gol? Bukannya kena tiang?" Ucap salah satu penonton.

"Gol masuk itu kena tiang dalam."

"What the goal? Tendangan trivela yang sangat cantik manis manja mempersona dari seorang Doni berhasil membawa SMA 70 unggul 2-1 atas lawannya SMK Merah Putih." Ungkap komentator pertandingan.

"DONI." Sontak seluruh pemain SMA 70 datang menghampiri Doni termasuk Al rela jauh lari-lari dari gawang ke tempat Doni untuk berselebrasi bareng.

"Tendangan apa itu gila ajarin aku dong." Ucap Riski.

"Aku juga mau Don ajarin." Ucap Eril.

Al menatap Doni, diam sebentar sebelum ia menarik senyuman tipisnya. Dibanding sebuah gol yang membawa mereka dalam kemenangan, Al lebih takjub karna rekannya itu berhasil menguasai teknik Trivela yang selama ini Doni dambakan.

Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Al tau Doni akan berhasil, tapi dia tidak tau kalau gol kemenangan ini akan di dramatisir dengan teknik Trivela itu. Kejadian ini terlalu luar biasa untuk dianggap kebetulan semata.

Ada usaha tak henti disana.

"Kece juga, makasih udah gak nyerah buat belajar tehnik Trivela itu. Gol ini keren." Al menepuk pundak Doni. Mereka selama ini latihan bersama dengan anak-anak sekolah lain, diam-diam selama ini juga Al sering memperhatikan latihan Doni dari Dimas. Hingga akhirnya Doni benar-benar bisa menguasai teknik itu.

"Ya makasih Al berkat mu juga aku bisa mencetak gol." Doni diam, dia hanya menatap kebawah dengan bibirnya yang sedikit gemetar. Sedikit terharu, dia ingin menangis tapi malu, perasaan membludak setelah menang dengan teknik Trivela itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Kepercayaan rekan-rekan setimnya juga adalah pondasi yang kuat untuknya berani mencoba teknik itu, bahkan ketika melawan Tibo yang memiliki teknik Trivela yang mulus.

Makasih semuanya!

"Sudah-sudah kembali ke posisi masing-masing masih ada 1 menit jangan lengah." Ucap Ridwan menyuruh rekannya untuk kembali ke posisi masing-masing untuk melanjutkan 1 menit pertandingan.

Tibo dan Danu sudah berada di titik kick off dengan bola.

"Bang Danu langsung serang kedepan masih ada 1 menit kita harua menyerang mereka habis-habisan kali ini." Ucap Tibo berniat untuk menyerang SMA 70 dalam 1 menit tersisa.

"Ya selagi kita belum menyerah kita gakan kalah." Sahut Danu.

*prit...

Pertandingan dimulaikan kembali. SMK Merah Putih melakukan serangan terakhir mereka kali ini.

"Hentikan mereka jangan sampai lakukan shootingan." Ucap Ridwan meminta teman-temannya agar berhati-hati.

"Gakan ku biarkan aku melakukan hal yang sama lagi!" Doni mengambil bola dari kaki Tibo lalu menendangnya jauh-jauh ke depan dan saat itu pula wasit meniup peluitnya.

*prit... prit... prit...

SMA 70 berhasil mengalahkan SMK Merah Putih dengan skor 2-1 dengan sangat dramatis.

"Kalah aku kalah di pertandingan pertama? Ini mimpikan tahun lalu katanya sekolah ini sampai 8 besar kenapa sekarang kalah di pertandingan pertama." Gumam Tibo secara pelan dia berbicara sembari memandangi rumput di bawah sembari meneteskan air mata.

Doni yang kebetulan lewat sana mendengar perkataan Tibo. Donipun mencoba menyemangati Tibo yang sedang bersedih.

"Ini gak mimpi Tibo. Kalian kalah dari tim ku." Ucap Doni.

"Doni? Ngapain kau disini harusnya kau merayakan kemenangan mu bersama teman-teman mu kan?" Ucap Tibo yang masih terduduk di rumput.

"Nanti saja lagian kami cuma menang 1 pertandingan belum juara."

"Kalo gitu kau harus menangkan pertandingan selanjutnya demi kami." Tiba-tiba saja air mata Tibo menetes.

Doni mengulurkan tangannya kepada Tibo.

"Bangun Tibo tidak ada gunanya menangis, tanpa kau suruh pun aku akan memenangkan turnamen ini bersama teman-teman ku."

Doni mengulurkan tangannya, dia tidak merasa tinggi karna dia menang, kemenangan itu bukan bukti bahwa Doni lebih hebat dari Tibo, dia menang karna kerjasama dirinya dan timnya. Harus Doni akui, pemuda yang duduk di depannya ini masih lebih hebat dari dirinya, sejujurnya Doni juga mengagumi Trivela khas Tibo.

"Kau tau? Aku agak iri, kalau bukan karna mu pertandingan ini tidak akan seseru ini." Doni tersenyum tulus, dia jujur, pertandingan ini menyenangkan juga mendebarkan, layak untuk diingat sebagai momen bersejarah dalam hidupnya. Karna pertandingan ini adalah bukti debut pertama trivelanya Doni.

"Kau harus menang, harus juara satu, harus mencapai puncak. Seenggaknya biar aku gak terlalu malu, karna aku kalah di pertandingan yang panas dengan tim juara turnamen kota tahun ini." Tibo menerima uluran tangan Doni, dengan senyuman yang mungkin bisa sedikit mengobati kekecewaannya hari ini.

"Setelah kami menang, ayo bertanding lagi, akan ku buat kau tak berkutik." Doni menepuk dada Tibo dengan kepalan tangannya, tak pudar senyuman lega juga terlukis disana.

"Jangan salah, kalau kita bertemu lagi, kau yang harus siap terbantai, aku ini orangnya dendaman loh haha." Pun dengan Tibo, dia menepuk pundak Doni.

Keduanya berpisah, berjalan lurus, saling memunggungi dengan senyuman lega, juga hasrat ingin bertemu lagi, tapi bukan dijalan, melainkan di lapangan, untuk mengulang pertandingan panas yang mendebarkan seperti hari ini, atau bahkan mungkin pertandingan yang lebih panas dari hari ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!