Latihan

Saat pulang sekolah seperti biasa ekskul sepak bola SMA 70 menggelar latihan demi meningkatkan kemampuan bermain sepak bola mereka.

Dengan peralatan seadanya, mereka tampak latihan dengan bersungguh-sungguh.

"Ayo yang serius ya jangan main-main, selain bisa berguna untuk meningkatkan skill permainan kalian. Latihan juga bisa meningkatkan chemistri antar pemain. Jadi serius." Ucap Pak Danang memotivasi anak asuhnya.

"Siap Pak." Sontak seluruh pemain menjawab.

Saat latihan berlangsung tiba-tiba saja Pak Edi datang ke tempat mereka.

"Widih sang juara sangat bersemangat buat latihan ya." Ucap Pak Edi dengan senyuman.

"Iya dong Pak biar makin jago hehe." Sahut Ridwan yang kebetulan posisinya dekat dengan Pak Edi.

"Oh iya lanjut-lanjut latihannya yang semangat ya."

"Gimana gym kamu Di?" Tanya Pak Danang.

"Ada karyawan yang jaga, bosan juga jika di gym terus aku juga perlu mencari angin segar di luar eh malah nyampe kesini." Sahut Pak Edi.

"Alasan aja kamu, bilang aja kangen bermain bolakan? Emang ya maniac bola itu sangat susah dipisahkan dengan sepak bola." Pak Danang bercanda dengan sahabatnya sejak kecil.

"Hahaha gak lah." Pak Edi hanya tertawa kecil mendengar perkataan temannya.

"Aku mau nyusul si Al dulu ya Nang." Pak Edi pergi ketempat Al dan Adit latihan.

"Dit tendang yang betul dong." Al meminta Adit untuk menendang bola ke arah dirinya untuk latihan.

"Gantian lah asem. Yang jadi kiper bukan kau doang." Adit mencoba protes ke Al karena cuma jadi penendang bola doang. Padahalkan Adit juga berposisi kiper walaupun cuma camatnya si Al alias cadangan mati.

Tanpa sepengatahuan Al dan Adit. Pak Edi dari jauh berlari menggunakan tenaga yang sudah tidak prima lagi seperti saat dia masih muda. Dengan tenaganya itu dia berlari ke arah bola dan melakukan tendangan langsung ke arah gawang yang Al jaga.

*push...

Bola yang ditendang Pak Edi melayang keras mengenai tiang gawang. Bunyinya sangat kuat sehingga mencuri perhatian pemain yang sedang latihan. Walaupun sudah tua ternyata Pak Edi masih memiliki tenaga kuda juga ya.

Al yang melihat itu hanya terdiam seperti es batu yang membeku. Dia tidak bisa berkata-kata melihat dahsyatnya tendangan Pak Edi barusan.

"Wohh keren banget Pak tendangannya sampai terpukau saya. Seperti tendangan seorang striker terkenal." Mata Al berbinar. Dia sangat terpukau dengan tendangan dari Pak Edi.

"Kurang lebih tendangan Ferza seperti itulah." Dengan nafas yang terengah-engah Pak Edi memberitahu bahwa tendangan Ferza seperti tendangan yang dia lakukan tadi.

"Tadi saya lewat wilayah SMA 48. Saya melihat Ferza latihan shooting di lapangan. Saya yang melihat tendangannya merasa terpukau sangat kuat sekali. Jadi jika kamu tidak bisa menepis tendangan saya tadi. Jangan harap bisa menepis tendangan Ferza." Tambah Pak Edi.

Tidak bisa berkata-kata. Dengan ekspresi datarnya Al memungut bola di jaring gawang dan memberinya kepada Pak Edi.

"Lakukan tendangan tadi sekali lagi." Dengan tatapan tajamnya, Al memberikan bola itu kepada Pak Edi memintanya untuk menendang bola itu seperti tadi lagi.

"Gak. Saya udah tua, gampang capek." Dengan polosnya Pak Edi menolak permintaan Al.

"Ta... ta... tapi bagaimana saya akan latihan menepis tendangan kuat dari Ferza. Ayo lah Pak sekali aja plis." Al memohon agar Pak Edi mau menendang bola untuknya.

"Maaf saya gak bisa. Jika mau latihan, kamu bisa minta bantuan Wilson dari SMA Wismaraja. Walaupun tidak sekuat tendangan Ferza setidaknya kamu terbiasa dengan tendangan kuat dari striker berkelas." Ucap Pak Edi.

"Apalah masa minta latihan dengan rival, aneh Bapak ini." Al mengeluh.

Doni yang sedang latihan mendengar percakapan Pak Edi dan Al. Diapun seperti sedang memikirkan suatu hal.

Jam menunjukan pukul 5 sore. Jam latihan sudah berakhir. Para pemain bersiap-siap untuk pulang ke rumah mereka.

Tidak seperti biasa, kali ini Doni menghampiri Al untuk mengajaknya pulang bareng.

"Hei Al mau pulang bareng?"

"Bukannya arah rumah kita beda ya?" Tanya Al karena dia tahu rumahnya dengan Doni berbeda arah.

"Ya sih tapi aku ada urusan penting yang kebetulan arahnya sama dengan rumahmu." Sahut Doni.

"Oklah ayo kalo gitu bentar aku panggil Adit dulu." Al setuju dengan ajakan Doni hanya saja sebagai kawan yang baik Al tidak lupa dengan Adit yang selalu pulang bareng dengannya selepas ekskul.

"Eh gak usah, kita berdua aja aku bawa motor soalnya, gak mungkin tartig kan?" Doni mencoba menghentikan Al untuk mengajak Adit.

"Iya juga ya. Ayoklah." Tanpa pikir panjang Al menerima tawaran Doni. Kira-kira Doni membawa Al kemana ya?

*****

"Jadi gini Don. Kau punya urusan apa di Wismaraja sampai bawa-bawa aku ha?" Ucap Al dia bingung karena tanpa sepengetahuannya dia dibawa oleh Doni ke SMA Wismaraja.

"Udah ikut aja dulu." Sahut Doni.

Mereka berada di depan gerbang SMA Wismaraja dan masih memakai seragam SMA 70. Mengetahui hal itu, David dan Alfian yang berada di luar gerbang mencoba menghampiri Al dan Doni.

"Sepertinya ada penyusup." Ucap David.

"Wah wah wah ternyata ada rival gue disini. Ngapain Al? Ngajak tawuran?" Alfian mencoba mentengilin Al dan Doni.

"Kami disini untuk berdamai tidak untuk mencari masalah." Sahut Doni. Walaupun di perubungin Alfian dan David tampaknya Doni tetap tenang berada di markas musuh mereka.

Wilson yang kebetulan hendak pulang kerumah melihat mereka berempat, dia juga sempat mendengar percakapan mereka sehingga Wilson mendatanginya.

"Jadi buat apa kalian kesini?" Ucap Wilson sembari menggandeng tas di pundaknya.

"Gini Bang, katanya Al ingin latihan nepis bola dengan tendangan mu. Katanya agar gak kaku saat lawan Ferza nanti." Dengan polosnya Doni menjual nama Al. Dia belum memberitahukan tujuan sebenarnya dia datang kemari.

"Kok aku pula?" Al shok, dia tidak tau apa-apa hanya mengikuti Doni saja.

"Udah tenang aja kau. Semuanya akan beres." Doni berbisik dengan Al.

"Gitu ya. Kalo sekarang aku ingin pulang sih. Gimana kalo besok?" Wilson tampak percaya dengan perkataan Doni. Jelas saja, saat SMP Doni dikenal sebagai adek kelas yang baik.

"Gak bisa gitu dong kapten. Aku aja yang setim sama mu gada kau kasih latihan khusus." Alfian tampak tidak setuju dengan keputusan Wilson.

"Ya kalo kau mau ikut latihan ayo lah besok. Jadi gimana mau gak besok?" Wilson memastikan apakah Al benar-benar ingin latihan dengannya untuk mengalahkan Ferza.

"Jahatnya kamu Son ngajak musuh latihan tapi aku gak diajak." Tanpa angin tiba-tiba saja Chandra menimbrung dengan mereka berlima.

Melihat datangnya Chandra. Doni menarik sudut bibirnya dia tampak ingin membicarakan sesuatu.

"Kau cemburu melihat Al yang akan latihan dengan Wilson? Sebagai sesama gelandang, bagaimana jika kita latihan bareng juga Bang Chandra." Ucap Doni yang mengajak Chandra untuk latihan bareng. Tampaknya ini tujuan Doni sebenarnya mengajak Al ke Wismaraja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!