"Ayo, naik!" ajak Hamish.
Paula masih tertegun. Di hadapannya ada sebuah helikopter yang sengaja Hamish sewa untuk mereka. Kenyataan yang ada di depannya terasa seperti mimpi saking tidak bisa dipercaya.
Gadis lulusan SMA yang menghabiskan hari-harinya sebagai pelayan kafe tiba-tiba mengenal seorang sultan Qatar yang seakan bisa mengabulkan semua keinginannya. Bahkan untuk sekedar jalan-jalan, lelaki itu menyewakan helikopter untuknya.
"Kenapa bengong, ayo!" sekali lagi Hamish memanggil Paula yang tidak meresponnya.
Paula tersadar akan lamunannya. Ia mengikuti Hamish masuk ke dalam helikopter dan duduk di bagian bangku penumpang. Di bagian depan ada seorang pilot dan co-pilot yang akan mengantarkan keduanya terbang ke atas.
Hamish membantunya memasangkan sabuk pengaman serta alat komunikasi yang terpasang di telinga.
"Penumpang yang terhormat, sebentar lagi pesawat akan kami terbangkan. Harap periksa sabuk pengaman dan nikmati penerbangan Anda."
Tak lama setelah pilot mengucapkan pemberitahuan, baling-baling helikopter mulai berputar. Lambat laun putarannya semakin cepat dan menimbulkan suara bising. Helikopter sedikit demi sedikit mulai terangkat ke udara.
Hamish dan Paula saling berpandangan. Keduanya tampak bertukar senyum.
"Apa kamu tegang?" tanya Hamish.
"Iya, sedikit. Ini pertama kali aku naik helikopter," ucap Paula.
Menurutnya, helikopter lebih menyeramkan dari pada pesawat yang ia naiki saat berangkat ke Qatar. Apalagi bentuknya lebih kecil, sedikit gerakan sangat terasa.
"Kamu boleh memegang tanganku kalau takut," ucap Hamish seraya mengulurkan tangannya.
Paula awalnya ragu. Beberapa saat ia hanya memandangi tangan itu. Akhirnya, ia mau meraih dan menggenggamnya. Ada perasaan nyaman saat yangan mereka saling menggenggam. Ia merasa memiliki seseorang yang bisa menjadi sandaran.
"Penumpang yang terhormat, saat ini kita berada di 2.000 meter di atas Kota Doha. Di depan sana adalah Palm Tree Island yang sangat mengagumkan. Kami akan membawa Anda melihat lebih dekat salah satu ikon kebanggaan Kota Doha."
Paula menoleh ke arah jendela. Pemandangan dari atas sana sangat indah. Ia sampai ingin menangis saking bahagianya bisa melihat Kota Doha dari langit. Bahkan jika ia harus bekerja sampai mati mengumpulkan uang, ia rasa tak akan pernah mendapatkan pengalaman seindah itu.
Helikopter terus melaju mendekat ke arah laut. Di sana terdapat bentuk pulau buatan yang menyerupai pohon palm, namanya Palm Tree Island. Paula tidak habis pikir dengan kreativitas orang Qatar yang membangun pulau menyerupai pohon palm di atas air laut.
"Bagaimana menurutmu pemandangannya? Apa kamu menyukainya?" tanya Hamish.
"Ini sangat bagus ... Bagus sekali, hiks!" kata Paula sembari mengusap air matanya.
Hamish mengerutkan dahi. "Lalu, kenapa kamu malah menangis?" tanyanya keheranan.
"Apa tidak boleh orang senang menangis? Aku kan selama ini hidup miskin, diajak main ke tempat yang sangat indah seperti ini rasanya seperti mimpi. Huhuhu ...."
Hamish justru tertawa menganggap respon Paula sangat lucu. "Sudahlah, kamu tidak perlu menangis. Aku mengajakmu jalan-jalan karena ingin membuatmu senang," katanya.
Hamish mengusap air mata yang mengalir di pipi Paula dengan jarinya.
"Penumpang yang terhormat, kita telah berada di atas pulau. Silakan nikmati pemandangan indahnya." sang pilot kembali memberikan pemberitahuan.
Paula dan Hamish kembali mengarahkan pandangan ke luar jendela mengagumi keindahan hasil karya manusia yang penuh nilai seni itu.
"Sepertinya di pulau itu ada bangunan-bangunannya, ya?" gumam Paula. Ia sedang berpikir bagaimana caranya orang membangun pulau semacam itu di tengah laut. Bahkan mereka membangun bangunan-bangunan di atas pulau yang mereka buat.
"Oh, di sana ada banyak villa dan apartemen yang bisa disewa untuk liburan. Pemandangan pantai dan lautnya juga indah, biasanya dipakai untuk liburan atau bulan madu. Kamu mau juga main ke sana?" tanya Hamish.
Keduanya saling bertatapan. Wajah Paula terlihat sedikit memerah. Ia canggung mendengar perkataan Hamish barusan.
Hamish yang melihat respon Paula langsung tersadar dengan ucapannya yang dirasa kurang tepat. Ia jadi ikut merasa malu. Bahkan ia melepaskan genggaman tangan mereka karena canggung.
"Kamu jangan salah paham, aku tidak sedang membahas bulan madu. Kita bisa saja pergi ke sana untuk makan di restoran atau sekedar jalan-jalan saja kalau kamu mau," ucap Hamish. Ia berusaha meluruskan kesalahpahaman di antara mereka.
"Ah! Em, itu bagaimana mereka bisa membangun pulau seperti ini di atas air, ya?" tanya Paula. Ia ingin mengganti percakapan mereka dengan pembahasan yang lain.
"Pulau ini sebenarnya dibangun sejak 2011 menggunakan sekitar 120 juta meter kubik pasir yang diambil dari Teluk Persia. Ada kapal khusus yang digunakan untuk mengambil pasir dari laut lalu menyemprotkan pasir itu ke tepian sehingga menghasilkan bentuk yang kita lihat sekarang ini. Mereka juga membangun villa dan apartemen di atasnya untuk memfasilitasi wisatawan yang ingin berkunjung ke sana." Hamish berusaha menjelaskan seuai yang diketahuinya.
"Lalu, kenapa barus bentuk pohon palm?" tanya Paula penasaran.
Hamish kembali tertawa kecil. "Mungkin kalau aku yang membuatnya, akan aku bentuk pulaunya menyerupai wajahku. Hahaha," selorohnya. "Aku bercanda. Sebenarnya, itu karena pohon palm dianggap sebagai ciri khas tumbuhan di Timur Tengah. Makanya pulau juga dibangun menyerupai pohon palm."
"Apa kamu lihat bentuk seperti bulan sabit yang melingkupi pulau palm?" tanya Hamish seraya menunjuk pada arah yang dimaksud.
"Ya, itu seperti semacam pelindung?" ujar Paula.
"Benar sekali. Itu namanya Palm Jumairah, tujuannya untuk memecah ombak agar tidak merusak pulau palm yang ada di ditengahnya," kata Hamish. "Lalu, di bagian pangkal seperti semenanjung, namanya Palm Jebel Ali."
Hamish menberikan penjelasan tentang pemandangan yang mereka lihat dari atas. Ia seperti seorang pemandu wisata untuk Paula.
Usai 45 menit waktu mengudara, helikopter kembali mendarat. Keduanya diturunkan di area yang dekat dengan area Palm Tree Island.
Hamish kembali mengajak Paula ke salah satu bangunan yang ada di sana. Nama gedungnya La Croisette. Di dalamnya banyak terdapat barang-barang bermerk yang seumur hidup baru kali ini Paula melihatnya secara langsung.
"Kamu mau yang mana?" tanya Hamish dengan entengnya.
"Hah? Apa?" Paula hanya bisa tecengang. "Saya tidak mau belanja, saya tidak punya uang," ucapnya.
"Memang siapa yang menyuruhmu membayar? Aku hanya mau kamu memilih barang yang kamu suka lalu aku bayari," kata Hamish.
Paula tentu saja tersenyum lebar. Kapan lagi ia bisa berkesempatan memiliki tas yang bagus.
"Aku bingung mau pilih yang mana. Kamu saja yang pilihkan," pinta Paula. Sebenarnya ia hanya sungkan karena tidak tahu tas yang harganya paling murah di sana.
"Baiklah!"
Hamish bukan orang yang mau repot. Ia memilihkan tas yang menurutnya akan cocom untuk Paula. Selain itu, ia juga membelikan sebuah cincin berlian lalu disematkan ke jari Paula. Ia ingat saat mereka menikah belum sempat memberikan apa-apa kepada wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🍒PuTRi🍒
visual mana nih min 😁
ceritanya bagus seru gak monoton
2023-05-23
1
Zubaidah Dahlan
untung Paula
2023-05-08
0
Nuris Wahyuni
baik banget sultan Qatar mg mereka happy ending 👍
2023-04-08
0