Setelah pertempuran antara para petarung dan senior akademi pedang dan sihir melawan orang-orang berjubah hitam yang telah menculik anak gadis di desa makmur, kini desa makmur kembali hidup aman dan damai. Walaupun tidak menutup kemungkinan di hati kecil para warga desa makmur masih menyimpan rasa takut akan peristiwa penculikan itu kembali terjadi.
Tapi setidaknya sekarang mereka merasa aman, karena lima petarung yang di pimpin oleh Feng Ying akan tetap tinggal untuk berjaga di desa makmur sesuai perintah dari sang penguasa kota.
Semua warga desa makmur mengucapkan banyak terima kasih kepada Feng Ying, Jing Mi, Jia Li dan juga para petarung serta senior akademi pedang dan sihir lainnya.
Terutama pemimpin Duan Ming, sebagai pemimpin di desa makmur ia mengadakan perjamuan khusus sebagai ucapan terima kasih kepada semua pahlawan yang telah menolongnya untuk mengembalikan kesejahteraan desa makmur.
Setelah perjamuan selesai Jia Li dan Jing Mi mengajak teman-temannya untuk kembali ke akademi pedang dan sihir.
Begitupun Feng Ying akan kembali ke pusat kota bersama lima petarung lainnya untuk segera melapor pada sang penguasa kota.
Kepergian Feng Ying, Jing Mi, Jia Li dan yang lainnya di antar langsung oleh pemimpin Duan Ming sampai gerbang depan desa makmur, sebagian warga juga ikut serta mengantar kepergian mereka.
Jia Li melihat wajah beberapa warga yang nampak bersedih, mungkin karena mereka mengingat anak gadis mereka yang telah hilang.
"Maaf, karena kami belum bisa menemukan para gadis yang telah mereka bawa, tapi saya berjanji akan terus mencari dalang dari penculikan ini." ucap Jia Li pada beberapa warga desa makmur.
Seorang wanita yang sedang menggendong anak lelaki yang masih berumur empat tahun, berucap mewakili warga lainnya.
"Tidak apa-apa, mungkin ini sudah menjadi takdir putri kami, namun jika saya boleh berharap, saya sangat ingin melihat putri saya kembali pulang dan berkumpul kembali bersama kami," ucap wanita itu sambil mengusap sudut matanya mengenakan kain ujung lengannya.
"Ibu jangan khawatir, kami akan tetap berusaha mencari tempat persembunyian orang-orang berjubah hitam itu dan menemukan anak gadis ibu yang telah mereka bawa." Jia Li meyakinkan hati seorang ibu yang anak gadisnya telah di bawa oleh orang-orang berjubah hitam.
Ibu itupun hanya mengangguk dengan pasrah, sambil memanjatkan segala doa terbaik untuk keselamatan sang anak.
"Terima kasih atas jamuan nya tuan Duan Ming," ucap Feng Ying.
"Tidak perlu sungkan tuan Feng Ying, itu tidaklah seberapa jika di bandingkan dengan pertolongan yang telah kalian berikan," balas pemimpin Duan ming.
"Jika ada kesempatan, datanglah kembali kesini dan tinggal beberapa hari di desa kami, pintu rumah kami akan selalu terbuka lebar untuk menyambut kedatangan kalian semua." pesan pemimpin Duan Ming pada Feng Ying, Jia Li, Jing Mi dan juga kepada yang lainnya.
***
Di atas gunung dimana kini telah menjadi tempat tinggal sementara untuk Guan Lin, nampak seorang gadis yang mengenakan pakaian berwarna hijau sedang melompat dari satu dahan pohon ke dahan pohon lainnya.
Namun ia terhenti saat menyadari kehadiran seseorang di sekitarnya, ia pun turun kebawah dengan cara melompat.
Gadis berpakaian hijau itu mendarat dengan anggun di atas tanah, persis seperti Dewi khayangan yang turun dari langit ke bumi.
Guan Lin yang melihat gadis cantik berpakaian hijau tiba-tiba ada di hadapannya sangat terkejut. Guan Lin mengatur nafas yang sempat tertahan selama beberapa detik, kemudian Guan Lin memperhatikan gadis di hadapan nya dengan intens dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Cantik," batin Guan Lin.
Gadis itu mempunyai paras yang sangat cantik, ini kali pertama Guan Lin melihat seorang wanita berparas begitu cantik selain ibunya.
Gadis itu mempunyai bola mata berwarna hijau dan bulu mata panjang yang juga lentik, menghiasi mata indahnya yang teduh. Sungguh sebuah pandangan mata yang menyejukkan.
Namun ekspresi wajahnya terlihat datar, sungguh sangat disayangkan. Gadis secantik bidadari ini tidak memberikan senyuman sedikitpun di pertemuan pertamanya dengan Guan Lin.
"Hey nona, apa kau tersesat di gunung ini?" tanya Guan Lin dengan ramah.
"Tidak, aku memang sedang berjalan-jalan," jawab gadis bermata hijau itu.
"Apa nona bercanda? biasanya seorang gadis itu kalau jalan-jalan ya ke pusat kota, bukannya ke tempat seperti ini," ucap Guan Lin.
"Karena aku suka suasana alam yang terbuka," balas gadis bermata hijau itu.
"Menarik," gumam Guan Lin.
"Perkenalkan nama saya Guan Lin!" Guan Lin mengulurkan tangannya hendak mengajak gadis cantik di hadapannya untuk berkenalan.
"Lien Hua," balas gadis bermata hijau itu, dengan ekspresi datar.
Lien Hua sama sekali tidak memperdulikan nasib tangan Guan Lin yang kini masih terulur, Lien Hua tidak menerima uluran tangan Guan Lin.
Guan Lin hanya menghela nafas sedikit merasa kecewa, untuk pertama kalinya ada seseorang yang tidak mau menyambut tangannya saat Guan Lin mengajak orang itu berkenalan.
Namun Guan Lin tidak mengambil hati, ia menarik kembali tangannya yang hanya menggantung di udara sambil tersenyum canggung.
"Ah, nona Lien Hua, anda berasal dari mana, sepertinya anda bukan berasal dari akademi pedang dan sihir?!" kembali Guan Li bertanya untuk mengawali obrolannya dengan Lien Hua.
"Aku berasal dari desa bunga, terletak di belakang bukit itu," Lien Hua menghadap ke arah bukit yang ada di bawah gunung yang saat ini di tempati oleh Guan Lin.
"Nona Lien bercanda, jarak dari desa bunga ke gunung ini begitu jauh, juga harus melewati hutan atau bukit itu terlebih dahulu." ucap Guan Lin sambil menunjuk bukit yang ada di bawahnya.
"Apa aku terlihat seperti orang yang suka bercanda?" tanya Lien Hua.
Guan Lin kembali memperhatikan raut wajah Lien Hua dan ternyata wajah Lien Hua masih saja sama, datar dan tanpa ekspresi.
"Sepertinya tidak," ucap Guan Lin lirih.
"Berhenti mencabuti daun dari pohon itu!" ucap Lien Hua dengan nada yang terdengar ketus.
Sampai membuat Guan Lin tertegun, Guan Lin kembali memperhatikan gadis di sampingnya ini.
"Memangnya kenapa?" tanya Guan Lin dengan serius.
"Pohon itu, kesakitan," jawab Lien Hua.
Guan Lin kembali tertegun, untuk sesaat Guan Lin masih mencerna apa yang dikatakan oleh Lien Hua.
"Ku pikir ada sesuatu yang membahayakan," ucap Guan Lin.
"Ya, memang ada seseorang yang bisa membahayakan disini!" lirih Lien Hua.
"Benarkah, apa kau tau siapa orangnya?" tanya Guan Lin dengan mimik wajah serius.
"Kau orangnya," jawab Lien Hua dengan tegas.
"Aku, tapi kenapa? aku orang yang sangat baik, tidak mungkin orang seperti ku bisa membahayakan!" bela Guan Lin.
"Tapi penghuni gunung ini merasa tidak nyaman dengan keberadaan mu," jawab Lien Hua.
"Itu tidak mungkin, karena aku satu-satunya orang yang tinggal di gunung ini," kukuh Guan Lin.
"Dan kau satu-satunya orang yang selalu mengusik ketenangan tumbuhan maupun hewan yang juga tinggal disini!" terang Lien Hua.
Guan Lin kembali terdiam mencerna apa yang Lien Hua katakan, beberapa detik kemudian tawa Guan Lin pun akhirnya pecah.
"Aha... ha ha ha......." Guan Lin tertawa sampai mengeluarkan air mata, Guan Lin teringat dengan beberapa hewan kecil seperti kelinci, ayam hutan, monyet dan hewan lainnya yang sering Guan Lin kerjain saat Guan Lin merasa bosan.
"Jangan bilang kalau diantara mereka ada yang mengadu kepadamu!" ucap Guan Lin.
"Tentu saja, maka dari itu berhentilah mengganggu sesama penghuni gunung ini."
"Baiklah-baiklah, tapi apa kau benat-benar bisa berkomunikasi dengan hewan?" tanya Guan Lin memastikan.
"Mn, sebentar lagi malam tiba, sampai jumpa." Lien Hua mengucap salam perpisahan sambil beranjak dari duduknya.
"Eh tunggu, kenapa tidak bermalam disini saja. Kau tau, bukan hal bagus untuk seorang gadis melakukan perjalanan di malam hari." Guan Lin mencoba untuk memperingati Lien Hua.
Namun Lien Hua sama sekali tidak menanggapinya, Lien Hua hanya menoleh sesaat kemudian melanjutkan langkahnya.
"Nona Lien." Guan Lin masih tetap berusaha menghentikan Lien Hua.
"Aku harus segera kembali," ucap Lien Hua yang kini sudah mengeluarkan sebuah akar yang ia lilitkan dari pohon ke pohon lain di hadapannya, kemudian Lien Hua pergi dengan cara bergelantung dari akar pohon satu ke akar pohon lainnya.
""Ck ck ck ...,.. gadis secantik bidadari ko melakukan perjalanan dengan cara bergelantungan?! huh, sudah seperti monyet saja!" lirih Guan Lin sambil geleng-geleng kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
🔴ᴳᴿ🐅⍣⃝ꉣꉣ𝕬ⁿᶦᵗᵃ🤎𓄂ˢᵐᴾ࿐
seperti y km jatuh cinta pada pandangan pertama Guan Lin dengan Lien Hua🤭
pasti makin penasaran dengan sosok Lien Hua
2023-10-30
0
༄⍟Mᷤbᷡah³_Atta࿐
Desa Makmur semoga menjadi Makmur 🤲
2023-10-23
0
☠ᵏᵋᶜᶟ🥀⃟ʙʟͤᴀͬᴄᷠᴋͥʀᴏsᴇ
harus selalu waspada yaa para warga desa makmur
2023-10-01
1