Kini di dalam ruangan sedang terjadi percakapan serius antara Ming Shu dan ketua Guan Lao, tetua Nuwa dan tetua Ming Hao juga ikut serta mendengarkan apa yang di sampaikan oleh Ming Shu.
"Ming Shu melihat dengan sangat jelas, sekelompok serigala itu sedang memperebutkan mayat seorang gadis di dalam hutan sana!" terang Ming Shu.
"Tapi, gadis itu berasal dari mana, bukankah hutan itu adalah perbatasan antara gunung akademi dan desa sunyi?" ucap tetua Nuwa.
"Itu memang benar, mungkin saja gadis itu berasal dari desa sunyi!" seru tetua Ming Hao.
"Ayah, sepertinya gadis itu bukan satu-satunya yang menjadi korban dari keganasan kumpulan serigala itu!" ucap Ming Shu.
"Apa maksud mu?" tanya tetua Ming Hao.
"Selain mayat gadis yang sedang di perebutkan oleh kawanan serigala itu, di sana Ming Shu juga menemukan beberapa potongan kain yang sudah tidak utuh dan juga beberapa aksesoris wanita," kembali Ming Shu bercerita.
"Jadi maksud mu, kejadian ini sudah sering terjadi sebelumnya?" tanya ketua Guan Lao.
"Menurut Ming Shu memang begitu, karena saya juga melihat beberapa kain itu bahkan warnanya sudah sangat pudar," terang Ming Shu
Saat mereka masih berdiskusi tentang penemuan mayat di dalam hutan perbatasan, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan di luar aula ketua.
Ketua Guan Lao pun keluar dari ruangan untuk melihat siapa yang telah membuat keributan di depan aula nya.
Terdengar suara seorang penjaga yang sedang menahan seseorang agar tidak menerobos masuk kedalam aula.
"Guru harap sabar, ketua sedang mendiskusikan hal penting di dalam sana bersama para tetua!" ucap salah satu penjaga.
"Tapi yang akan saya katakan jauh lebih penting, saya mohon ijinkan saya masuk kedalam untuk menemui ketua sekarang juga!" guru pembimbing itu sampai memohon pada si penjaga.
"Maaf guru, tapi sebelumnya ketua Guan Lao sudah berpesan agar kami tidak memperbolehkan siapapun untuk masuk ke dalam aula. Jadi sebaiknya guru bersabar, tunggulah sebentar lagi," ucap penjaga lainnya.
Sampainya di depan aula, ketua Guan Lao melihat guru pembimbing yang dia tugaskan untuk mengawasi Guan Lin anak semata wayangnya.
Ketua Guan Lao pun berjalan menghampiri orang-orang yang kini sedang berdebat di depan pintu aula nya.
Begitu melihat ketua Guan Lao berjalan dan menghampiri mereka, seorang guru pembimbing segera melapor pada ketua Guan Lao.
"Ketua, gawat ketua!" ucap guru pembimbing yang selama ini di tugaskan untuk mengawasi Guan Lin di atas gunung.
"Ada apa?" tanya ketua Guan Lao sambil mengernyitkan keningnya.
"Tuan muda Guan menghilang, saya sudah mencari ke sekitar gunung tempat tuan muda Guan tinggal, namun saya tidak juga dapat menemukan tuan muda Guan," ucap guru pembimbing dengan nada panik.
"Apa?" teriak ketua Guan Lao.
Ketua Guan Lao begitu terkejut mendengar kabar hilangnya anak semata wayangnya, ketua Guan Lao sampai tidak bisa bereaksi untuk sesaat.
Tetua Nuwa yang mendengar teriakan sang suami langsung keluar dari dalam aula dan menghampiri suaminya.
"Apa yang terjadi?" tanya tetua Nuwa pada suaminya, namun ketua Guan Lao hanya diam saja dengan pandangan kosong.
Tetua Nuwa pun melihat seorang guru pembimbing yang di tugaskan untuk mengawasi Guan Lin.
"Bukankah kau guru pembimbing yang ditugaskan untuk mengawasi Guan Lin anakku?" tanya tetua Nuwa pada guru pembimbing yang saat ini berada di hadapannya.
"Betul master, saya yang bertugas sebagai pengawas tuan muda Guan," jawab guru pembimbing sambil menundukkan kepalanya.
"Lalu dimana Lin'er? bukankah seharusnya dia pulang ke akademi hari ini?" tanya tetua Nuwa.
"Maaf master Nuwa, saya salah, saya telah lalai dalam menjalankan tugas," ucap guru pembimbing dengan kepala semakin menunduk.
Tetua Nuwa tidak mengerti kenapa guru pembimbing itu meminta maaf padanya, dan tetua Nuwa semakin bingung melihat suaminya yang kini hanya diam saja.
"Lin'er hilang, dia sudah tidak ada di gunung tempat tinggalnya." pada akhirnya ketua Guan Lao menjelaskan pada istrinya setelah ia mampu menguasai dirinya kembali.
"Apa? tidak mungkin!" tetua Nuwa begitu syok mendengar anak semata wayangnya telah dinyatakan hilang.
"Bu-bukankah selama ini Lin'er baik-baik saja di sana? ke-kenapa bisa tiba-tiba menghilang?" sebagai seorang ibu, mendengar berita tentang hilang anak semata wayangnya, tentu saja membuat tetua Nuwa merasa sangat terpukul.
Ming Shu dan tetua Ming Hao kini juga telah keluar dari aula, saat mereka mendengar kabar hilangnya Guan lin, Ming Shu dan tetua Ming Hao begitu terkejut.
Kini segala kemungkinan terlintas di dalam pikiran ketua Guan Lao maupun tetua Nuwa.
"Jangan cemas, sebaiknya kita mengerahkan para siswa senior untuk segera mencari Lin'er," tetua Ming Hao berusaha menenangkan sahabatnya yaitu ketua Guan Lao.
"Kau benar, baiklah tolong kau kumpulkan semua siswa senior di lapangan sekarang juga!" perintah ketua Guan Lao.
Tetua Ming Hao pun segera mengumpulkan semua siswa senior yang ada di akademi, karena memang beberapa siswa senior lainnya ada yang sedang menjalankan misi di luar akademi.
Tidak membutuhkan waktu lama, kini semua siswa senior yang ada di akademi sudah berkumpul dan berbaris rapi di lapangan.
Dengan suara lantang yang dialiri energi, kini ketua Guan Lao memberitahukan pengumuman penting.
Ketua Guan Lao memberitahukan tentang mayat yang di temukan di dalam hutan perbatasan. ketua Guan Lao juga menceritakan tentang hilangnya Guan Lin, seorang tuan muda calon pemimpin akademi pedang dan sihir di masa depan.
Dan pada akhirnya ketua Guan Lao menunjuk Jing Mi sebagai pemimpin beberapa siswa senior lainnya untuk mencari Guan Lin ke arah selatan.
Dan ketua Guan Lao juga menunjuk Jia Li sebagai pemimpin siswa lainnya untuk menyelidiki kasus penemuan mayat di hutan perbatasan ke arah Utara.
Sementara tetua Nuwa juga akan ikut mencari Guan Lin ke arah selatan bersama Jing Mi.
Ming Shu juga menawarkan diri untuk ikut serta pergi bersama Jia Li ke arah Utara.
Tanpa menunggu lama, semua orang pun kini mulai melakukan persiapan untuk melakukan perjalanan yang berbeda ke dua arah.
Di dalam kediaman Ming Shu, kini tetua Ming Hao sedang berusaha membujuk anak semata wayangnya.
"Sebaiknya kau beristirahatlah terlebih dahulu," ucap tetua Ming Hao pada anak semata wayangnya.
"Tidak ayah, Ming Shu tidak akan bisa beristirahat dengan tenang, peristiwa di dalam hutan itu selalu terlintas dalam pikiran Ming Shu," ucap Ming Shu.
Tetua Ming Hao pun hanya bisa menghela nafas, pasrah dengan kehendak sang putra yang sama persis seperti tetua Ming Hao saat masih muda. Penuh dengan semangat.
"Kalau begitu berhati-hatilah, jangan gegabah dalam mengambil tindakan, ayah akan mengutus salah satu guru pembimbing untuk melindungi mu!" ucap tetua Ming Hao.
"Apa ayah meragukan kekuatanku?" tanya Ming Shu sambil memicingkan mata.
"Ayah tidak pernah meragukan mu nak, ayah hanya ingin lebih berjaga-jaga saja!" kekeh tetua Ming Hao pada pendiriannya.
"Terserah ayah saja," pada akhirnya Ming Shu hanya bisa menyetujui pengaturan yang di buat sang ayah, dari pada tidak di perbolehkan pergi sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
benar, apa salah nya untuk lebih berjaga-jaga..
2023-10-12
0
Ney 🐌
gara2 c onyet 🤦♀️🤦♀️
2023-09-13
1
Ney Maniez🍒⃞⃟🦅
yg bner nyariny,,, aku ksh clu ya,,, ke jurang🤭🤭
2023-09-12
2