Pertarungan Tanpa Akhir
Perhatian : Cerita ini hanya fiksi
Maka bijaklah dalam membaca.
***
Sebagian daratan timur di huni oleh bangsa siluman dan sebagian daratan yang lainnya di huni oleh umat manusia. Pada awalnya mereka hidup aman dan damai saling berdampingan, akan tetapi semua itu mulai berubah dikala keserakahan yang di miliki oleh siluman naga batu.
Sang penguasa di antara para siluman itu ingin menguasai seluruh daratan timur. Dan pada akhirnya perselisihan pun di mulai dari hal-hal kecil seperti merebut makanan, merebut wilayah yang mengakibatkan jatuhnya korban dari umat manusia.
Mendapat perlakuan kejam terus menerus dari bangsa siluman, umat manusia pun pada akhirnya melawan dan menimbulkan korban dari bangsa siluman juga. Sang penguasa siluman naga batu merasa tidak terima dan pada akhirnya mengibarkan bendera perang.
Perang selama tujuh hari tujuh malam berturut-turut tanpa istirahat menjadi sebuah peristiwa yang akan selalu di kenang oleh setiap generasi turun temurun, dikarenakan perang besar itu sukses meluluh lantahkan seisi daratan timur. Tidak ada lagi yang namanya keindahan, semuanya hancur akibat serangan yang maha dahsyat.
Di saat para tetua mulai terpojok oleh serangan sang penguasa siluman naga batu dan di saat detik-detik terakhir kekalahan umat manusia, tanpa diduga suatu keajaiban pun terjadi dengan datangnya sosok pemuda yang berparas tampan dengan aura yang begitu agung yang entah dari mana asalnya.
Pemuda itupun mengambil alih pertarungan melawan siluman naga batu, di karenakan sang penguasa siluman naga batu itu sangat sulit untuk di kalahkan maka pada akhirnya sosok pemuda itu pun mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk membentuk segel tingkat tinggi dan berhasil mengurung sang siluman naga batu dalam segel yang berhasil pemuda itu ciptakan.
Setelah sang penguasa siluman naga batu berhasil di lumpuhkan, maka jalannya pertarungan pun kini berbalik menjadi kemenangan bagi para umat manusia.
Setelah banyaknya korban yang berjatuhan diantara kedua belah pihak, pertarungan pun mulai berakhir, sosok pemuda misterius itu menciptakan kembali sebuah segel dengan seluruh sisa-sisa kekuatannya untuk menyegel perbatasan antara daratan kekuasaan umat manusia dan daratan kekuasaan bangsa siluman.
Siluman rubah yang selama ini mendampingi siluman naga batu berusaha untuk melarikan diri. Tanpa ada seorang pun yang menyadari kepergiannya, siluman rubah yang cerdik itu pun berhasil kabur dengan menggunakan sisa-sisa kekuatannya.
Perang pun akhirnya berhenti dan kini hanya menyisakan pung-puing kehancuran. Banyaknya kawah tercipta di tanah yang kini mulai gersang, pohon yang tumbang melintang ke segala arah dan bau amis darah tercium sangat kental begitupun mayat dari kedua belah pihak tergeletak di mana-mana.
Aliran sungai yang tadinya jernih pun kini menjadi merah tercampur darah yang mengalir bersama derasnya air hujan.
Kini umat manusia saling bahu-membahu untuk bangkit dan kembali menata kehidupan untuk masa depan generasi selanjutnya.
Sementara sosok pemuda misterius yang telah menjadi penolong mereka kini telah pergi kembali entah kemana setelah memastikan segel yang ia ciptakan aman, sosok pemuda misterius itupun memberikan senyuman sebagai tanda perpisahan.
Para tetua sangat menyesalkan kepergian sosok pemuda itu, dikarenakan mereka belum sempat mengucapkan rasa terima kasih atas pertolongannya.
Semua orang sepakat untuk membuat sebuah patung besar yang sama persis dengan sosok pemuda misterius sebagai tanda terima kasih dan untuk mengenang semua jasanya, dengan bertuliskan
'sang pahlawan' yang tersemat di bawah patung sang pahlawan.
***
Seorang bocah lelaki berusia lima tahun sedang mendongakkan kepalanya memandang sebuah patung di atasnya dengan mata penuh binar rasa kekaguman.
Dengan tatapan polosnya bocah itu memperhatikan patung 'sang pahlawan' entah untuk yang ke sekian kalinya, di karenakan bocah itu begitu mengagumi 'sang pahlawan' mendengar cerita sejarah yang selalu sang ibu ceritakan sebelum bocah itu pulas tertidur.
"Lin'er"
Terdengar suara seorang wanita dengan begitu lembut memanggil anak lelaki semata wayangnya.
bocah lelaki yang merasa namanya di panggil pun seketika menoleh ke asal suara. "Ibu." bocah itupun berlari menghampiri sang ibu dan langsung menarik tangan sang ibu untuk berjalan mendekat ke arah patung 'sang pahlawan' yang tidak pernah ada bosannya ia pandangi.
"Ibu lihat, akhirnya Guan Lin bisa melihat patung 'sang pahlawan' yang selalu ibu ceritakan sebelum Guan Lin tidur Bu.!" dengan penuh semangat Guan Lin menunjukan patung 'sang pahlawan' pada sang ibu.
"Iya Lin 'er ibu melihatnya, sekarang kita harus kembali ke kediaman tuan penguasa kota, kasihan ayah mu dari tadi sibuk mencari mu!" bujuk sang ibu.
Setelah di bujuk dengan sedemikian rupa akhirnya Guan Lin pun bersedia ikut sang ibu dengan syarat harus di belikan permen kapas terlebih dahulu.
***
"Ku serahkan anakku Tian Zhi untuk kau didik di akademi mu, tolong jaga Tian Zhi anak ku satu-satunya selama dia belajar di akademi!"
pinta Tian ma sang penguasa kota kepada sahabatnya Guan Lao sang tetua agung di akademi.
"Itu sudah pasti, Tian Zhi sudah ku anggap seperti anak ku sendiri, dan sudah menjadi kewajiban ku untuk menjaganya karena selain dia anak dari sahabatku sekaligus anak didik ku Tian Zhi juga sang putra mahkota yang memang harus selalu di lindungi."
Keduanya pun berjabat tangan sebagai tanda perpisahan. Kedatangan Guan Lin beserta kedua orang tuanya ke ibu kota atas permintaan sang penguasa kota yang tidak lain adalah sabat Guan Lao yang bernama Tian Ma. Penguasa Tian Ma meminta Guan Lao untuk menjemput anak semata wayangnya untuk belajar di akademi milik Guan Lao.
Merekapun melakukan perjalanan dengan menaiki kereta kuda, di saat mereka melewati patung 'sang pahlawan' Guan Lin langsung melambai-lambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.
Di sepanjang perjalanan Guan Lin tidak henti-hentinya berceloteh membicarakan banyak hal ini dan itu, sementara Tian Zhi hanya diam saja sambil menyimak apa isi dari celotehan Guan Lin. Sesekali Tian Zhi mengangguk atau menggeleng jika mendapatkan pertanyaan dari Guan Lin, namun Tian Zhi tidak merasa risih sedikitpun mendengar celotehan Guan Lin yang begitu panjang sepanjang perjalanan pusat kota ke pegunungan akademi.
Begitupun dengan Guan Lin yang enjoy saja melanjutkan ceritanya meski hanya mendapatkan anggukan atau gelengan dari Tian Zhi sebagai tanggapan.
Perjalanan panjang ini membutuhkan waktu sekitar tiga hari tiga malam dengan menggunakan kereta kuda, sesekali mereka akan berhenti di sebuah kedai untuk sekedar mengisi perut sambil beristirahat sejenak.
Dan saat malam akan tiba Guan Lao akan mencari sebuah penginapan, bukan masalah bagi Guan Lao ataupun Nuwa istrinya untuk tidur di luar ruangan beralaskan rumput berselimutkan langit, tapi tidak dengan Guan Lin kecil dan Tian Zhi kecil yang masih membutuhkan kenyamanan.
.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nuri
gaun Lin akan jadi pahlawan dimasa depan 👍
2023-11-08
1
.
lebih baik perdamaian
2023-10-30
0
visual lin'er ada tak/Shy/
2023-10-30
3