Di dalam mobil, terlihat jelas kemarahan di wajah dingin Luca. Sehingga membuat Max dan Matt juga tidak berani berkata satu kata pun, bahkan Matt yang berniat untuk menanyakan tujuan mereka berikutnya tidak bisa menanyakannya. Dia hanya melajukan mobilnya tanpa arah tujuan yang jelas.
“Pergi ke restaurant terdekat!” Hingga Luca kembali memberikan perintahnya.
“Baik, Tuan muda! Saya juga sudah lapar dari tadi. Hehehhee, …” sahut Matt berharap bisa mencairkan suasana, tapi sikap dingin Luca yang hanya menanggapi dengan lirikan matanya membuat usaha Matt sia-sia belaka.
Drrrt, … Drrrt, ….
Tiba-tiba ponsel milik Luca bergetar, layarnya menampilkan bahwa ada panggilan masuk dari Papahnya. Luca sesaat menghela napasnya sebelum dia menerima panggilan telepon tersebut dan menyandarkan kepalanya agar tubuhnya merasa lebih santai.
“Hallo, Pah!” sapa Luca begitu menerima telepon tersebut.
“Hallo, Luca! Ini Mamah, apa kau sudah tiba di sana dengan aman? Kenapa tidak menghubungi Mamah dan Papahmu? Kau tahu tidak betapa khawatirnya Mamah menunggu kabar darimu?”
Luca langsung di cecar berbagai pertanyaan oleh mamahnya. Ternyata Zhia menghubungi Luca dengan menggunakan ponsel suaminya, sebab ponsel miliknya entah berada di mana dia lupa menyimpannya.
“Maafkan Luca, Mah! Karena tidak memberitahu Mamah begitu Luca tiba di sini, soalnya Luca harus segera ke perusahaan HK Group,” jelas Luca di sertai permintaan maafnya.
“Tidak apa-apa yang penting kau baik-baik saja di sana! Selalu hubungi Mamah setiap kau ada waktu ‘yah!” pesan Zhia kepada putra sulungnya.
“Iya, Mamahku yang cantik! Luca pasti akan sering-sering menghubungi Mamah agar tidak perlu mengkhawatirkan Luca di sini!” sahut Luca.
“Bagus sekali, Putraku! Ouhya, … Apa kau sudah makan? Jangan lupa kau juga harus makan tepat waktu, mengerti?” ujar Zhia menegaskan pada Luca.
“Iya, Mah! Ini Luca sedang menuju ke salah satu restaurant terdekat untuk makan.” Luca menjawabnya di sertai senyuman tipis di wajah dinginnya.
Tanpa terasa mereka sudah tiba di salah satu restaurant masakan Asia yang cukup mewah. Matt pun memparkirkan mobilnya dengan baik.
Setelah mobil berhenti dengan sempurna, Max pun segera turun untuk membukakan pintu mobil untuk Luca yang masih menelpon dengan Mamahnya.
“Tuan muda, kita sudah sampai!” ujar Max setelah membukakan pintu mobilnya untuk Luca.
Luca sama sekali tidak menjawabnya, dia pun keluar mobil dan berjalan begitu saja masuk ke dalam restaurant mewah itu di ikuti oleh Matt dan Max.
Jika ada yang menanyakan tentang pengawal Luca di mobil yang satunya, mereka di perintahkan untuk mengawalnya secara diam-diam saja.
Restaurant yang sangat kental dengan nuansa Asia itu terlihat begitu mewah. Di tambah restaurant itu memiliki tiga lantai, dimana setiap lantainya menunjukan kasta bagi siapapun yang makan di sana.
Lantai paling bawah, biasanya di gunakan untuk orang biasa. Lantai dua untuk orang-orang kaya dan lantai paling atas biasanya di pesan khusus oleh orang-orang yang lebih memiliki kekayaan dan kekuasan yang cukup besar.
Dan saat ini Luca sudah menempati lantai atas, dimana Luca memang tidak menyukai tempat ramai ketika dia sedang makan.
Apalagi saat ini dia sedang berkomunikasi dengan Mamah tercintanya, dia sama sekali tidak ingin di ganggu oleh suara berisik apapun.
“Tuan muda, anda ingin memesan apa?” tanya Max sembari menunjukan buku menu pada Luca.
“Pesankan saja menu yang paling di rekomendasikan di sini!” jawab Luca dengan dinginnya.
“Baik, Tuan muda!” sahut Max yang langsung mengerti.
Max segera memanggil salah satu pelayan dan menunjukan beberapa menu yang mereka pesan. Ketika Max dan Matt sedang sibuk memilih menu makanan yang akan mereka pesan, tiba-tiba pandangan Luca kembali teralihkan pada seorang pelayan yang berada di lantai satu.
“Axlyn!” gumam Luca yang lagi-lagi tanpa sadar dia menyebut nama itu.
“Luca, ada apa?”
Pertanyaan dari Zhia seketika menyadarkan Luca dari pikirannya tentang Axlyn. Tidak ingin Mamahnya terus merasa khawatir, Luca pun segera mencari alasan untuk memutuskan komunikasi mereka.
L
“Aaah, … Maaf, Mah! Makanan yang Luca sudah datang, Luca tutup teleponnya dulu ‘yah, Mah! Dah, … Mamah, sampai nanti!” ujar Luca yang langsung memutuskan sambungan teleponnya sebelum Mamahnya mengomel panjang lebar.
Max dan Matt yang mendengar kalau Luca berbohong langsung saja menatap ke arahnya dengan raut wajah yang terlihat bingung. Namun, keduanya malah di perintahkan untuk mendekat oleh Luca.
“Hay, Kalian berdua mendekatlah kemari!” perintah Luca.
“Ada apa, Tuan muda?” tanya Matt penasaran.
“Lihatlah pelayan yang di sana! Bukankah dia wanita yang tadi kita ikuti?” Luca menunjuk seorang pelayan yang wajahnya dan tubuhnya mirip Axlyn.
“Ouh, … Benar, itu Nona Ashlyn!” seru Matt yang masih ingat dengan jelas.
“Bukankah tadi dia bekerja sebagai kurir, tapi kenapa sekarang dia bekerja di sini sebagai pelayan?” Max pun bertanya-tanya sama seperti Luca.
“Salah satu dari kalian, coba pastikan apakah dia orang yang sama dengan yang tadi! Atau orang yang berbeda!” perintah Luca.
“Biar saya saja yang memastikannya, Tuan!” sahut Matt dengan penuh antusias.
“Pergilah!” ujar Luca.
Hanya dengan satu kata dari Luca, Matt langsung pergi untuk melaksanakan perintahnya. Kini tersisa Max dan Luca saja yang masih memperhatikan pelayan yang mirip Axlyn dari kejauhan.
Mungkin karena wanita itu sangat mirip dengan Axlyn, makanya membuat Luca menjadi sangat penasaran dan mungkin saja tertarik.
“Aku memang pernah mendengar bahwa setidaknya satu manusia akan memiliki tujuh kembaran yang terpisah di bagai belahan bumi ini. Tentu saja, anak kembar menjadi pengecualian! Tapi apakah benar, Axlyn juga memiliki kembaran sepertiku dan Lucia?” batin Luca yang terus bertanya-tanya dalam hatinya.
“Bahkan nama mereka pun hampir sama persis! Ashlyn, kenapa kau muncul di saat aku sudah mulai melupakan Axlyn?” lanjut Luca yang tak hentinya memperhatikan Axlyn.
“Tuan muda, bagaimana kalau saya mencari tahu tentang identitas dari wanita itu? Dengan begitu rasa penasaran anda bisa terjawab, apakah wanita itu ada hubungannya dengan mendiang Axlyn atau tidak?”
Max menyarankan, karena melihat Luca yang tidak pernah melepaskan pandangannya sedikitpun dari wanita itu. Luca pun langsung menatap dingin kepada Max, begitu mendengar sarannya.
Benar-benar dingin sampai Max merasa akan beku saat itu juga hanya karena tatapan dari Luca.
Matt bagaikan penyelamat untuknya, karena di saat yang bersamaan dia muncul dan mengalihkan tatapan Luca darinya. Ternyata tidak sulit untuk Matt memastikan apakah dia pelayan itu adalah wanita yang sama dengan kurir sebelumnya.
“Tuan muda, saya sudah mendapatkan jawabannya!” seru Matt dengan napas terengah-engah.
“Apakah dia wanita yang sama?” tanya Luca yang sudah sangat penasaran.
^^^Bersambung, ....^^^
...Hay, kakak semua!!!🤗🤗🤗...
...Kalau tidak ada halangan apapun, novel ini akan update setiap hari....
...Maka dari itu, mohon dukungannya ‘yah!🙏🙏🥰🥰...
...Jangan lupa tinggalkan like, Coment, Vote dan kasih bintang 5 juga ‘yah! Biar novelnya semakin bersinar!🌟🌟🌟👌🥰🥰🥰...
...Novel ini hanya ada dan akan update di Aplikasi Noveltoon atau Mangatoon saja. Bila terdapat ditempat lain berarti itu semua merupakan plagiat....
...Jadi, mohon terus dukung novel orisinilku ‘yah dan segera laporkan jika ada plagiat novel ini!🙏🙏😓...
...Dan jangan lupa berikan cinta dan tips untuk Author kesayangan kalian ini ‘yah!...
...Agar tidak ketinggalan kisah serunya. Tambahkan novel ini ke rak novel favorit kalian ‘yah!...
...Terima kasih, All! 🙏🙏🙏😘😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Muhammad Fauzi
faktor usia/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
2024-06-16
0
Alexandra Juliana
Kebiasaan Zhia dr dulu selalu lupa dimana nyimpen hp..
2024-02-21
1
Ramlah Kuku
mungkin itu kembarannya axlyn😁
2024-02-01
0