Miria terhening, bibirnya yang menunjukkan senyum polos kini perlahan memperlihatkan sisi dirinya yang sesungguhnya.
“Ah, bagaimana kau mengetahuinya? Aku sudah menyembunyikan diriku sebaik mungkin, tetapi siapa sangka kalau kau menyadarinya.”
Andressa menyibak rambut sambil menyeringai. Dia lebih suka menghadapi wanita yang menunjukkan sifatnya yang sebenarnya. Memuakkan bila Andressa menemukan gadis berwajah polos. Namun, kepolosannya diisi oleh kemunafikan tak terhingga.
“Ini sangat mudah bagiku. Aku sering berurusan dengan wanita gila pengakuan, sok polos, penuh kemunafikan, dan selalu menaruh iri terhadap orang yang berposisi lebih tinggi darinya,” tekan Andressa.
“Apa kau selama ini berpura-pura bodoh di hadapanku? Aku tidak peduli mau kau tahu bagaimana diriku atau tidak, yang jelas aku hanya menginginkan kematianmu. Maka dari itu, Andressa, aku membawa orang untuk membunuhmu.”
Miria menjentik jemari, ia memberi isyarat kepada para pembunuh bayaran untuk keluar dari tempat persembunyian. Jumlah pembunuh itu ada empat orang, mungkin Miria berpikir menyiksa Andressa sampai mati. Namun, sayangnya, para pembunuh itu tidak lebih dari seonggok kapas yang bisa diterbangkan angin kapan saja.
“Kau yakin ingin membunuhku menggunakan tangan lemah mereka? Aku jauh lebih kuat dari yang kau kira,” tutur Andressa masih bersikap santai di saat para pembunuh itu bersiap untuk bergerak menerjang dia.
“Omong kosong apa yang baru saja kau bicarakan? Kau jauh lebih kuat dari mereka? Kau ini memang suka membual ya?”
Miria menertawakan Andressa. Ia menganggap Andressa mustahil dapat mengatasi para pembunuh itu sebab Andressa di masa lalu terlalu lemah menghadapi permasalah seperti demikian. Dia dianggap tabib tak berguna karena kemampuannya selalu ditahan oleh pihak klinik. Tampaknya Miria sengaja membuat reputasi Andressa buruk supaya dia dapat lebih menonjol dari gadis yang selalu mendatangkan keirian di hati.
“Kalau begitu, cobalah menyerangku bersamaan,” tantang Andressa menyorotkan keberanian di sudut pandang matanya.
“Kurang ajar! Cepat kalian habisi dia!”
Perintah Miria langsung dilakukan oleh para pembunuh bayaran tersebut. Mereka menerjang dan menyerang Andressa secara bersamaan. Namun, tepat sebelum pedang mereka mendarat di leher Andressa, tubuh mereka lebih dulu terpental jauh ke belakang.
“Apa yang terjadi? Mengapa wanita ini menjadi sangat kuat?”
Senyum seringai terbit di bibir Andressa, tanpa segan-segan dia menghabisi para pembunuh itu dalam sekejap. Miria tertegun menyaksikan ketangguhan Andressa, itu bukan seperti Andressa yang dia kenal selama ini. Seakan-akan ada orang lain di tubuh Andressa, seakan-akan gadis itu memiliki aura membunuh yang amat kuat.
“Aku sudah bilang mereka ini sangat lemah. Jangan meremehkanku, Miria. Kau tidak akan bisa membunuhku kalau membawa sampah seperti mereka.”
Gigi Miria menggertak menahan marah. Dia tidak tahu akhirnya akan menjadi seperti ini. Miria merasa sedang direndahkan oleh Andressa, yang mana notabenenya hanyalah seorang rakyat jelata yang besar di panti asuhan.
“Aku tidak tahu apa yang merasukimu, tetapi aku pastikan kau takkan lolos dari genggamanku.”
Sesudah mengancam Andressa, Miria pergi membawa api amarah yang tak kunjung padam. Andressa hanya menatap datar kepergian Miria, setidaknya dengan begini dia berhasil memberi sedikit pelajaran kepada gadis munafik itu.
“Saatnya aku menggali lebih dalam soal dunia ini. Pertama-tama, ayo temukan buku perihal penggunaan aether. Aku harus mengasah kemampuan bertarungku menggunakan tubuh tanpa mana. Mungkin akan sedikit sulit sebab aku terbiasa memakai sihir atau mungkin proses mempelajari aether jauh lebih mudah dari sihir.”
Andressa mencari beberapa buku tentang aether. Dia mendapatkan satu buku yang dirasa mudah untuk dipahami. Andressa membaca informasi aether di buku tersebut secara seksama.
"Jadi, prinsip aether itu sama saja dengan mana. Seperti mana yang dialiri ke senjata, tetapi aether hanya berfungsi sebagai penguat senjata sekaligus memperkuat serangan."
Andressa langsung mempraktekkan penggunaan aether menggunakan sebilah kayu.
"Ayo konsentrasi dan rasakan aliran aether dari tubuhku."
Andressa memejamkan mata, ia mengumpulkan fokus menjadi satu. Tak berselang lama, kayu tersebut diselimuti oleh cahaya tipis berwarna biru terang.
"Ternyata begini bentuk aether. Tipis dan juga ringan. Memang pantas untuk dijadikan sebagai pelapis senjata serta memperkuat daya serang," gumam Andressa.
Andressa kemudian melatih tubuhnya agar terbiasa dengan aether. Hanya butuh waktu tiga jam saja baginya untuk lebih leluasa menggunakan aether.
"Apakah aku harus menguji cobanya di luar? Aku harus mencari sesuatu untuk memastikan kekuatan daya serangnya."
Andressa bergegas pergi ke luar rumah. Dia berkeliling mencari sesuatu yang bisa menjadi target aethernya. Tidak lama berlalu, Andressa mendengar bahana pekikan beberapa orang dari arah masuk hutan.
"Ada apa itu? Apakah ada musuh?"
Andressa yang penasaran segera bergerak ke arah datangnya suara. Langkahnya terhenti begitu melihat ada beruang besar yang hendak menyerang manusia.
"Aku bisa menggunakan beruang ini untuk menguji coba aetherku."
Tanpa berpikir panjang, Andressa melesat ke arah beruang tersebut. Semua orang yang berada di sana terkejut akan kehadiran Andressa.
"Kalian pergilah dari sini! Biar aku yang menanganinya," seru Andressa.
"Tetapi, Nona, beruang itu sangat besar. Anda tidak bisa melawannya. Bagaimana jika Anda celaka akibat serangan beruang itu?"
Mendengar kekhawatiran orang lain, Andressa pun tersenyum.
"Aku pasti akan mengalahkannya. Cepat pergi dari sini sebelum beruang ini bergerak lebih liar lagi."
Mereka pada akhirnya beranjak pergi meninggalkan Andressa bersama beruang tersebut. Sebagian dari mereka bergerak ke lain arah untuk memanggil kesatria untuk membantu Andressa.
"Bagus! Sekarang hanya tinggal kita berdua, beruang. Mari kita akhiri semuanya sampai di sini."
Beruang itu bergerak cepat ingin mencabik tubuh Andressa menggunakan kukunya yang tajam. Andressa dengan gesit menghindari serangan beruang tersebut.
"Apakah hanya segitu saja kemampuanmu? Baiklah, aku akan perlihatkan padamu bagaimana rasanya ketika kah berjalan di kematian."
Andressa memungut sebilah pedang tumpul di sana. Dia menyelimuti pedang itu menggunakan aether. Selepas itu, Andressa mengerahkan serangan dan menebas kepala si beruang.
Meskipun pedangnya tumpul, tetapi berkat aether bisa dengan mudah memotong badan lawan. Andressa cukup terkesan, walau tidak sekuat sihir, tetapi ini masih bisa dipakai di dunia yang tidak ada monster atau pun iblis.
"Lumayan, setidaknya masih bisa membunuh beruang besar ini." Andressa duduk di atas tubuh si beruang.
Tak lama dari arah berlawanan, terdengar suara hentakan kaki dari sejumlah orang. Ternyata orang-orang yang tadi diselamatkan Andressa membawa beberapa orang kesatria.
"Ada di mana beruangnya?" tanya salah seorang kesatria.
"Ada di sini, Tuan."
Andressa melambaikan tangan kepada orang-orang yang baru datang. Mereka tertegun karena beruang besar itu berhasil dikalahkan oleh seorang perempuan.
"Kalian sangat terlambat. Aku telah lebih dulu menghabisi beruangnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
Tuan BigBang
menarik,satu satunya novel seri wanita yang bikin gw menarik untuk sekarang😼
2024-05-10
0
azka aldric Pratama
kekuatan anddresa yg dr dunia lain apa GK ikut ke bawa Thor 🤔🤔🤔🤔
2023-04-11
5