Akibat amarah tak lagi terbendung, refleks Niana mendaratkan tamparan ke pipi Andressa. Seketika Andressa membeku, bibirnya bergetar menekan emosi yang begitu besar menyala-nyala di dada..
"Apa kau baru saja menamparku?" Tatapan mata Andressa berubah. Aura dingin serta intimidasi yang sangat kuat mendominasi suasana.
"A-Apa? K-Kau mau menamparku juga?!"
Niana beringsut mundur. Keberanian yang dia kerahkan untuk menampar Andessa tadi telah menciut sepenuhnya. Kemudian Andressa melangkah maju, dia mendekati Niana perlahan.
Tiada satu pun yang dapat menghentikan aksi Andressa. Gadis bersurai perak berkilau itu membuat banyak orang menjadi tak berkutik. Pergerakan mereka terhenti seakan-akan telapak kaki mereka merekat di permukaan lantai.
"Niana, kau semakin aku biarkan malah semakin banyak tingkah. Apa kau bermaksud ingin mati di tanganku?"
"Kau berani membunuhku? Apa kau tahu kalau setelah membunuhku, kau takkan bisa lari dari kejaran hukum?! Coba pikirkan kembali baik-baik, Andressa. Kau tidak memperoleh apa pun dari simbahan darahku."
Andressa tertawa lepas mendengar perkataan Niana. Sejujurnya saja, Andressa tidak memikirkan hal tersebut. Dia tidak peduli mau dia dihukum atau tidak, yang jelas dia hanya ingin Niana merasakan bagaimana ledakan kemarahan yang telah terpendam lama.
"Aku tidak peduli. Aku hanya berpikir bagaimana cara mengirimmu ke neraka. Di sanalah tempat di mana seharusnya kau berada," ujar Andressa dengan sangat lantang.
"Dasar wanita jal—"
"Nyonya Niana!"
Di tengah suasana yang begitu memanas, seorang tabib datang tergesa-gesa menghampiri Niana. Tampaknya ada sebuah kabar yang ingin dia katakan.
"Ada apa?" tanya Niana.
"Marquess Gencio kemari! Beliau berkata ingin bertemu dengan Anda, Nyonya," ujar si tabib itu.
Kegaduhan pun muncul. Para tabib mendadak ribut mendengar perihal kunjungan Marquess Gencio. Bagaimana tidak? Marquess Gencio merupakan salah satu bangsawan terhormat dan terkaya di Kekaisaran Emilian. Tidak ada satu pun orang yang tidak tahu siapa dia.
"Apa? Marquess Gencio? Apa kau serius?" Ekspresi Niana berubah seketika.
Perasaan marah terhadap Andressa terpaksa disingkirkan sejenak. Dia buru-buru pergi menemui Marquess Gencio. Karena penasaran, Andressa juga ikut melihat sang bangsawan itu ke depan.
"Halo, Tuan. Apa kabar? Saya Niana, Kepala Klinik Glory," tutur Niana.
Marquess Gencio menatap dingin Niana. Seperti ada sebuah tumpukan amarah tengah ditahan oleh Marquess Gencio. Namun, Niana tidak menyadari hal tersebut.
"Sayang, apakah dia orangnya?"
Tiba-tiba Junita muncul dari belakang punggung Marquess Gencio. Bola mata Niana membelalak kaget ketika melihat Junita.
"Benar, dia orang yang mengusirku dan memperlakukan aku dengan sangat kasar," ucap Junita.
"A-Anda ...." Niana tak sanggup berkata-kata.
"Aku tidak pernah lupa sedetik pun betapa buruknya sikap wanita ini. Jika bukan karena Nona Andressa, mungkin aku dan bayiku sudah mati hari itu." Junita menyimpan dendam yang sangat besar kepada Niana.
"Kau orang yang mengusir istriku dan mengasarinya? Oh, sepertinya klinik ini bukanlah klinik yang baik seperti yang dirumorkan para bangsawan."
Sekujur badan Niana gemetar hebat. Dia telah membuat kesalahan besar yang tidak disadari.
"Nyonya, saya benar-benar tidak tahu kalau Anda rupanya Marchioness Gencio. Tolong maafkan ketidaksopanan saya pada hari itu." Niana langsung membungkuk memohon maaf kepada Junita.
"Ternyata begitu? Kalau bukan bangsawan, kau takkan diperlakukan baik di sini. Alangkah menjijikkannya diskriminasi yang kalian lakukan itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
Senopati Arya Mada
ya kebanyakan keq gitu pelayanannya tidak hanya di dunia dongeng dunia nyata juga ada yg keq gitu,miris emang...
2023-05-20
3