Para kesatria penjaga pintu masuk saling bertukar pandang. Sejujurnya, mereka juga bingung harus menjawab bagaimana pertanyaan tersebut. Pasalnya, Andressa tidak menjelaskan apa pun soal teknik operasi kepada mereka. Para kesatria hanya mempercayakan sepenuhnya rekan mereka kepada Andressa.
"Pasti ada yang kalian sembunyikan bukan?" Para tabib menatap curiga kesatria.
"Tidak, kami hanya diminta untuk berjaga di depan karena saat ini situasinya sangat genting."
Kemudian di tengah perdebatan antara tabib dan kesatria, Chris datang. Ya, yang dipanggil kemari ialah tabib dari klinik Glory. Mereka dipercaya sebagai tabib terhebat di Kekaisaran Emilian.
"Ada apa ini? Kenapa kalian tidak kunjung memeriksa pasiennya?" tanya Chris ke para tabib lain.
"Maaf, Tuan Chris, tetapi para kesatria ini melarang kami untuk masuk ke dalam. Orang-orang mengatakan kalau pasien yang terluka ada di dalam ruang ini."
Sorot mata Chris berubah tajam. Pandangannya mencoba menelisik kondisi sekitar.
"Kenapa kalian melarang kami masuk ke dalam? Apakah ada tabib lain yang datang mengobati rekan kalian?" Chris berupaya tenang dan tetap bertanya baik-baik.
"Ya, Nona itu berjanji akan mengembalikan tangan dan kaki rekan kami yang putus seperti semula."
Bola mata Chris membulat sempurna. Para tabib seketika menjadi heboh.
"Apa maksudnya itu? Jadi, kondisi rekan kalian separah itu? Kaki dan tangannya putus lalu tabib yang entah siapa dan dari mana itu berjanji akan mengembalikan kondisi rekan kalian seperti semula?"
"Dengan artian lain tabib itu ingin menyatukan tangan dan kaki yang sudah terpisah. Apa-apaan itu? Mungkin dia hanya membual. Mana bisa tangan dan kaki yang putus disatukan kembali."
Timbul kegaduhan di antara para tabib. Chris masih membeku di tempat karena tidak percaya terhadap penyataan para kesatria.
'Siapa tabib itu? Dia berani berkata seperti itu. Aku harus melihat dengan kata kepalaku sendiri apa yang dia lakukan,' batin Chris.
Dalam kondisi tubuh masih terluka, Chris memutuskan untuk menerobos masuk ke dalam ruang operasi.
"Minggir kalian! Aku ingin menyaksikan apa yang dilakukan tabib itu."
"Tidak bisa, Tuan Chris. Anda tidak diperbolehkan masuk ke dal—"
"AARRRGGHHH! SAKIT ...!"
Betapa terkejutnya semua orang ketika mendengar bahana teriakan seorang pria dari dalam. Rasa sakit yang diperoleh pasien operasi tanpa bius menyebabkan pikiran negatif menguasai para tabib.
"Tidak bisa dibiarkan! Apa yang dilakukan oleh tabib sialan itu?!"
Tatkala para kesatria lengah, Chris menyelonong masuk ke dalam ruangan.
"Hei, apa yang kau lakukan sebenarnya?! Hah? Andressa, kenapa kau ada di sini?!"
Chris kaget bukan main, dia melihat Andressa tengah menjahit kaki salah satu pasien. Dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan Andressa kala itu.
"Bukankah aku sudah bilang?! Jangan biarkan siapa pun masuk kemari!" Andressa tampak sangat marah. Dia sedang berkonsentrasi, tetapi Chris malah mengacaukannya.
Para kesatria menarik Chris keluar dari sana.
"Mohon maaf, Nona. Orang ini menerobos masuk begitu saja. Kami akan membawanya ke luar."
Chris memberontak saat para kesatria hendak menyeret dia ke luar.
"Hei, Andressa! Sebaiknya, kau jelaskan terlebih dahulu! Apa yang sedang kau lakukan itu?! Apa kau bodoh? Tangan dan kaki yang terputus tidak bisa disatukan kembali!"
Andressa berdecak sebal. Terpaksa ia mengalihkan sorot mata tajam sejenak ke arah Chris.
"Tidak ada yang tidak bisa aku lakukan di dunia ini. Aku berada di level yang berbeda dari kalian," tekan Andressa.
Chris merinding seketika matanya dan mata Andressa saling bertemu. Gadis itu benar-benar menakutkan kala mengobati pasien.
'Sial! Wanita itu, apakah dia sungguh bisa menyatukan tangan dan kaki mereka? Mustahil! Sangat mustahil!'
Chris pun dilempar ke luar dari sana. Para tabib pun akhirnya harus menunggu sampai Andressa menyelesaikan operasinya.
Lima belas menit berselang, terdengar suara pintu terbuka. Sontak seluruh mata tertuju pada Andressa dan Amelia yang keluar dari sana. Andressa mengambil napas lega sejenak sebelum berbicara lebih panjang.
"Bagaimana, Nona? Apakah Anda berhasil menyembuhkan rekan saya?" Para kesatria menatap Andressa penuh harap.
Perlahan Andressa tersenyum lalu menjawab, "Ya, aku berhasil menyelamatkannya. Kalian hanya perlu memberi mereka obat yang aku resepkan. Setelah itu, datanglah temui aku lagi setelah tiga hari untuk mengganti perban dan melihat kondisi luka jahitannya."
Para kesatria akhirnya bisa menghirup napas lega seusai mendengar penjelasan dari Andressa. Amelia pun menyerahkan resep obat yang harus mereka beli nanti sebab saat ini Andressa tidak membawa persediaan obat apa pun.
"Terima kasih, Nona. Terima kasih karena telah menyelamatkan rekan kami."
Detik itu pula, Chriss dan para tabib lain menghadang Andressa. Mereka berencana meminta penjelasan gadis itu terkait apa yang sedang dia lakukan.
"Andressa, apa yang kau lakukan? Apa kau sedang mencoba membunuh pasien?" Chris menginterogasi Andressa.
"Aku hanya melakukan operasi, tidak lebih dari itu."
"Operasi? Apa itu operasi?"
Andressa menahan tawa kala menyaksikan raut bingung serta keingintahuan para tabib perihal teknik yang dia gunakan.
"Operasi adalah teknik membelah, menggunting, dan menjahit tubuh manusia." Andressa sengaja memberi jawaban seperti ini, biar mereka sendiri yang membayangkannya.
"Apa itu? Bukankah itu sangat kejam?!"
"Bagaimana kau bisa melakukan hal sekejam itu kepada manusia?"
Jawaban Andressa menuai hujatan dari para tabib. Mereka tidak tahu ada teknik ampuh pengobatan menggunakan teknik operasi. Mereka cenderung memakai obat herbal menyembuhkan segala penyakit pasien. Tidak salah kenapa banyak orang yang meninggal seusai berobat ke tabib sebab obat tabib hanya bersifat sebagai pereda rasa sakit, bukan membantu menyembuhkannya.
"Kalian menganggapku kejam? Justru akan lebih kejam bila aku membiarkan mereka menderita tanpa melakukan apa pun sehingga mau tidak mau mereka harus mengubur mimpi mereka dalam-dalam. Dengan aku melakukan operasi terhadap pasien, maka aku berhasil menyelamatkan hidupnya dan juga mimpinya."
Perkataan Andressa terkesan menyindir mereka yang sering mementingkan uang daripada nyawa pasien.
"Omong kosong apa itu? Teknik operasi atau apalah itu, mana mungkin bisa menyambungkan kembali tangan dan kaki yang terpisah dari tubuh. Aku sudah menjadi tabib bertahun-tahun, tidak ada teknik seperti itu di dunia pengobatan," sanggah Chris mencoba mematahkan Andressa.
"Kalau begitu, kau yang kurang pengetahuan. Aku telah melakukan sesuatu yang tepat. Jadi, aku harap kau bungkam saja mulutmu itu karena kau sangat berisik."
Andressa menatap sengit Chris, ia paling membenci pria itu, tetapi dia juga tidak bisa membunuhnya. Apabila Andressa membunuh Chris, maka masalahnya akan lebih rumit lagi.
"Apa? Kau mengatakan aku kurang pengetahuan?! Lagi pula dari mana kau memperoleh informasi soal teknik operasi itu? Apa kau sebenarnya sedang melakukan uji coba terhadap manusia?!"
Chris mulai menudingkan hal yang tidak masuk akal.
"Tidak, ini adalah teknik operasi. Mari kita lihat bersama-sama hasilnya bagaimana. Apabila para pasien itu bisa menggunakan tangan dan kaki mereka setelah ini, maka kau harus bersujud di bawah kakiku di hadapan banyak orang. Bagaimana? Kau setuju kita bertaruh?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
AK_Wiedhiyaa16
Gregetan pengin nabok para tabib yg sok tapi ilmunya dangkal
2023-03-23
2