Sekembalinya Andressa dari penginapan untuk membantu persalinan Junita, dia langsung disambut oleh tatapan tidak mengenakkan dari para tabib di klinik. Namun, reaksi Andressa sungguh tidak terduga. Dia berlagak seolah-olah tidak ada yang terjadi.
"Andressa, kau masih berani kembali kemari?"
Niana menghampiri Andressa. Dialah orang yang paling menyorot tajam gadis itu.
"Tentu saja karena aku bekerja di sini makanya aku kembali," jawab Andressa santai.
"Lancang! Kau telah mengabaikan apa yang aku perintahkan dan kau malah seenaknya saja datang tanpa rasa bersalah. Apabila kau memang ingin bekerja di sini, cepat berlutut dan meminta maaf kepadaku."
Mata Niana melotot memandang marah Andressa. Sepertinya dia sungguh ingin menjatuhkan Andressa di hadapan banyak orang.
"Aku tidak mau." Andressa menjawab dengan muka datar tanpa ekspresi.
"Apa mau bilang?"
"Kau tuli? Aku bilang aku tidak mau, sialan! Jangan menyuruhku berlutut dan meminta maaf padamu karena aku tidak salah."
Andressa menatap penuh kebencian. Kemudian dia memilih pergi meninggalkan Niana begitu saja.
"Hei, siapa yang menyuruhmu pergi? Aku belum selesai berbicara!"
Niana berteriak sampai membuat para pasien terganggu oleh suara teriakannya. Akan tetapi, Andressa menutup rapat-rapat telinganya dan tidak mau merespon teriakan Niana.
Akibat terlalu marah, Niana pun bergerak mencekal pergelangan tangan Andressa. Namun, bukannya malah berhenti, Andressa refleks membanting tubuh Niana ke lantai.
"Wanita jal*ng! Beraninya kau membantingku." Niana meringis sakit di punggung.
"Astaga, aku refleks melakukannya." Andressa tersenyum tipis menunjukkan bahwa dia benar-benar merasa tidak bersalah sama sekali.
Andressa tertawa sambil melambaikan tangan. Dia membiarkan Niana menerima rasa malu itu sendirian. Rasanya puas sekali menyaksikan Niana menderita karena ulahnya.
"Andressa! Kemari kau! Hei, urusan kita masih belum selesai!"
Andressa membelokkan langkah ke salah satu ruangan. Hari ini dia harus bekerja membantu para pasien yang dirawat di klinik. Akan tetapi, karena hasutan tabib lain, jadi banyak pasien yang enggan diperiksa oleh Andressa. Mereka menganggap Andressa berbahaya.
Hingga tiga hari berselang setelah Andressa melakukan operasi terhadap para kesatria istana, para pasien yang dia operasi datang ke klinik. Kedatangan mereka menggemparkan seisi klinik. Pasalnya, para kesatria itu sudah bisa menggerakkan anggota tubuh yang sebelumnya jelas terpisah.
"Dia tidak main-main. Ternyata Andressa memang benar menyatukan tangan dan kaki para kesatria yang terpotong."
"Lihat itu! Aku yakin kalau Andressa memang berhasil melakukannya."
"Bukankah ini sedikit gila? Bagaimana seorang tabib melakukan hal tidak terduga seperti ini?"
Andressa hanya menyimak segala jenis tatapan dan bisikan yang mengarah padanya. Sekarang dia harus memeriksa para kesatria itu.
"Anda luar biasa, Nona. Jika bukan karena Anda, mungkin sekarang saya hidup dalam jurang keputuasaan," ujar seorang kesatria.
"Aku hanya melakukan hal yang bisa aku lakukan. Ini juga karena keinginan hidup kalian yang kuat."
Andressa memeriksa dengan baik-baik luka jahitan mereka. Rupanya jahitannya sudah mengering.
'Keringnya cepat, mungkin ini berkat mana yang aku gunakan sewaktu mengoperasi mereka,' batin Andressa.
Para kesatria sangat menghormati Andressa. Mereka menganggap gadis itu sebagai penyelamat hidup mereka.
"Jahitan kalian sudah kering. Sekarang kalian hanya perlu menunggu sampai tangan dan kaki kalian digunakan dalam bertarung. Tolong hindari pekerjaan berat terlebih dahulu. Jangan lupa juga meminum obat yang telah aku resepkan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
AK_Wiedhiyaa16
Keren...
NEXTTT
2023-03-23
2