Butuh waktu sekiranya enam jam bagi mereka untuk tiba di Selion. Sesampainya di sana, mereka langsung dihadapkan oleh pemandangan yang begitu mengerikan. Aroma busuk dari darah dan daging manusia membuat Andressa dan Amelia mual. Terpaksa mereka memakai penutup hidung supaya meminimalkan aromanya.
'Aroma apa ini? Apakah benar orang-orang itu terkena kutukan? Sial! Aku tidak menyangka kalau aromanya akan sebusuk ini.'
Di sekitar wilayah tersebut dipasang pembatas untuk memperingatkan semua orang agar tidak masuk ke dalam.
'Pantas saja Kaisar menutup wilayah ini. Ternyata memang lebih parah dari bayanganku. Apa yang harus aku lakukan berikutnya? Aku tidak tahu apakah keberadaanku di sini diterima atau tidak.'
Begitu mereka berdua masuk lebih dalam, satu persatu tatapan dari celah pintu, jendela, serta dari tempat tersembunyi lainnya mengarah kepada mereka. Amelia merasa terganggu oleh tatapan tersebut. Namun, Andressa terlihat biasa saja dan tak terganggu sama sekali.
Tiada satu pun penduduk wilayah Selion yang keluar dari rumah mereka. Mungkin karena mereka takut atau karena mereka enggan menemui orang lain.
"Nona, saya merinding dengan tatapan mereka," bisik Amelia.
"Abaikan saja. Kita hanya perlu jalan sedikit lagi untuk sampai ke klinik. Kau tidak perlu menghiraukan orang-orang itu."
Setiba mereka di depan klinik, sejujurnya mereka sangat terkejut kala itu sebab penampakan kliniknya sungguh di luar dugaan.
"Apakah benar di sini kliniknya?" Amelia tercengang sebab bangunan klinik itu terlihat sangat tua sekali.
"Ya, berdasarkan alamat yang tertulis memang di sini. Coba kita masuk ke dalam."
Mereka berdua pun masuk ke dalam bangunan klinik tersebut. Ada banyak barang-barang milik tabib terdahulu tertinggal di sana.
"Katanya seluruh tabib yang pernah bertugas di sini terjangkit kutukan itu dan berakhir meninggal. Benarkah begitu ceritanya?" tanya Andressa kepada Amelia.
"Benar, Nona. Saya juga mendengar ceritanya seperti itu. Tidak hanya satu atau dua tabib saja yang menjadi korban, tetapi ada lebih dari dua puluh orang tabib yang meninggal."
"Jika para tabib saja tidak bisa menangani kutukan itu, maka kemungkinan besar penyakitnya memang berada di luar pengetahuan tabib biasa. Sepertinya aku harus memeriksanya langsung," ucap Andressa.
Amelia sontak menoleh ke arah Andressa.
"Anda mau memeriksanya sendiri? Apakah Anda yakin? Saya masih takut bertemu penduduk di wilayah ini."
Andressa mengulas senyum tipis. Dia sudah terbiasa melewati masalah penyakit mematikan seperti demikian.
"Kau tunggu saja di sini nanti. Aku sendiri yang akan pergi."
Andressa menaruh barang bawaannya. Untung saja di lantai paling atas klinik tersebut terdapat beberapa kamar kosong sehingga mereka bisa tidur di klinik tanpa harus mencari rumah kosong untuk ditempati.
"Ya sudah. Saya akan menunggu di sini karena saya masih cukup takut akan terjangkit kutukan dari mereka," kata Amelia.
"Serahkan saja kepadaku. Aku yakin bisa menemukan cara memulihkan wilayah ini."
Andressa duduk sebentar sebelum beranjak pergi ke luar. Pandangannya mengedar ke sekitar. Terlepas dari bangunan tua yang tidak terawat, bangunan klinik itu jauh lebih besar. Tempat ini luas dan juga ada banyak ruang rawat di sana.
"Aku akan merenovasi tempat ini nanti. Sekarang aku gunakan saja bangunan seadanya ini dulu. Aku yakin nanti klinik ini menjadi klinik paling diminati di Kekaisaran Emilian. Lalu aku akan menjatuhkan klinik milik keluarga Miria," gumam Andressa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
komentar terbaik
tebak penyakit apa
2024-04-28
0