Andressa tersenyum getir. Sudah cukup puas baginya menyaksikan bagaimana Chris dipermalukan. Setelah memenuhi taruhannya, Chris pun langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Andressa.
"Sangat tidak sopan! Jikalau suatu hari nanti orang itu mengganggu Anda lagi, tolong beri tahukan saja kepada kami, Nona. Biar kami beri mereka pelajaran," ucap salah seorang kesatria.
"Iya, terima kasih. Aku bisa mengatasinya, lebih baik kalian beristirahat dan meminum obat sesuai anjuran dariku. Jangan lupa lusa kemari lagi, aku akan melihat seberapa jauh perkembangan penyembuhan kalian."
Andressa benar-benar sosok yang hangat terhadap pasien. Dia tidak membeda-bedakan setiap pasien yang dia tangani.
"Baik, Nona. Lalu ini, tolong terima bayaran dari kami."
Para kesatria itu menyodorkan satu kantong uang koin gold kepada Andressa. Tanpa basa-basi, Andressa langsung menerimanya.
"Terima kasih. Semoga kalian cepat sembuh dan bisa bekerja seperti biasa kembali."
Para kesatria berpamitan kepada Andressa. Mereka terlihat sangat senang dilayani sepenuh hati oleh tabib layaknya Andressa. Sekarang tinggal saatnya dia bersantai sebab takkan ada pasien berdarah bangsawan yang mau diperiksa olehnya di klinik ini.
Di saat Andressa tengah bersantai, tiba-tiba saja Aldan datang. Dia membawakan alat medis pesanan Andressa.
"Ya ampun cepat sekali selesainya. Apakah Tuan Matheus mengerjakannya semalaman?" Andressa lumayan terkejut ketika mendapati Aldan di sana.
"Ini sangat mudah bagi Ayah saya. Anda bisa memeriksanya terlebih dahulu. Nanti kalau ada kekurangan, Ayah akan memperbaikinya untuk Anda."
Andressa memeriksanya dengan sangat teliti. Tidak ada celah kesalahan yang tampak oleh mata Andressa. Semuanya terlihat sempurna, dengan menggunakan alat-alat ini dia bisa melakukan operasi secara sempurna.
"Ini sempurna! Tidak ada yang perlu diperbaiki. Tolong sampaikan kepada Tuan Matheus, aku sungguh berterima kasih. Alat-alat ini sangat penting bagiku," tutur Andressa.
"Ya, Anda tidak perlu sungkan. Anda bisa memesan jenis senjata atau alat apa pun kepada Ayah saya. Nanti dia akan mengusahakannya untuk membuat pesanan Anda."
"Baiklah. Sekarang bisakah aku memeriksa tanganmu? Aku ingin melihat perkembangan proses penyembuhannya."
Aldan memperlihatkan tangannya kepada Andressa. Dia melihat proses keringnya jahitan di tangan Aldan berlangsung cepat.
'Tidak salah lagi, ini pasti karena mana. Jahitan di kulit menjadi lebih mudah mengering ketika menggunakan mana. Aku tidak tahu alasan keberadaan mana di dunia ini, tetapi setidaknya aku bisa memanfaatkan sebaik mungkin mana untuk menyembuhkan orang lain,' pikir Andressa dalam diam.
Aldan memperhatikan diam-diam wajah Andressa. Dia baru tahu ada wanita secantik ini di Kekaisaran Emilian. Pasalnya, selama ini Andressa tidak terlalu mencolok. Gadis itu hanya diam di klinik dan tidak melakukan apa pun di luar sana.
"Ada apa? Apakah ada yang aneh dari wajahku?"
Aldan sesaat langsung memalingkan wajah dari Andressa. Dia tersipu malu karena gadis itu tiba-tiba bertanya seperti itu padanya.
"Tidak ada, hanya saja ini pertama kali bagi saya melihat gadis secantik Anda di Kekaisaran Emilian. Apakah selama ini Anda tidak pernah sekali pun keluar wilayah klinik?"
Andressa tertawa kecil. "Ya, itu benar. Aku hanya berdiam diri di sini selama ini."
"Pantas saja saya tidak pernah melihat Anda. Hanya saja saya pernah mendengar rumor tentang seorang gadis berambut perak. Tidak ada orang di sini yang punya warna rambut seperti Anda."
"Ya, orang-orang menganggap warna rambutku aneh. Makanya tidak sedikit dari mereka yang meledek warna rambutku."
"Tidak aneh. Menurutku sangat cantik."
Sontak Aldan membekap mulutnya sendiri. Dia refleks memuji Andressa. Dia mengatakan yang sejujurnya dia lihat.
"Ada-ada saja." Andressa tersenyum menanggapi pujian dari Aldan. "Sepertinya tanganmu yang terluka sudah menyatu dengan baik. Tinggal beberapa hari lagi nanti lukamu bisa pulih sepenuhnya," lanjut Andressa berucap.
"Benarkah? Syukurlah. Saya benar-benar sangat bersyukur. Terima kasih, Nona, saya berutang banyak kepada Anda."
Aldan pun pamit pulang. Andressa juga menerima sejumlah pembayaran dari Aldan. Jumlah uang yang dia terima secara pribadi pada hari ini sangatlah banyak sehingga membuat para tabib menatap iri padanya. Sampai salah satu tabib melaporkan masalah ini kepada Niana.
Niana yang mendengar itu pun bergegas pergi menemui Andressa. Dia berencana memarahi gadis itu karena telah mendapat pembayaran secara pribadi dari para pasien.
"Andressa, mana uang itu? Berikan kepadaku! Uang yang kau dapatkan dari pasien itu adalah milik klinik," ujar Niana seenaknya saja.
"Hah? Milik klinik?" Andressa terkekeh mendengarnya. "Ini milikku, bukan milik klinik. Mereka adalah pasienku, bukan pasien klinik ini. Apa kau iri aku mendapatkan banyak uang hari ini? Ya, ini memang lebih banyak dari uang gaji yang aku terima dari klinik," balas Andressa.
"Kau benar-benar kurang ajar! Kenapa kau semakin suka seenaknya sendiri? Tidakkah kau tahu di mana kau berada saat ini? Tolong lebih tahu dirilah, Andressa!"
Kesabaran Niana mencapai puncak. Dia sungguh naik pitam melihat kelakuan Andressa. Mencoba untuk tetap tenang, dia tidak bisa sebab Andressa selalu memancing kemarahannya.
"Aku tahu. Aku sedang berada di klinik kan? Jadi, untuk apa lagi kau bertanya padaku—"
Plak!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
°•Claris
kenapa Andressa ga berheti aja dari klinik glory?
2023-05-22
1