Perpustakaan Kampus

“Yura, lain kali jangan menyetir seperti itu. Berbahaya!” pekik Ibu saat kami sudah tiba di rumah.

Tubuhku masih gemetar mengingat kejadian tadi, sosok itu benar-benar menghilang saat aku melajukan mobil. Kalau di ingat-ingat sosok tersebut sudah berkali-kali menampakan dirinya di depanku.

“Aku ke kamar Bu,” jawabku lalu bergegas menaiki tangga menuju lantai dua. Saat seperti ini, kamarku adalah tempat paling aman dan menentramkan. Sampai di kamar, segera aku menghidupkan lampu dan memutar ayat suci yang biasa aku dengarkan.

Tidak lupa aku membersihkan diri dan berganti pakaian sebelum beranjak ke atas ranjang. Sebenarnya belum begitu malam, tapi aku sudah malas untuk beredar di sekitar rumah khawatir jika kembali mendapatkan penampakan.

Mengingat kejadian sore tadi bersama Kaivan, “Kayaknya Kak Kai bisa lihat mahluk itu juga deh,” gumam Yura yang sedang asyik dengan ponselnya sambil bersandar pada headboard ranjang.

Melihat status media sosial Nana dan Mail yang mengabadikan kegiatan mereka di mall.

“Kalian bisa cinta lokasi nih,” gumamku lagi.

Tiba-tiba ….

Brak.

Pintu balkon terbuka dan hembusan angin membuat gorden berkibar-kibar.

Brak.

Prang.

Beberapa barang di atas meja belajar dan meja rias berjatuhan karena angin yang berhembus agak kencang.

“Astagfirullah.” Aku bergegas menuju pintu menutup pintu dan terhenti saat pandanganku melihat sekitar yang terlihat tenang. Bahkan pohon yang menjulang tinggi di halaman rumah tetangga tidak terlihat daun dan ranting bergoyang karena angin.

Mengapa hanya kamarku.

Segera aku menutup dan mengunci pintu. Ponsel yang biasa memutar lantunan ayat suci sudah terjatuh bahkan pecah layarnya. Lampu kamarku berkedip dan tiba-tiba tubuhku merinding, aku merasakan suasana ketika makhluk itu ada disekitarku.

Aku yang sedang berjongkok sambil memegang ponselku yang pecah, bergumam melantunkan ayat suci.

“Jangan ganggu a-aku, kita sudah beda alam. Aku nggak ngerti kenapa bisa melihat kalian, tapi aku tidak peduli dan tidak ingin mengganggu kalian.”

Srek.

Terdengar suara kursi bergeser.

“Please, pergilah,” ujarku sambil kembali membaca ayat yang aku ingat dan aku hafal. Ponselku yang ada di atas ranjang berdering, aku pun menoleh dan menatap sekeliling.

Huft

Menghela lega, tidak melihat apapun yang aneh. Bergegas mengambil ponselku dimana layarnya terpampang nomor tidak dikenal.

“Halo.”

“Yura,” ujar seseorang di ujung telepon.

“Iya,” jawabku sambil kembali menatap sekitar.

“Aku Kaivan.”

“Hahh,” teriakku.

Terdengar decakan disana. Bagaimana mungkin aku tidak terkejut, Kaivan menghubungiku. Aku memastikan lagi nomor yang menghubungi dan kembali bertanya apa Kaivan ini adalah Kaivan seniorku di kampus yang mana tadi aku temui di rumah sakit.

“Ini Kak Kaivan, anaknya Bu Broto?” tanyaku lirih.

“Menurut kamu?”

“Aku ‘kan tanya, memastikan saja. Takutnya Kaivan yang lain.”

Terdengar helaan nafasnya. “Besok kuliah nggak?”

Tunggu-tunggu, untuk apa Kaivan tanya aku kuliah atau nggak. Dia nggak mungkin mau ajak jalan atau terpikat sama aku ‘kan. Please Yura, jangan kepedean deh.

“Hm, kuliah,” jawabku biasa saja.

“Oke. Aku hubungi lagi, besok.”

Akhirnya panggilan berakhir, agak kecewa sih karena obrolan kami terlalu kaku (hubungan apa pula yang aku harapkan, kenalan baru sore ini).

Akhirnya aku berbaring di ranjang, berharap segera terlelap dan terbangun esok pagi tanpa mengalami gangguan apapun.

...***...

“Kamu nggak ke kampus?” tanya Ayah saat kami sedang sarapan. Ibu pun menatapku seakan bertanya hal yang sama.

“Agak siangan, tidak ada jadwal pagi.”

“Ibu bilang kamu mengemudi sembarangan?”

Aku menghela nafasku dan menoleh ke arah Ibu.

Apa aku sampaikan saja ya, kenapa aku bisa mengemudi seperti itu semalam? Tidak yakin mereka akan percaya, karena hanya aku saja yang bisa melihatnya.

“Apa Ayah perlu siapkan supir untukmu?”

“Nggak usah Yah, aku bisa naik kendaran umum atau ojek,” sahutku menolak tawaran Ayah.

Padahal kalau aku iyakan, akan semakin memudahkan aku dan tidak perlu takut karena ada yang menemani kemana pun aku pergi.

“Apa ada yang ingin kamu sampaikan? Ayah dengar hal-hal aneh tentangmu, mulai dari sembarangan mengemudi, semalam terdengar barang pecah dari kamarmu, juga ….”

“Tidak ada, aku hanya sedang tidak nyaman mengemudi, walaupun barang yang semalam pecah itu karena angin.”

Ayah dan Ibu saling tatap kemudian menatapku.

“Angin dimana?” tanya Ibu.

“Angin di ….” Angin yang semalam memang hanya terasa hanya di kamarku, aku tidak melihat di tempat lain meskipun sangat dekat.

“Yura,” panggil Ayah. “Kalau kamu butuh konsultasi atau pemeriksaan lebih lanjut, Ayah menyetujuinya.”

“Maksud Ayah, ada yang tidak beres denganku?”

“Bukan begitu sayang,” sela Ibu. “Semenjak kamu sakit kemarin, Ibu lihat kamu berbeda.”

“Berbeda gimana?” tanyaku yang sudah meletakan sendok dan garpu karena sudah tidak minat meneruskan sarapan kali ini.

“Yura, kami hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Kalau memang halusinasi itu masih terus berlanjut, kita bisa mengobatinya,” tutur Ayah.

Aku diam tanpa kata, bukan karena menyetujui permintaan Ayah. Tapi memikirkan kalau ternyata Ayah dan Ibu melihat aku berbeda, kemungkinan sejak aku bisa melihat mereka yang tidak nyata. Aku pun beranjak berdiri, berniat untuk kembali ke kamar.

“Aku sudah kenyang, permisi.”

“Yura, sayang,” panggil Ibu saat aku berjalan meninggalkan meja makan.

Sampai kamar aku mengganti pakaian dan berniat ke kampus lebih awal, tidak seperti biasanya yang datang agak lambat. Memastikan buku kuliah, tugas, dompet dan salah satu ponsel yang pecah layarnya sudah berada dalam ransel.

Berharap Ayah dan Ibu sudah beranjak dari meja makan, agar tidak mendapatkan pertanyaan atau masukan lagi mengenai kondisiku. Aku sendiri merasa diriku baik-baik saja dan yang aku rasakan bukan halusinasi.

“Non Yura, mau kemana?” tanya Bibi yang melihatku melangkah berjinjit.

“Sttt, aku mau ke kampus,” jawabku lirih.

“Katanya siang kok udah berangkat?”

“Malas di rumah Bik, aku dikira error sampai harus konsultasi. Padahal aku baik-baik saja.”

Bibi menghela nafasnya setelah mendengar keluhanku.

“Aku berangkat ya Bik.”

Ojek yang aku pesan sejak masih di kamar sudah menunggu di depan gerbang, setelah mengenakan helm kendaraan roda dua itu pun akhirnya melaju menuju tempat ku menempuh pendidikan.

Sampai di kampus, aku langsung menuju perpustakaan. Bukan karena aku rajin membaca atau berlagak seperti kutu buku, tapi menunggu waktu kuliahku tiba.

Dari pada menunggu di kantin yang ujung-ujungnya tergiur untuk mencoba ini dan itu, belum lagi asap rokok dan kondisi yang bising. Untuk saat ini perpustakaan tempat yang pas untuk menunggu.

Mencari tempat yang strategis bukan hanya untuk membaca tapi juga aman kalau akhirnya kedua mata terpejam. Aku menuju rak-rak buku yang menjulang tinggi, tertarik untuk mencari buku tentang makhluk gaib.

Kondisi perpustakaan belum terlalu ramai, meja-meja baca masih banyak yang kosong. Menempati tempat yang benar-benar strategis, aku duduk dan membuka buku yang aku pilih. Membaca lembar demi lembar  membuat lupa akan emosi tadi. Ponselku bergetar, aku menjawab panggilan yang masuk tanpa melihat nama penelpon.

“Halo.”

“Yura, kamu dimana?”

“Di perpus.”

“Hah, nggak sendiri ‘kan?”

“Sendirilah, iya kali mau ajak orang se RT untuk ikut ke perpustakaan.”

“Aku serius, Yura.”

Yura pun menjauhi ponsel dari telinganya, “Kak Kaivan?”

“Aku sudah di koridor, sebaiknya kamu segera keluar dan ...."

"Yuraaa."

Aku mengabaikan Kaivan karena mendengar namaku dipanggil, suaranya sangat lirih berasal dari rak yang berisi buku-buku lama.

Aku pun berdiri dan melangkah pelan menuju asal suara, panggilan dari Kaiva belum aku akhiri.

"Yuraaa."

 

 

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kaivan kayaknya khawatir nih

2024-05-02

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Dari mana Kaivan dapat nomor hp nya Yura..

2024-02-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Omg omg..huaaaaa...othor takuuuuuttt...😭😭

2024-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!