Tubuh Claire mulai sembuh setelah minum obat dari dokter untuk menghilangkan alerginya. Nyonya Kimberly merasa sangat bersalah pada Claire karena sudah membuat gadis ini mengalami ruam yang parah.
Russel makin tidak mengerti dengan perubahan sikap istrinya. Walaupun begitu Russell selalu mengaitkan apapun yang terjadi pada Claire dengan koma yang dialaminya selama tiga tahun.
Setelah menghabiskan bulan madu mereka, keduanya kembali lagi ke kota untuk melanjutkan aktivitas mereka.
Baru saja mulai bekerja, asisten pribadi Russel yang bernama Wallace, membacakan agenda yang perlu diikuti oleh bosnya.
Salah satunya menghadiri undangan penting presiden di gedung putih. Russel menyanggupi untuk menghadiri pertemuan penting itu bersama sang istri.
"Tuan ..! Pagi ini ada pertemuan anda tuan Marcos di hotel Ritz."
"Ada juga undangan perjamuan makan malam di istana presiden. Anda di wajibkan membawa pasangan, tuan." Ucap Wallace.
"Itu sangat menyenangkan, Wallace. Aku akan meminta Claire untuk bersiap-siap." Ucap Russell sambil tersenyum karena selama ini ia selalu saja menghadiri undangan formal sendirian..
Russel mengerjakan tugasnya yang tertunda selama bulan madu bersama Claire. Walaupun hatinya saat ini berbunga-bunga, namun ia juga memikirkan perubahan sikap Claire yang terlalu drastis menurutnya.
Jika di bandingkan Claire yang dulu dan sekarang yang ia dapati istrinya, Claire yang sekarang terlihat lebih dewasa, pemikiran yang matang dan sangat cerdas menurut pikiran Russell.
Sementara Claire yang dulu terlihat lebih manja dan terlalu tergantung padanya dan juga sangat pencemburu. Dan hal yang menjadi kekurangan Claire membuat Russell merasakan dirinya sangat penting untuk gadis cantik itu.
Dua sisi yang berbeda itu membuat Russell makin mencintai istrinya.
Sekitar pukul tujuh malam, Russell sudah siap dengan tuksedo hitamnya. Pria tampan ini sedang menunggu istrinya yang sedang didandani oleh MUA.
Havana menatap wajahnya di cermin dan ia mengagumi kecantikan adiknya Claire." Claire, aku tidak tahu cara keluar lagi dari tubuhmu. Aku merasa terjebak di dalam dirimu dan aku akan memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya untuk suamimu terkesan padamu dan suatu hari nanti kamu akan berterimakasih kepadaku." Batin Havana lalu mengambil tas genggam miliknya menemui sang suami.
Russel tersenyum melihat wajah cantik istrinya dengan penampilan yang sangat elegan malam ini.
"Sayang ...! Kalau tidak ingat kita akan menghadiri perjamuan makan malam ini, aku lebih memilih untuk bercinta denganmu karena saat ini kamu terlihat sangat menggodaku." Ucap Russell sambil menuntun tangan istrinya pada miliknya yang sudah mengeras di bawah sana.
Havana tersipu malu dan menarik tangannya dari pangkal paha Russell." Apakah kamu menginginkan juga, sayang?" Tanya Russel dengan suara berat.
"Iya Russell..! Tapi setelah kita pulang nanti." Ucap Havana.
'Baiklah. Kalau begitu nanti kita akan langsung ke hotel milik kita." Ucap Russell membuat Havana terpana dengan aset kekayaan Russell.
Melewati karpet merah disertai kilatan kamera dari berbagai arah oleh wartawan, bukan suatu hal baru bagi Havana yang merupakan seorang sekertaris menteri luar negeri Amerika.
Ia juga sudah tidak sabar ingin bertemu lagi dengan mantan bosnya itu dan juga penasaran dengan sekertaris baru bosnya.
Setibanya di dalam tempat acara, Havana lepas kontrol saat melihat banyak koleganya yang bertebaran di acara tersebut sebelum duduk di meja makan panjang itu.
"Hai nyonya Wilhelmina...!" Sapa Havana membuat nyonya itu sedikit mengerutkan keningnya karena ia tidak mengenal Claire.
"Maaf ..! Saya bicara dengan siapa?" Tanya nyonya itu membuat Havana baru menyadari kesalahannya.
"Maaf nyonya...! Saya pengagum rahasia anda." Ucap Havana pada istrinya tuan Walton yang merupakan menteri dalam negeri.
Merasa dipuji Claire, nyonya Wilhelmina terlihat GR saat ia mengetahui Claire adalah istri dari tuan Russel pemilik maskapai penerbangan ternama di negara tersebut.
"Apakah ini istri anda tuan Russel?" Tanya nyonya Wilhelmina
"Iya nyonya. Kami baru menikah satu bulan yang lalu." ucap Russell sambil mencengkram pinggang istrinya agar tidak lagi menyapa orang lain.
Tapi Havana seakan mengabaikan permintaan suaminya untuk tetap di sampingnya. Saat melihat mantan bosnya, Havana mengajak suaminya untuk menyapa menteri luar negeri itu, yaitu nyonya Charlotte.
"Sayang .. kenapa harus menyapa dia? Bukankah yang lain masih belum kita sapa?" Tanya Russel sedikit malas untuk menyapa semua orang.
Tapi demi istrinya, mau tidak mau ia mengikuti langkah istrinya menuju nyonya Charlotte. Russel menyalami nyonya Charlotte yang sangat mengenal siapa Russell.
"Apakah ini nyonya Russell...?" Seloroh nyonya Charlotte mengalami Havana.
"Apa kabar nyonya Charlotte? Apakah anda sudah punya sekertaris pengganti nona Havana?" Pancing Havana penasaran.
"Bagaimana anda mengetahui sekertaris saya adalah nona Havana?"
"Karena saya adalah adik kandungnya Havana."
"Bukankah gadis malang itu seorang yatim piatu?"
"Ceritanya cukup panjang nyonya. Saya tidak mungkin membahasnya di sini. Saya hanya ingin tahu bagaimana pendapat anda tentang kakak saya?"
"Dia adalah wanita yang sangat jenius dan sangat disiplin. Mungkin kalau dia masih hidup, dia pasti akan menggantikan aku sebagai menteri luar negeri." Ucap nyonya Charlotte membuat Havana tersentak.
"Bagaimana mungkin nyonya Lotta bisa mengetahui pencalonan menteri berikutnya adalah Havana?" Tanya Havana.
"Apakah kamu juga mengetahui nama kecilku nona Claire?" Tanya nyonya Charlotte heran.
"A...iya itu ..! Aku membacanya di buku diary kakakku saat aku berkunjung ke rumahnya sepeninggalnya." Ujar Havana memberi alasan.
"Oh ...! Aku sangat kehilangan gadis itu. Andai saja Havana masih hidup aku tentu tidak terbebani dengan pekerjaanku karena selama ini, ia menyelesaikannya."
"Apakah ini mengenai proyek kerjasama kita dengan negara Qatar tentang gas bumi?" Tanya Havana.
"Apakah dua mencatat semuanya di buku hariannya?" Tanya Charlotte.
"I....iya nyonya Lotte. Aku mengetahui sedikit proyek itu, kalau anda tidak keberatan, saya siap membantu anda menyelesaikan proposal proyek kerjasama itu." Ucap Havana.
"Apakah suamimu yang sangat kaya ini, mengijinkan kamu bekerja denganku...?" Tanya nyonya Charlotte melihat wajah tampan Russell yang terlihat sedikit kesal dengan sikap istrinya terlalu terburu-buru mengambil keputusan sendiri.
"Sepertinya suamiku mengijinkan aku membantu anda nyonya Lotta? Lagi pula kami belum dikaruniai momongan. Aku juga sangat bosan hanya duduk diam di rumah tanpa aktivitas. Iyakan sayang?" Tanya Havana.
Russel segera pamit pada nyonya Charlotte dan menyeret tubuh istrinya untuk menjauhi para tamu undangan. Di tempat yang agak sepi, Russell mendorong tubuh istrinya ke tembok.
"Apa yang kamu inginkan, hah? Siapa yang meminta kamu untuk bekerja? Dan aku hanya ingin kamu di rumah, menungguku pulang kerja dan melayani aku kapanpun aku menginginkanmu. Aku ingin kamu melahirkan anak-anakku. Aku akan berikan apapun untukmu yang kamu inginkan. Bukankah sebelumnya kamu sudah mengatakan kepadaku hidupmu hanya untuk aku dan anak-anak kita?" Tanya Russel membuat Havana meradang karena tidak ingin karirnya di kekang oleh suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
ttus sabar
2023-02-23
1
Nyonya Gunawan
Suatu saat kmu tau rusel lo di dlam tubuh claire ada jiwa havana..
Apa sbtulny havana hnya koma az y thor & dia di tolong o/ warga setempat..
2023-02-12
2