13. Keadaan Berubah

Tuan Brian dan Emily terkejut mendengar suara tangis bayi dari dalam rumah saat turun dari mobil.

"Ayah...! Itu anak siapa yang menangis..?" Tanya Emily penasaran sambil berjalan menuju ke dalam rumahnya.

"Mungkin saja itu adalah anak dari tamunya mami mu." Tebak tuan Brian.

Emily melihat nyonya Kellen sedang menggendong Cavin yang baru bangun tidur yang sedang mencari ayahnya.

"Daddy...!" Panggil Cavin berulang kali.

Nyonya Kellen berusaha menenangkan cucunya.

"Sayang....Itu bayi siapa?" Tanya tuan Brian sambil mengecup bibir istrinya.

"Tentu saja ini adalah cucu kita sayang." Ucap ambigu nyonya Kellen membuat suaminya makin tidak mengerti.

"Aku tanya serius Kellen." Sungut tuan Brian.

"Memang ini cucu kita dari mendiang putri kita Havana."

Duaaarrr....

Baik Emily maupun tuan Brian sangat terkejut mendengar ucapan nyonya Kellen yang terlihat bahagia.

"Bagaimana bisa kamu menemukan putra dari putri kita Havana dan mengapa kamu menyebutnya mendiang, Kellen?"

Nyonya Kellen menceritakan bagaimana dia hari ini bertemu dengan ayah dari cucunya Cavin yang juga membawa bukti kebenaran dari keberadaan Havana selama masih hidup.

Tuan Brian begitu syok mendengar cerita bahagia dan juga bercampur sedih yang harus kembali kehilangan putri pertamanya.

"Astaga...! Permainan takdir seperti apa ini." ucap tuan Brian lirih.

Ia mengambil cucunya dari gendongan istrinya. Cavin terlihat senang melihat wajah kakeknya. Bayi ini tersenyum dengan air mata yang masih mengembang di kelopak mata indahnya.

Wajah Baby Cavin sedikit mirip dengan kakeknya tuan Brian. Tuan Brian merasa sangat sesak melihat cucunya menjadi piatu di usianya yang masih terlalu kecil.

"Biarlah dia menginap malam ini di sini. Aku masih merindukan cucuku." Ucap tuan Brian sambil mengecup pipi cucunya.

Wajah Emily tidak suka melihat kehadiran bayi itu." Sialan...! Ada lagi bocah di dalam rumah ini yang akan membuat kegaduhan malam hari.

Pasti tidurku akan terganggu dengan tangisan bocah ini kalau dia sampai menginap di sini." Batin Emily geram.

Tidak lama Romy datang menjemput putranya. Tuan Brian langsung berdiri begitu melihat menantunya.

Raut wajah Emily yang tadi cemberut kini berganti berbinar melihat ketampanan wajah Romy.

Iapun menggantikan ekspresi wajah menggemaskan dan pura-pura menggoda Cavin untuk di gendong demi mencari perhatian sang ayah.

"Selamat malam ayah, mommy...!"

Romy menyalami keduanya dan menyapa Emily yang terlihat tersipu malu menatapnya.

Romy yang sudah tahu siapa Emily terlihat dingin, saat melihat acting Emily.

"Romy sudah makan malam..?"

"Belum mam."

"Kalau begitu, kamu makan malam di sini saja. Kebetulan mami sengaja memasak banyak hari ini karena kamu akan kembali lagi ke sini untuk menjemput Cavin." Ucap Nyonya Kellen pada menantunya Romy.

Nyonya Kellen melayani kedua pria beda generasi ini di meja makan. Cavin tidak suka di gendong oleh Emily akhirnya di ambil alih oleh pelayan Lusy.

"Nak Romy...! Di mana kamu bekerja?" Tanya tuan Brian.

"Aku menjabat direktur utama di Bank CBI." Ucap Romy sambil mengunyah makanannya.

"Apakah ayah tahu, kalau putri kita Havana juga menjabat sekertaris menteri luar negeri." Ucap nyonya Kellen membanggakan putri pertamanya.

"Astaga ..putriku!" Tuan Brian makin sesak mendengar keberhasilan putrinya tanpa dirinya yang membesarnya.

"Sudah berapa tahun kalian menikah?" Tanya tuan Brian.

"Empat tahun Daddy!"

"Ayah menyesal karena tidak berusaha mencari lagi Havana. Apakah kamu tahu Havana tinggal di mana sebelum kalian berkenalan?"

"Kami tumbuh besar di panti asuhan yang sama." Sahut Romy.

"Panti asuhan yang mana?" Tanya nyonya Kellen.

"Panti asuhan Santa Maria di kota Phoenix." Ucap Romy.

Duaaarrr....

Wajah Emily langsung pucat mendengar Romy bicara tentang panti asuhan itu.

"Bukankah panti asuhan yang kita datangin untuk terakhir kalinya saat mencari Havana, ayah? Dan Emily...! Bukankah kamu berasal di panti asuhan yang sama dengan Romy dan Havana..? Tapi kenapa kita tidak bertemu Havana saat itu?" Tanya nyonya Kellen.

Romy memperhatikan lagi wajah Emily. Rasanya ia tidak pernah melihat Emily di panti asuhannya. Emily bukan salah satu anak panti asuhan yang mereka tempati.

"Sepertinya Emily tidak tinggal di panti asuhan yang sama dengan kami." Timpal Romy.

"Tentu saja kamu tidak mengenal aku karena aku baru datang ke panti asuhan itu dan langsung bertemu dengan ayah dan mami." Ucap Emily buru-buru.

"Sepertinya ada yang tidak beres dengan gadis ini." Batin Romy.

"Sudahlah...! Kita lupakan saja masa lalu. Di bahas seperti apapun tidak akan ada yang berubah. Havana tetap pergi meninggalkan kita."

Ucap tuan Brian sambil menahan tangisnya.

...----------------...

Sementara itu Russell dan Claire tidak pernah berhenti untuk bercinta.

"Kamu menginap di sini saja baby...!" Titah Russell.

"Tapi aku belum minta ijin pada mommy, Russell." Ucap Claire sambil mengusap dada bidang Russell.

"Nanti aku saja yang akan bicara pada ayahmu." Ucap Russell.

"Baiklah sayang. Tapi kapan kita akan menikah? Aku tidak mau memakai gaun pengantin saat aku hamil." Ucap Claire manja.

"Itu yang aku inginkan. Pasti kamu terlihat seksi memakai gaun pengantin saat kamu hamil." Canda Russell.

"Apakah aku harus menunggu hamil dulu baru kamu nikahin aku, Russell?"

"Tentu saja tidak sayang. Aku akan segera menikahimu sebelum kamu di nyatakan hamil." Ujar Russell lalu mengecup bibir Claire.

"Apakah kamu tidak mengenalkan aku pada keluargamu?"

"Bukankah kamu sudah sering bertemu dengan keluargaku? Nanti saja kalau kita menikah aku akan membawamu kepada mereka.

Aku ingin memberikan kejutan pada mereka bahwa Claire ku sudah kembali dari kematian.

Havana begitu sedih saat mengetahui kalau Claire menginap di rumah Russell.

Pasalnya ia tidak bisa kabur dari apartemen Russell karena pria itu tidak akan mengijinkan Claire keluar dari kamarnya.

"Bagaimana caraku bisa menyusup lagi ke dalam tubuh Claire? Apa lagi mereka akan menikah, pasti aku tidak bisa kembali ke rumah suamiku." Ucap Havana sedih.

Tanpa di sadari Russel, Claire sudah tidur dalam pelukannya. Russel beringsut perlahan untuk bangkit. Ia ingin segera ke kamar mandi.

Russel menutup tubuh polos Claire dengan selimut. Ia segera masuk ke kamar mandi.

Sementara itu di kediaman Claire, nyonyanya Kellen meminta Cavin untuk menginap di rumahnya dan membiarkan Rommy pulang sendirian.

Tuan Brian menanyakan alamat rumah menantunya dan Romy memberitahukan alamat lengkapnya pada sang ayah mertua.

Mendengar alamat yang disebutkan Romy, Emily baru mengingat sesuatu.

"Bukankah alamat rumah Romy itu sama yang didatangi oleh Claire pekan lalu?" Batin Emily.

Saat Romy hendak masuk ke mobilnya, Emily menghampiri Romy.

"Tunggu Romy...!"

"Ada apa Emily...?"

"Apa hubungan kamu dan Claire? Bukankah Claire pernah datang ke rumahmu dan menginap di sana?" Tanya Emily membuat Romy tersentak.

Deggggg....

"Maaf, aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, Emily." Ucap Romy pura-pura tidak tahu.

"Bagaimana kalau Russell tahu kalau calon istrinya berselingkuh dengan kakak iparnya sendiri."

Ucap Emily penuh intimidasi membuat Romy ingin menampar Emily yang terlihat terlalu ikut campur masalah pribadinya.

"Selain menjadi penipu tengik, kamu juga seorang mata-mata rupanya.

Apa jadinya jika aku katakan kepada mertuaku, kalau kecelakaan yang menimpa Claire adalah hasil perbuatanmu Emily." Ancam Romy tidak kalah menakutkan untuk Emily.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trusbsemsmgat

2023-02-23

1

Nyonya Gunawan

Nyonya Gunawan

Bgus romy..biar tau rasa tuch si emily

2023-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!