14. Sial Di Malam Pertama

Wajah Emily terlihat pucat saat di ingatkan oleh Rommy tentang kecelakaan Claire tiga tahun yang lalu.

"Bagaimana Emily? jika aku mengatakan kepada orangtuanya Claire bahwa kamulah yang telah mengutak-atik mobil Claire saat ia berada di pesta di klub itu dengan teman-temannya usai acara wisuda?"

"Kau ini bicara apa Romy? Aku tidak mengerti ucapanmu. Jangan menuduhku tanpa ada bukti yang kau punya. Belum tidur sudah ngelantur." Sinis Claire membuat Romy hanya berdecih.

"Kau akan menyesali perbuatanmu Emily karena bukti itu ada padaku saat ini." Teriak Romy.

"Omong kosong..!"

Emily masuk ke rumahnya dengan degup jantungnya yang tidak stabil.

"Apakah kamu menyukai Romy, Emily?" Sergah nyonya Kellen saat Emily hendak naik ke tangga menuju kamarnya.

"Aku ingin mommy tidak membahas Romy atau lelaki lain untuk menjodohkan aku dengan mereka." Teriak Emily yang masih kesal dengan Romy.

"Heii...! Kenapa kamu tiba-tiba marah? Padahal mommy hanya bertanya padamu. Jika kamu menyukai Romy itu sangat membantu Romy karena Cavin butuh kasih sayang seorang ibu dan kamu pantas mendapatkannya." Ujar nyonya Kellen.

"Aku tidak bercita-cita untuk menikahi duda apalagi harus mengurus anak orang lain." Teriak Emily histeris.

"Tutup mulutmu Emily! Kau sudah tidak sopan bicara dengan mommy..!" Ucap nyonya Kellen lalu masuk ke kamarnya.

Sejak kedatangan Claire, kedudukannya di rumah itu mulai terancam.

Emily menghempaskan tubuhnya sambil menendang-nendang kakinya karena suasana hatinya yang makin hari makin tidak nyaman.

"Jika aku harus masuk penjara, aku tidak ingin masuk sendiri. Aku harus menyeret wanita tua itu menemaniku karena dia yang telah merencanakan semuanya ini." Lirih Emily.

Nyonya Kellen menggerutu sendiri di kamarnya. Tuan Brian mendekati istrinya menanyakan apa yang terjadi.

Keduanya membahas tentang Emily yang mudah labil. Ia juga menceritakan ketakutan Claire yang merasa Emily akan merebut Russell darinya.

"Sayang...! Emily sekarang adalah putri kita seperti Claire. Jangan terlalu membebaninya dengan kecurigaan mu yang terlalu berlebihan itu." Ucap tuan Brian.

"Aku sebagai ibu kandungnya Claire merasa Emily tumbuh menjadi gadis yang penuh dendam dan serakah.

Jika kita terlalu percaya Emily, bukan tidak mungkin kita akan kehilangan semua putri kandungnya kita ayah." Jelas nyonya Kellen.

"Itu hanya perasaanmu saja Kellen. Aku yakin Emily tidak sejahat yang kamu tuduhkan, sayang." Ucap Tuan Brian.

"Sikap waspada itu lebih baik daripada melihat putriku mati sia-sia dari kejahatan seorang anak angkat."

Nyonya Kellen membalikkan tubuhnya sambil memejamkan matanya. Hatinya begitu sakit melihat suaminya selalu menganggap remeh apa yang terjadi pada putrinya Claire.

"Sudah syukur putri kita Claire kembali sadar dan hidup sehat sekarang ini, apa jadinya kalau putriku itu tiba-tiba meninggalkan aku lagi seperti aku kehilangan putri pertamaku Havana." Batin nyonya Kellen sambil menangis tersedu-sedu.

Tuan Brian mendekati istrinya dan meminta maaf atas ucapannya yang tidak sinkron dengan pemikiran istrinya tentang putri angkat mereka, Emily.

...----------------...

Pernikahan Claire dan Russell berlangsung meriah. Pesta kebun itu mengundang banyak tamu dari kalangan bawah hingga kalangan atas.

Para tamu undangan nampak menikmati hidangan internasional yang tersaji di setiap sudut perkebunan itu.

Russel sengaja mengadakan pesta pernikahannya di rumah perkebunan kakek dan neneknya yang masih terawat dengan baik di saat ini.

Saking banyaknya tamu undangan membuat Claire merasa kelelahan. Ia meninggalkan pelaminannya dan masuk ke dalam villa mewah itu untuk beristirahat.

Claire tidak mempedulikan suaminya yang masih asyik bercengkrama dengan para koleganya.

Russel memang sengaja tidak ingin Claire ikut menemui koleganya karena hampir semua koleganya selalu mencuri pandang pada istrinya.

Ia membiarkan Claire bersama dengan teman-temannya Clair ngobrol di tempat yang terpisah.

Havana yang sudah lama ingin menyusup ke tubu Claire mendapatkan kesempatan untuk bisa bertemu dengan suami dan putranya yang juga hadir di sini.

"Maafkan aku Claire...! Aku harus meminjam tubuhmu sebentar untuk bisa bertemu dengan keluargaku."

Ucap Havana lalu menyusup ke dalam tubuh Claire.

Tidak lama, Claire keluar yang sudah berganti jiwanya Havana mencari keberadaan putranya yang ternyata sedang di gendong oleh ayahnya.

Ia juga melihat suaminya Romy yang membaur dengan teman-teman kerja ayahnya.

"Ayah....!" Panggil Havana lalu memeluk ayah dan putranya bersamaan.

"Baby...!" Tuan Brian mengecup pucuk kepala putrinya.

"Ayah ..! Havana sangat kangen sama ayah..!" Lirih Havana terdengar oleh ayahnya yang langsung mengernyitkan dahinya.

"Claire...! Kenapa kamu tiba-tiba menyebutkan dirimu Havana, sayang..?" Tanya tuan Brian.

Havana tersentak lalu merubah lagi ucapannya.

"Maafkan Claire ayah..! Mungkin Claire terlalu merindukan kak Havana.

Coba ayah mencari lagi keberadaannya kak Havana, siapa tahu saja kak Havana terdampar di salah satu pulau yang tidak berpenghuni atau ada orang yang menemukannya." Ucap Havana.

"Apa maksudmu Claire?"

"Claire yakin kalau kak Havana. masih hidup, ayah." Ucap Havana dengan mimik serius.

"Tapi, pemerintah sudah menyatakan sebagian penumpang tidak bisa di temukan di laut itu dan keluarga sudah merelakan kepergian para korban, Claire." Timpal tuan Brian.

"Kenapa ayah selalu saja menggunakan logika ayah berdasarkan fakta dan bukti? coba sekali saja ayah mengandalkan feeling ayah sebagai ayah yang telah menghadirkan kami di bumi ini,

mungkin ayah tidak akan melakukan kesalahan yang sama karena telah mengabaikan Havana yang tumbuh besar di panti asuhan tanpa kalian di sisinya."

Ucap Havana sembari mengambil putranya dari gendongan ayahnya.

"Sayang ..! Sama mommy ya..!" Ucap Havana membawa putranya ke dalam villa.

Havana bermain dengan baby Cavin yang sangat senang melihat ibunya dalam tubuh Claire.

Cavin akan memanggil ibunya jika Havana masuk dalam tubuh Claire. Tapi saat Claire menjadi lagi dirinya sendiri, Cavin malah tidak suka di gendong Claire.

Tidak lama kemudian, Baby Cavin tidur dalam pangkuan ibunya. Russel yang baru masuk mendapati Claire yang sedang menimang Cavin, membuat Russell begitu tersentuh.

"Sayang...! Kamu sudah pantas menjadi seorang ibu. Ayuk kota buat anak kita sendiri..!" Ucap Russel sambil mencium pundak istrinya.

Havana begitu kaget mendapatkan ciuman itu. Nyonya Kellen yang baru masuk mengambil cucunya dari pangkuan Claire.

"Kamu harus melayani suamimu sekarang sayang..!" Ucap Nyonya Kellen membuat Havana tercekat.

"Astaga...! Bagaimana ini..?" Bagaimana cara aku keluar dari tubuh Claire. Aku tidak mungkin bercinta dengan adik ipar ku sendiri." Batin Havana terlihat tertekan.

Russel langsung menggendong istrinya dan membawa masuk ke kamar mereka. Havana memejamkan matanya begitu ketakutan akan berhadapan dengan Russel yang bukan suaminya.

"Sialll....! Akhirnya aku terjebak sendiri di malam pengantinnya Claire." Batin Havana sambil mengigit bibir bawahnya.

Setibanya di kasur, Russell memagut bibir Havana dengan rakusnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!